BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keperawatan merupakan suatu bentuk
pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan
berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan biopsikososial dan
spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat
baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh aspek kehidupan manusia.
(Lokakarya Nasional, 1983).
Profesi adalah suatu pekerjaan yang ditujukan untuk
kepentingan masyarakat dan bukan untuk kepentingan golongan atau kelompok
tertentu. Profesi sangat mementingkan kesejahteraan orang lain, dalam konteks
bahasan ini konsumen sebagai penerima jasa pelayanan keperawatan profesional.
Menurut Webster, profesi adalah pekerjaan yang memerlukan pendidikan yang lama
dan menyangkut keterampilan intelektual.
Kelly dan Joel (1995) menjelaskan, “Profesional sebagai
suatu karakter, spirit atau metode profesional yang mencakup pendidikan dan
kegiatan di berbagai kelompok okupasi yang anggotanya berkeinginan menjadi
profesional”. Profesional merupakan suatu proses yang dinamis untuk memenuhi
atau mengubah karakteristik kearah suatu profesi.
Sejak abad yang lalu keperawatan telah megalami perubahan
yang drastis, selain itu juga telah mengikuti perundang-undangan dan
mendapatkan penghargaan sebagai profesi penuh. Hugnes E.C (1963) mengatakan
bahwa, “Profesi adalah seorang ahli, mereka mengetahui lebih baik tentang
sesuatu hal dari orang lain, serta mengetahui lebih baik daripada kliennya
tentang apa yang terjadi pada klien”. Dalam konsep profesi ada tiga nilai penting
yang perlu dipahami yakni:
1.
Pengetahuan
yang mendalam dan sistimatik.
2.
Keterampilan
teknis dan kiat yang diperoleh melalui latihan yang lama.
3.
Pelayanan
asuhan kepada yang memerlukan berdasarkan ilmu pengetahuan, keterampilan teknis
dan pedoman serta falsafah moral yang diyakini (etika profesi).
Menurut Hood L.J dan Leddy S.K
(2006), “Perawat profesional akan menggunakan pendekatan holistik dalam
menemukan kebutuhan kesehatan bagi klien yang dirawatnya, hal ini sesuai dengan
pernyataan kebijakan yang disampaikan oleh American
Nurses Association (1995), ada empat ciri praktik profesional yang harus
dilakukan oleh perawat, yaitu:
1. Perawat menggunakan fokus orientasi
pada masalah dengan memperhatikan rangkaian seluruh respon manusia terhadap
kesehatan dan penyakitnya.
2. Perawat terintegrasi dalam tenaga
kesehatan yang menggunakan pengetahuannya untuk membantu mencapai tujuan pasien
dengan mengumpulkan data subjektif maupun objektif pasien dan memahaminya baik
secara individual atau secara berkelompok.
3. Perawat mengaplikasikan ilmu
pengetahuannya untuk menentukan diagnosa dan melakukan treatment respon
manusia.
4. Perawat melakukan asuhan keperawatan
dengan melakukan hubungan terapeutik dengan pasien untuk memfasilitasi
kesehatan dan penyembuhan.
Ada tiga istilah penting yang berhubungan dengan profesi,
yaitu profesionalisme, profesionalisasi, dan profesi.
1. Profesionalisme
Merujuk pada karakter profesional,
semangat atau metode. Merupakan suatu sifat resmi, cara hidup yang bertanggung
jawab dan dapat dipercaya. Profesionalisme keperawatan telah ada sejak zaman
Florence Nightingale (1820-1910).
2. Profesionalisasi
Profesionalisasi adalah suatu proses
untuk menjadikan profesional dengan cara memenuhi beberapa kriteria yang telah
ditentukan/disepakati.
3. Profesi
Jika dilihat di dalam kamus, sama
dengan pekerjaan yang menghendaki pendidikan yang lebih luas atau memiliki ilmu
pengetahuan yang spesial, keterampilan serta dipersiapkan dengan cara yang
baik.
Dunia profesi keperawatan terus bergerak. Hampir dua dekade
profesi ini menyerukan perubahan paradigma. Perawat yang semula tugasnya
hanyalah semata-mata menjalankan perintah dokter kini berupaya meningkatkan
perannya sebagai mitra kerja dokter seperti yang sudah dilakukan di
negara-negara maju.
