Selasa, 11 Juni 2013

PENGANTAR KEPERAWATAN PROFESIONAL


BAB I
PENDAHULUAN
1.1   Latar Belakang
Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan biopsikososial dan spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh aspek kehidupan manusia. (Lokakarya Nasional, 1983).
Profesi adalah suatu pekerjaan yang ditujukan untuk kepentingan masyarakat dan bukan untuk kepentingan golongan atau kelompok tertentu. Profesi sangat mementingkan kesejahteraan orang lain, dalam konteks bahasan ini konsumen sebagai penerima jasa pelayanan keperawatan profesional. Menurut Webster, profesi adalah pekerjaan yang memerlukan pendidikan yang lama dan menyangkut keterampilan intelektual.
Kelly dan Joel (1995) menjelaskan, “Profesional sebagai suatu karakter, spirit atau metode profesional yang mencakup pendidikan dan kegiatan di berbagai kelompok okupasi yang anggotanya berkeinginan menjadi profesional”. Profesional merupakan suatu proses yang dinamis untuk memenuhi atau mengubah karakteristik kearah suatu profesi.
Sejak abad yang lalu keperawatan telah megalami perubahan yang drastis, selain itu juga telah mengikuti perundang-undangan dan mendapatkan penghargaan sebagai profesi penuh. Hugnes E.C (1963) mengatakan bahwa, “Profesi adalah seorang ahli, mereka mengetahui lebih baik tentang sesuatu hal dari orang lain, serta mengetahui lebih baik daripada kliennya tentang apa yang terjadi pada klien”. Dalam konsep profesi ada tiga nilai penting yang perlu dipahami yakni:
1.        Pengetahuan yang mendalam dan sistimatik.
2.        Keterampilan teknis dan kiat yang diperoleh melalui latihan yang lama.
3.        Pelayanan asuhan kepada yang memerlukan berdasarkan ilmu pengetahuan, keterampilan teknis dan pedoman serta falsafah moral yang diyakini (etika profesi).

Menurut Hood L.J dan Leddy S.K (2006), “Perawat profesional akan menggunakan pendekatan holistik dalam menemukan kebutuhan kesehatan bagi klien yang dirawatnya, hal ini sesuai dengan pernyataan kebijakan yang disampaikan oleh American Nurses Association (1995), ada empat ciri praktik profesional yang harus dilakukan oleh perawat, yaitu:
1.      Perawat menggunakan fokus orientasi pada masalah dengan memperhatikan rangkaian seluruh respon manusia terhadap kesehatan dan penyakitnya.
2.      Perawat terintegrasi dalam tenaga kesehatan yang menggunakan pengetahuannya untuk membantu mencapai tujuan pasien dengan mengumpulkan data subjektif maupun objektif pasien dan memahaminya baik secara individual atau secara berkelompok.
3.      Perawat mengaplikasikan ilmu pengetahuannya untuk menentukan diagnosa dan melakukan treatment respon manusia.
4.      Perawat melakukan asuhan keperawatan dengan melakukan hubungan terapeutik dengan pasien untuk memfasilitasi kesehatan dan penyembuhan.

Ada tiga istilah penting yang berhubungan dengan profesi, yaitu profesionalisme, profesionalisasi, dan profesi.
1.    Profesionalisme
Merujuk pada karakter profesional, semangat atau metode. Merupakan suatu sifat resmi, cara hidup yang bertanggung jawab dan dapat dipercaya. Profesionalisme keperawatan telah ada sejak zaman Florence Nightingale (1820-1910).