Sebagai sebuah profesi yang masih berusaha menunjukkan jati
diri, profesi keperawatan dihadapkan pada banyak tantangan. Tantangan ini bukan
hanya dari eksternal tapi juga dari internal profesi ini sendiri.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa yang
dimaksud dengan keperawatan sebagai profesi?
1.2.2 Menjelaskan maksud dari keperawatan profesional
1.2.3 Bagaimana perkembangan profesionalisme keperawatan?
1.2.4 Apa peran,
fungsi, dan tugas perawat?
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Keperawatan Sebagai Profesi
Hall (1968) memberikan gambaran tentang suatu profesi yaitu
suatu pekerjaan yang harus melalui proses empat tahapan antara lain :
1. Memperoleh
badan pengetahuan dari institusi pendidikan tinggi
2. Menjadi
pekerjaan utama
3. Adanya
organisasi profesi
4. Terdapat kode etik
Keperawatan sebagai profesi merupakan salah satu pekerjaan
dimana dalam menentukan tindakannya didasarkan pada ilmu pengetahuan serta
memiliki keterampilan yang jelas dalam keahliannya.
Dengan adanya perkembangan keperawatan dari kegiatan yang
sifatnya rutin yang menjadi pemenuhan kebutuhan berdasarkan ilmu, membawa suatu
perubahan yang sangat besar dalam dunia keperawatan karena pelayanan yang
semula hanya berdasarkan pada insting dan pengalaman menjadi pelayanan
keperawatan profesional berdasarkan ilmu dan teknologi keperawatan yang selalu
berubah sesuai dengan kemajuan zaman. Perawatan sebagai profesi mempunyai
karakteristik sebagai berikut:
1.
Memiliki body of knowledge
Perawat bekerja dalam kelompok dan dilandasi dengan teori
yang spesifik dan sistematis yang dikembangan melalui penelitian. Penelitian
keperawatan yang dilakukan pada tahun 1940, merupakan titik awal perkembangan
keperawatan. Pada tahun 1950 dengan semakin berkembangnya penelitian yang
dilakukan mempunyai kontribusi yang cukup besar dalam dunia pendidikan
keperawatan dan pada tahun 1960 penelitian lebih banyak dilakukan pada praktik
keperawatan. Sejak tahun 1970, penelitian keperawatan lebih banyak dilakukan
dengan memfokuskan diri pada praktik yang dihubungkan dengan isu-isu yang ada
pada saat itu.
Menurut Potter dan Perry (1997), perawat telah
memperlihatkan diri sebagai profesi dan dapat terlihat adanya pengetahuan
keperawatan telah dikembangkan melalui teori-teori keperawatan. Model teori
memberikan kerangka kerja bagi kurikulum dan praktik klinis keperawatan. Teori
keperawatan mendorong ke arah penelitian yang meningkatkan dasar ilmiah untuk
praktik keperawatan.
2.
Berhubungan dengan nilai-nilai
sosial
Kategori ini mendorong profesi untuk mendapatkan penghargaan
yang cukup baik dari masyarakat. Keperawatan telah diberi kepercayaan untuk
menolong dan melayani orang lain/klien. Pada awalnya perawat diharapkan dapat
menyisihkan sebagian besar waktunya untuk melayani, tetapi dengan semakin
berkembangnya ilmu keperawatan tuntutan tersebut telah bergeser, perawat juga
mengharapkan kompensasi dan mempunyai kehidupan yang lain disamping perannya
sebagai perawat.
Karakteristik keperawatan merupakan suatu bentuk yang
relevan dengan nilai-nilai masyarakat, seperti pentingnya kesehatan, kesembuhan
dan keperawatan.
Masyarakat pada umumnya mengakui bahwa perawat mempunyai
tugas untuk melawan klien dan juga melakukan upaya-upaya dalam promosi
kesehatan dan pencegahan penyakit tetapi masih ada sebagian masyarakat yang
belum mengetahui bahwa perawat adalah sebuah profesi. Untuk itu perlu adanya
usaha dari perawat itu sendiri agar dapat meyakinkan masyarakat guna
mendapatkan pengakuan sesuai dengan yang diinginkannya.
3.
Masa pendidikan
Kategori ini mempunyai empat bagian tambahan yaitu isi
pendidikan, lamanya pendidikan, penggunaan simbol dan proses idealisme yang
dituju serta tingkatan dari spesialisasi yang berhubungan dengan praktik.
Menurut Nightingale pendidikan keperawatan harus melibatkan dua area penting
yaitu teori dan praktik yang sampai saat ini masih dianut. Perkembangan
pendidikan keperawatan dewasa ini sama dengan bidang ilmu yang lain, yaitu
pendidikan tinggi. Pendidikan tinggi menimbulkan perubahan yang sangat berarti
bagi perawat terhadap cara pandang asuhan keperawatan secara bertahap
keperawatan beralih dari yang semulai berorientasi pada tugas menjadi
berorientasi pada tujuan yang berfokus pada asuhan keperawatan yang efektif
serta menggunakan pendekatan holisitik dan proses keperawatan.
4.
Motivasi
Motivasi untuk bekerja merupakan kategori keempat dari
Pavalko. Motivasi bukan hanya secara individu tetapi juga menyeluruh dalam
kelompok. Motivasi diartikan sebagai suatu perhatian yang mengutamakan
pelayanan kelompok keperawatan kepada klien. Ada beberapa pendapat bahwa saat
ini anak-anak muda menginginkan menempuh pendidikan tinggi agar dapat mempunyai
kehidupan yang lebih baik seperti mendapatkan gaji lebih, kekuasaan, status
disamping pekerjaan yang dilakukannya. Biasanya karakteristik ini tidak
diasosiasikan dengan profesi keperawatan, walaupun demikian banyak perawat yang
melakukan pelayanannya dengan berorientasikan kepada klien/pasien mereka dengan
baik.
5.
Otonomi
Kategori kelima Pavalko adalah kebebasan untuk mengontrol
dan mengatur dirinya sendiri. Profesi mempunyai otonomi untuk regulasi dan
membuat standar bagi anggotanya. Hak mengurus diri sendiri merupakan salah satu
tujuan dari asosiasi keperawatan, karena hal ini juga berarti keperawatan
mempunyai status dan dapat mengontrol seluruh kegiatan praktik anggotanya.
Otonomi juga dapat diartikan sebagai suatu kebebasan dalam bekerja dan
pertanggungjawaban dari suatu tindakan yang dilakukannya.
6.
Komitmen
Kategori keenam adalah komitmen untuk bekerja. Manusia yang
komitmen untuk bekerja menunjukkan adanya suatu keunggulan, untuk melaksanakan
pekerjaannya dengan baik, mencegah terjadinya kemangkiran, menekuni
pekerjaannya seumur hidup atau dalam periode waktu yang lama. Komitmen perawat
juga dapat menurun, hal ini terjadi karena kebanyakan dari perawat adalah
wanita, yang harus membagi perhatiannya dengan keluarga, sehingga mereka sering
mengalami konflik yang berkepanjangan dan kadang-kadang harus keluar dari
pekerjaannya.
Orientasi karir juga merupakan salah satu ciri dari
komitmen, karena dengan adanya pengembangan karir melalui pendidikan ke jenjang
yang lebih tinggi membuat perawat dapat bekerja dengan lebih baik dan
bertanggung jawab dalam melakukan asuhan keperawatan.
7.
Kesadaran bermasyarakat
Kesadaran bermasyarakat bagi perawat diartikan sebagai
anggota kelompok yang ikut mengambil bagian dalam persamaan pedoman, nasib
serta memiliki kebudayaan tersendiri. Perawat mempunyai simbol-simbol yang
dikenal masyarakat sebagai ciri yang khas dari sebuah profesi seperti seragam
putih, pin dan cap. Walaupun akhir-akhir ini banyak yang mengubah identitas
tersebut, tetapi perawat telah memiliki perasaan yang kuat untuk tetap bersatu
dalam kelompoknya.
8.
Kode etik
Eksistensi kode etik merupakan kategori terakhir dari
Pavalko. Etika keperawatan merujuk pada standar etik yang membimbing perawat
dalam praktik sehari-hari seperti jujur terhadap pasien, menghargai pasien atas
hak-hak yang dirahasiakannya dan beradvokasi atas nama pasien.