2.    Profesionalisasi
Profesionalisasi adalah suatu proses untuk menjadikan profesional dengan cara memenuhi beberapa kriteria yang telah ditentukan/disepakati.
3.    Profesi
Jika dilihat di dalam kamus, sama dengan pekerjaan yang menghendaki pendidikan yang lebih luas atau memiliki ilmu pengetahuan yang spesial, keterampilan serta dipersiapkan dengan cara yang baik.
Dunia profesi keperawatan terus bergerak. Hampir dua dekade profesi ini menyerukan perubahan paradigma. Perawat yang semula tugasnya hanyalah semata-mata menjalankan perintah dokter kini berupaya meningkatkan perannya sebagai mitra kerja dokter seperti yang sudah dilakukan di negara-negara maju.
Sebagai sebuah profesi yang masih berusaha menunjukkan jati diri, profesi keperawatan dihadapkan pada banyak tantangan. Tantangan ini bukan hanya dari eksternal tapi juga dari internal profesi ini sendiri.

1.2  Rumusan Masalah
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan keperawatan sebagai profesi?
1.2.2 Menjelaskan maksud dari keperawatan profesional
1.2.3 Bagaimana perkembangan profesionalisme keperawatan?
1.2.4 Apa peran, fungsi, dan tugas perawat?



BAB II
PEMBAHASAN
2.1    Keperawatan Sebagai Profesi
Hall (1968) memberikan gambaran tentang suatu profesi yaitu suatu pekerjaan yang harus melalui proses empat tahapan antara lain :
1.    Memperoleh badan pengetahuan dari institusi pendidikan tinggi
2.    Menjadi pekerjaan utama
3.    Adanya organisasi profesi
4.    Terdapat kode etik

Keperawatan sebagai profesi merupakan salah satu pekerjaan dimana dalam menentukan tindakannya didasarkan pada ilmu pengetahuan serta memiliki keterampilan yang jelas dalam keahliannya.
Dengan adanya perkembangan keperawatan dari kegiatan yang sifatnya rutin yang menjadi pemenuhan kebutuhan berdasarkan ilmu, membawa suatu perubahan yang sangat besar dalam dunia keperawatan karena pelayanan yang semula hanya berdasarkan pada insting dan pengalaman menjadi pelayanan keperawatan profesional berdasarkan ilmu dan teknologi keperawatan yang selalu berubah sesuai dengan kemajuan zaman. Perawatan sebagai profesi mempunyai karakteristik sebagai berikut:

1.    Memiliki body of knowledge
Perawat bekerja dalam kelompok dan dilandasi dengan teori yang spesifik dan sistematis yang dikembangan melalui penelitian. Penelitian keperawatan yang dilakukan pada tahun 1940, merupakan titik awal perkembangan keperawatan. Pada tahun 1950 dengan semakin berkembangnya penelitian yang dilakukan mempunyai kontribusi yang cukup besar dalam dunia pendidikan keperawatan dan pada tahun 1960 penelitian lebih banyak dilakukan pada praktik keperawatan. Sejak tahun 1970, penelitian keperawatan lebih banyak dilakukan dengan memfokuskan diri pada praktik yang dihubungkan dengan isu-isu yang ada pada saat itu.
Menurut Potter dan Perry (1997), perawat telah memperlihatkan diri sebagai profesi dan dapat terlihat adanya pengetahuan keperawatan telah dikembangkan melalui teori-teori keperawatan. Model teori memberikan kerangka kerja bagi kurikulum dan praktik klinis keperawatan. Teori keperawatan mendorong ke arah penelitian yang meningkatkan dasar ilmiah untuk praktik keperawatan.

2.    Berhubungan dengan nilai-nilai sosial
Kategori ini mendorong profesi untuk mendapatkan penghargaan yang cukup baik dari masyarakat. Keperawatan telah diberi kepercayaan untuk menolong dan melayani orang lain/klien. Pada awalnya perawat diharapkan dapat menyisihkan sebagian besar waktunya untuk melayani, tetapi dengan semakin berkembangnya ilmu keperawatan tuntutan tersebut telah bergeser, perawat juga mengharapkan kompensasi dan mempunyai kehidupan yang lain disamping perannya sebagai perawat.
Karakteristik keperawatan merupakan suatu bentuk yang relevan dengan nilai-nilai masyarakat, seperti pentingnya kesehatan, kesembuhan dan keperawatan.
Masyarakat pada umumnya mengakui bahwa perawat mempunyai tugas untuk melawan klien dan juga melakukan upaya-upaya dalam promosi kesehatan dan pencegahan penyakit tetapi masih ada sebagian masyarakat yang belum mengetahui bahwa perawat adalah sebuah profesi. Untuk itu perlu adanya usaha dari perawat itu sendiri agar dapat meyakinkan masyarakat guna mendapatkan pengakuan sesuai dengan yang diinginkannya.

3.    Masa pendidikan
Kategori ini mempunyai empat bagian tambahan yaitu isi pendidikan, lamanya pendidikan, penggunaan simbol dan proses idealisme yang dituju serta tingkatan dari spesialisasi yang berhubungan dengan praktik. Menurut Nightingale pendidikan keperawatan harus melibatkan dua area penting yaitu teori dan praktik yang sampai saat ini masih dianut. Perkembangan pendidikan keperawatan dewasa ini sama dengan bidang ilmu yang lain, yaitu pendidikan tinggi. Pendidikan tinggi menimbulkan perubahan yang sangat berarti bagi perawat terhadap cara pandang asuhan keperawatan secara bertahap keperawatan beralih dari yang semulai berorientasi pada tugas menjadi berorientasi pada tujuan yang berfokus pada asuhan keperawatan yang efektif serta menggunakan pendekatan holisitik dan proses keperawatan.

4.    Motivasi
Motivasi untuk bekerja merupakan kategori keempat dari Pavalko. Motivasi bukan hanya secara individu tetapi juga menyeluruh dalam kelompok. Motivasi diartikan sebagai suatu perhatian yang mengutamakan pelayanan kelompok keperawatan kepada klien. Ada beberapa pendapat bahwa saat ini anak-anak muda menginginkan menempuh pendidikan tinggi agar dapat mempunyai kehidupan yang lebih baik seperti mendapatkan gaji lebih, kekuasaan, status disamping pekerjaan yang dilakukannya. Biasanya karakteristik ini tidak diasosiasikan dengan profesi keperawatan, walaupun demikian banyak perawat yang melakukan pelayanannya dengan berorientasikan kepada klien/pasien mereka dengan baik.

5.    Otonomi
Kategori kelima Pavalko adalah kebebasan untuk mengontrol dan mengatur dirinya sendiri. Profesi mempunyai otonomi untuk regulasi dan membuat standar bagi anggotanya. Hak mengurus diri sendiri merupakan salah satu tujuan dari asosiasi keperawatan, karena hal ini juga berarti keperawatan mempunyai status dan dapat mengontrol seluruh kegiatan praktik anggotanya. Otonomi juga dapat diartikan sebagai suatu kebebasan dalam bekerja dan pertanggungjawaban dari suatu tindakan yang dilakukannya.

6.    Komitmen
Kategori keenam adalah komitmen untuk bekerja. Manusia yang komitmen untuk bekerja menunjukkan adanya suatu keunggulan, untuk melaksanakan pekerjaannya dengan baik, mencegah terjadinya kemangkiran, menekuni pekerjaannya seumur hidup atau dalam periode waktu yang lama. Komitmen perawat juga dapat menurun, hal ini terjadi karena kebanyakan dari perawat adalah wanita, yang harus membagi perhatiannya dengan keluarga, sehingga mereka sering mengalami konflik yang berkepanjangan dan kadang-kadang harus keluar dari pekerjaannya.
Orientasi karir juga merupakan salah satu ciri dari komitmen, karena dengan adanya pengembangan karir melalui pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi membuat perawat dapat bekerja dengan lebih baik dan bertanggung jawab dalam melakukan asuhan keperawatan.