Etika keperawatan ditujukan untuk mengidentifikasi,
mengorganisasikan, memeriksa dan membenarkan tindakan-tindakan kemanusiaan
dengan menerapkan prinsip-prinsip tertentu, selain itu juga menegaskan tentang
kewajiban-kewajiban yang secara suka rela diemban oleh perawat dan mencari
informasi mengenai dampak dari keputusan-keputusan perawat yang mempengaruhi
kehidupan dari pasien dan keluarganya. Ciri dari praktik profesional adalah
adanya komitmen yang kuat terhadap kepedulian individu, khususnya kekuatan
fisik, kesejahteraan dan kebebasan pribadi, sehingga dalam praktik selalu
melibatkan hubungan yang bermakna. Oleh karena itu seorang profesional harus
memiliki orientasi pelayanan, standar praktik dan kode etik untuk melindungi
masyarakat serta memajukan profesi.
Mengingat pentingnya pembinaan bagi tenaga keperawatan agar
dapat bekerja dengan baik maka perlu adanya pemahaman tentang fungsi dari
asosiasi keperawatan yang terdiri dari:
1.
Penetapan
standar praktik, pendidikan dan pelayanan keperawatan.
2.
Menetapkan
kode etik bagi perawat.
3.
Menetapkan
sistem kredensial dalam keperawatan.
4.
Menetapkan
untuk ikut berinisiatif dalam legislasi, program pemerintah, kebijakan
kesehatan nasional dan internasional.
5.
Mendukung
adanya sistem pendidikan yang baik, evaluasi dan perhatian dalam keperawatan.
6.
Adanya
agensi sentral untuk mengoleksi, menganalisa dan desiminasi dari informasi yang
relevan dengan keperawatan.
7.
Promosi
dan proteksi ekonomi dan kesejahteraan bagi perawat.
8.
Membina
kepemimpinan bagi perawat baik untuk tingkat nasional maupun internasional.
9.
Membina
sikap profesionalisme bagi perawat.
10. Menyelenggarakan program secara
benar.
11. Memberikan pelayanan masalah-masalah
politik pada perawat.
12. Menjaga terjadinya komunikasi bagi
seluruh anggotanya.
13. Menyediakan advokasi bagi
anggotanya.
14. Berbicara dan menjelaskan tentang
profesi keperawatan kepada pihak lain.
15. Melindungi dan mempromosikan
kemajuan kesejahteraan manusia yang terkait dengan perawat kesehatan.
2.2 Keperawatan Prosesional
Konsep Penting Untuk Profesionalisme
Keperawatan
1. Profesionalisme
Keperawatan
2. Otonomi
3. Gaya
Kepemimpinan
Profesionalisme Keperawatan memiliki
atribut penting dalam profesionalisasi keperawatan (Miller, 1985), yakni :
1.
Memperoleh
tubuh pengetahuan (Body of Knowledge) dalam tatanan universitas dan orientasi
sains pada tingkat pasca sarjana dalam keperawatan.
2.
Mencapai
kompetensi dengan landasan teoritik, dimana diagnosis dan tritmen respons
manusia terhadap masalah kesehatan yang nyata atau potensial dapat
dilaksanakan.
3.
Menyebutkan
dan menspesifikasikan keterampilan dan kompetensi yang merupakan batas dari
keahlian.
Kriteria untuk mencapai Status
Profesional dalam Keperawatan (Flexner :1915) :
1.
Adanya
Intelektualitas kegiatan kelompok yang cukup tinggi.
2.
Tindakan
Keperawatan di landasi pengetahuan yang dapat di pelajari.
4.
Tindakan
keperawatan mengutamakan aspek pragmatisme dalam konteks teori.
5.
Profesi
memiliki berbagai kegiatan teknis yang merupakan kegiatan pendidikan profesi.
6.
Tenaga
keperawatan merupakan anggota profesi yang solid.
7.
Motivasi
staf yang tinggi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
8.
Pohon
pengetahuan berorientasi pada praktek keperawatan melalui kegiatan riset
keperawatan dan kemampuan analisis menyelesaikan masalah.
9.
Kemampuan
berkolaborasi dengan kelompok pelayanan dan individu lain untuk kepentingan
pasien.
10. Kesejawatan yang kokoh melalui penerapan
peraturan perijinan dan praktek untuk melindungi pasien.
11. Mempertahankan Otonomi melalui
hubungan langsung dengan klien.
12. Memberlakukan kode etik yang
kohesif, jelas dan di terjemahkan secara baik oleh staf, di wujudkan melalui
sikap dan perilaku serta kemampuan mengantisipasi situasi yang berpotensi
menjadi masalah etik.