7.    Kesadaran bermasyarakat
Kesadaran bermasyarakat bagi perawat diartikan sebagai anggota kelompok yang ikut mengambil bagian dalam persamaan pedoman, nasib serta memiliki kebudayaan tersendiri. Perawat mempunyai simbol-simbol yang dikenal masyarakat sebagai ciri yang khas dari sebuah profesi seperti seragam putih, pin dan cap. Walaupun akhir-akhir ini banyak yang mengubah identitas tersebut, tetapi perawat telah memiliki perasaan yang kuat untuk tetap bersatu dalam kelompoknya.

8.    Kode etik
Eksistensi kode etik merupakan kategori terakhir dari Pavalko. Etika keperawatan merujuk pada standar etik yang membimbing perawat dalam praktik sehari-hari seperti jujur terhadap pasien, menghargai pasien atas hak-hak yang dirahasiakannya dan beradvokasi atas nama pasien.
Etika keperawatan ditujukan untuk mengidentifikasi, mengorganisasikan, memeriksa dan membenarkan tindakan-tindakan kemanusiaan dengan menerapkan prinsip-prinsip tertentu, selain itu juga menegaskan tentang kewajiban-kewajiban yang secara suka rela diemban oleh perawat dan mencari informasi mengenai dampak dari keputusan-keputusan perawat yang mempengaruhi kehidupan dari pasien dan keluarganya. Ciri dari praktik profesional adalah adanya komitmen yang kuat terhadap kepedulian individu, khususnya kekuatan fisik, kesejahteraan dan kebebasan pribadi, sehingga dalam praktik selalu melibatkan hubungan yang bermakna. Oleh karena itu seorang profesional harus memiliki orientasi pelayanan, standar praktik dan kode etik untuk melindungi masyarakat serta memajukan profesi.
Mengingat pentingnya pembinaan bagi tenaga keperawatan agar dapat bekerja dengan baik maka perlu adanya pemahaman tentang fungsi dari asosiasi keperawatan yang terdiri dari:
1.        Penetapan standar praktik, pendidikan dan pelayanan keperawatan.
2.        Menetapkan kode etik bagi perawat.
3.        Menetapkan sistem kredensial dalam keperawatan.
4.        Menetapkan untuk ikut berinisiatif dalam legislasi, program pemerintah, kebijakan kesehatan nasional dan internasional.
5.        Mendukung adanya sistem pendidikan yang baik, evaluasi dan perhatian dalam keperawatan.
6.        Adanya agensi sentral untuk mengoleksi, menganalisa dan desiminasi dari informasi yang relevan dengan keperawatan.
7.        Promosi dan proteksi ekonomi dan kesejahteraan bagi perawat.
8.        Membina kepemimpinan bagi perawat baik untuk tingkat nasional maupun internasional.
9.        Membina sikap profesionalisme bagi perawat.
10.    Menyelenggarakan program secara benar.
11.    Memberikan pelayanan masalah-masalah politik pada perawat.
12.    Menjaga terjadinya komunikasi bagi seluruh anggotanya.
13.    Menyediakan advokasi bagi anggotanya.
14.    Berbicara dan menjelaskan tentang profesi keperawatan kepada pihak lain.
15.    Melindungi dan mempromosikan kemajuan kesejahteraan manusia yang terkait dengan perawat kesehatan.





2.2    Keperawatan Prosesional
Konsep Penting Untuk Profesionalisme Keperawatan
1.            Profesionalisme Keperawatan
2.            Otonomi
3.            Gaya Kepemimpinan

Profesionalisme Keperawatan memiliki atribut penting dalam profesionalisasi keperawatan (Miller, 1985), yakni :
1.        Memperoleh tubuh pengetahuan (Body of Knowledge) dalam tatanan universitas dan orientasi sains pada tingkat pasca sarjana dalam keperawatan.
2.        Mencapai kompetensi dengan landasan teoritik, dimana diagnosis dan tritmen respons manusia terhadap masalah kesehatan yang nyata atau potensial dapat dilaksanakan.
3.        Menyebutkan dan menspesifikasikan keterampilan dan kompetensi yang merupakan batas dari keahlian.