Menunjuk kepada kemandirian profesi
(otonomi). Perawat dapat melakukan seluruh fungsi profesionalnya berdasarkan
pengetahuan dan keputusannya dan hak untuk melakukan hal tersebut di akui oleh
pihak lain, seperti:
1.
Komponen
penting bagi keperawatan sebagai profesi, yaitu membangun mekanisme untuk
mengatur diri dan pengaturan (self regulation dan governance).
2.
Hal
penting untuk memahami perlunya struktur manajemen kolaboratif dalam
profesionalisasi keperawatan dan meningkatkan kepuasan peran dan retensi.
3.
Perilaku
profesional dominasinya adalah intelektual dan di dasari landasan teoritik
ilmu.
4.
Hak
untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang berdampak pada praktek
profesional adalah pusat dari konsep otonomi.
2.3 Perkembangan Profesionalisme
Keperawatan
Melihat catatan sejarah tentang awal
mula keberadaan perawat di Indonesia, yang diperkirakan baru bermula pada awal
abad ke 19, dimana disebutkan adanya perawat saat itu adalah dikarenakan adanya
upaya tenaga medis untuk memberikan pelayanan kesehatan yang lebih baik
sehingga diperlukan tenaga yang dapat membantu atau tenaga pembantu. Tenaga
tersebut dididik menjadi seorang perawat melalui pendidikan magang yang berorientasi
pada penyakit dan cara pengobatannya. Sampai dengan perkembangan keperawatan di
Indonesia pada tahun 1983 PPNI (Persatuan Perawat Nasional Indonesia) melakukan
Lokakarya Nasional Keperawatan di Jakarta, melalui lokakarya tersebut perawat
bertekad dan bersepakat menyatakan diri bahwa keperawatan adalah suatu bidang
keprofesian.
Perkembangan profesionalisme
keperawatan di Indonesia berjalan seiring dengan perkembangan pendidikan
keperawatan yang ada di Indonesia. Pengakuan perawat profesionalan pemula adalah
bagi mereka yang berlatarbelakang pendidikan Diploma III keperawatan. Program
ini menghasilkan perawat generalis sebagai perawat profesional pemula,
dikembangkan dengan landasan keilmuan yang cukup dan landasan profesional yang
kokoh.
2.4 Peran, Fungsi dan Tugas Perawat
2.4.1 Peran Perawat
Peran merupakan tingkah laku yang diharapakan oleh orang
lain terhadap seseorang sesuai dengan kedudukan dalam sistem, dimana dapat
dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari profesi yang bersifat konstan.
Peran perawat menurut konsorium ilmu
kesehatan tahun 1989 terdiri dari peran sebagai pemberi asuhan keperawatan,
advokat pasien, pendidik, koordinator, kolaborator, konsultan dan peneliti.
2.4.2 Fungsi Perawat
Dalam
menjalankan perannya, perawat akan melaksanakan berbagai fungsi diantaranya:
fungsi independen, fungsi dependen, dan fungsi interdependen.
a. Fungsi Independen
Merupakan fungsi mandiri dan tidak
tergantung pada orang lain, dimana perawat dalam menjalankan tugasnya dilakukan
secara sendiri dengan keputusan sendiri dalam melakukan tindakan dalam memenuhi
kebutuhan dasar manusia.
b.
Fungsi Dependen
Merupakan fungsi perawat dalam
melaksanakan kegiatannya atas pesan atau instruksi dari perawat lain.
c. Fungsi Interdependen
Fungsi ini dilakukan dalam kelompok
tim yang bersifat saling ketergantungan di antara tim satu dengan lain.
2.4.3
Tugas Perawat
Tugas perawat dalam menjalankan perannya sebagai pemberi
asuhan keperawatan ini dapat dilaksanakan sesuai dengan tahapan dalam proses keperawatan.
Tugas perawat ini disepakati dalam lokakarya tahun 1983 yang berdasarkan fungsi
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan adalah sebagai berikut:
1.
Mengkaji kebutuhan pasien, keluarga,
kelompok dan masyarakat serta sumber yang tersedia dan potensi untuk memenuhi
kebutuhan tersebut. Mengumpul data, menganilisis dan menginterpretasikan data.
2.
Merencanakan tindakan keperawatan
kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat berdasarkan diagnosis
keperawatan Mengembangkan rencana tindakan keperawatan.
3.
Melaksanakan rencana keperawatan
yang meliputi upaya peningkatan kesehatan, pencegah penyakit, penyembuhan,
pemulihan dan pemeliharaan kesehatan termasuk pelayanan klien dan keadaan
terminal. Menggunakan dan menerapkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip ilmu
perilaku, sosial budaya, ilmu biomedik dalam melaksanakan asuhan keperawatan
dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar manusia.
4.
Mengevaluasi hasil asuhan
keperawatan. Menentukan kriteria yang dapat diukur dalam menilai rencana keperawatan.
Menilai tingkat pencapaian tujuan. Mengidentifikasi perubahan-perubahan yang
diperlukan.
5.
Mendokumentasi proses keperawatan.
Mengevaluasi data permasalahan keperawatan. Mencatat data dalam proses
keperawatan. Menggunakan catatan klien untuk memonitor asuhan keperawatan.
6.
Mengidentifikasi hal-hal yang perlu
diteliti atau dipelajari serta merencanakan studi kasus guna meningkatkan
pengetahuan dan mengembangkan keterampilan dalam praktik keperawatan.
Mengidentifikasi masalah-masalah penelitian dalam bidang keperawatan. Membuat
usulan rencana penelitian keperawatan. Menerapkan hasil penelitian dalam
praktik keperawatan.
7.
Berperan serta dalam melaksanakan
penyuluhan kesehatan kepada klien keluarga kelompok serta masyarakat.
Mengidentifikasi kebutuhan pendidikan kesehatan. Membuat rencana penyuluhan
kesehatan. Melaksanakan penyuluhan kesehatan. Mengevaluasi hasil penyuluhan
kesehatan.
8.
Bekerja sama dengan disiplin ilmu
terkait dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada klien, keluarga, kelompok,
dan masyarakat. Berperan serta dalam pelayanan kesehatan kepada individu,
keluarga kelompok dan masyarakat. Menciptakan komunikasi yang efektif baik
dengan tim keperawatan maupun tim kesehatan lain.
9.
Mengelola perawatan klien dan
berperan sebagai ketua tim dalam melaksanakan kegiatan keperawatan. Menerapkan
keterampilan manajemen dalam keperawatan klien secara menyeluruh.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Keperawatan sebagai suatu profesi adalah salah satu
pekerjaan bagian dari tim kesehatan, yang ikut bertanggung jawab dalam membantu
klien sebagai individu, keluarga, maupun sebagai masyarakat, baik dalam kondisi
sehat ataupun sakit, yang bertujuan untuk tercapainya pemenuhan kebutuhan dasar
klien, dalam mempertahankan kondisi kesehatan yang optimal, dalam menentukan
tindakan keperawatan harus didasarkan pada ilmu pengetahuan, komunikasi
interpersonal serta memiliki keterampilan yang jelas dalam keahliannya.
Profesionalisme dalam keperawatan merupakan pelayanan
kesehatan yang dikerjakan/dilaksanakan berdasarkan pengetahuan atau tingkat
intelektual yang tinggi, memiliki skill yang matang dan mantap, serta intuisi
yang cermat dalam penanganan. Kekompakan di antar petugas kesehatan juga mesti
terjalin agar kerja sama dalam keperawatan mampu berjalan dengan sebaik
mungkin.
3.2 Saran
Kami berharap para pembaca (terutama perawat) agar mampu
menumbuhkan dan meningkatkan kualitas diri dan profesionalismenya utamnya pada
bidangnnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ali,H. Ziadin.Pengantar keperawatan profesional.
Hidayat,Aziz Alimul.Konsep dasar
keperawatan.
laskargaluh.blogspot.com/.../sejarah-perkembangan-keperawatan.htm
Pro-Health. 2009. Keperawatan
Sebagai Suatu Profesi. (http://stikeskabmalang.wordpress.com/2009/09/17/keperawatan-sebagai-suatu-profesi-3/,
27 Maret 2012)
Porter - O'Grady, 1986. Konsep Keperawatan Profesional. Yorkshire:
BBC Library
PROFESI
http://www.scribd.com/doc/53424508/KEPERAWATAN-SEBAGAI-PROFESI
Sumijatun.
2010. Konsep Dasar Menuju Keperawatan
Profesional. Jakarta: Trans Info Media