Kriteria untuk mencapai Status Profesional dalam Keperawatan (Flexner :1915) :
1.           Adanya Intelektualitas kegiatan kelompok yang cukup tinggi.
2.           Tindakan Keperawatan di landasi pengetahuan yang dapat di pelajari.
4.           Tindakan keperawatan mengutamakan aspek pragmatisme dalam konteks teori.
5.           Profesi memiliki berbagai kegiatan teknis yang merupakan kegiatan pendidikan profesi.
6.           Tenaga keperawatan merupakan anggota profesi yang solid.
7.           Motivasi staf yang tinggi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
8.           Pohon pengetahuan berorientasi pada praktek keperawatan melalui kegiatan riset keperawatan dan kemampuan analisis menyelesaikan masalah.
9.           Kemampuan berkolaborasi dengan kelompok pelayanan dan individu lain untuk kepentingan pasien.
10.       Kesejawatan yang kokoh melalui penerapan peraturan perijinan dan praktek untuk melindungi pasien.
11.       Mempertahankan Otonomi melalui hubungan langsung dengan klien.
12.       Memberlakukan kode etik yang kohesif, jelas dan di terjemahkan secara baik oleh staf, di wujudkan melalui sikap dan perilaku serta kemampuan mengantisipasi situasi yang berpotensi menjadi masalah etik.

Menunjuk kepada kemandirian profesi (otonomi). Perawat dapat melakukan seluruh fungsi profesionalnya berdasarkan pengetahuan dan keputusannya dan hak untuk melakukan hal tersebut di akui oleh pihak lain, seperti:
1.           Komponen penting bagi keperawatan sebagai profesi, yaitu membangun mekanisme untuk mengatur diri dan pengaturan (self regulation dan governance).
2.           Hal penting untuk memahami perlunya struktur manajemen kolaboratif dalam profesionalisasi keperawatan dan meningkatkan kepuasan peran dan retensi.
3.           Perilaku profesional dominasinya adalah intelektual dan di dasari landasan teoritik ilmu.
4.           Hak untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang berdampak pada praktek profesional adalah pusat dari konsep otonomi.

2.3    Perkembangan Profesionalisme Keperawatan
Melihat catatan sejarah tentang awal mula keberadaan perawat di Indonesia, yang diperkirakan baru bermula pada awal abad ke 19, dimana disebutkan adanya perawat saat itu adalah dikarenakan adanya upaya tenaga medis untuk memberikan pelayanan kesehatan yang lebih baik sehingga diperlukan tenaga yang dapat membantu atau tenaga pembantu. Tenaga tersebut dididik menjadi seorang perawat melalui pendidikan magang yang berorientasi pada penyakit dan cara pengobatannya. Sampai dengan perkembangan keperawatan di Indonesia pada tahun 1983 PPNI (Persatuan Perawat Nasional Indonesia) melakukan Lokakarya Nasional Keperawatan di Jakarta, melalui lokakarya tersebut perawat bertekad dan bersepakat menyatakan diri bahwa keperawatan adalah suatu bidang keprofesian.
Perkembangan profesionalisme keperawatan di Indonesia berjalan seiring dengan perkembangan pendidikan keperawatan yang ada di Indonesia. Pengakuan perawat profesionalan pemula adalah bagi mereka yang berlatarbelakang pendidikan Diploma III keperawatan. Program ini menghasilkan perawat generalis sebagai perawat profesional pemula, dikembangkan dengan landasan keilmuan yang cukup dan landasan profesional yang kokoh.

2.4    Peran, Fungsi dan Tugas Perawat
2.4.1    Peran Perawat
Peran merupakan tingkah laku yang diharapakan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai dengan kedudukan dalam sistem, dimana dapat dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari profesi yang bersifat konstan.
Peran perawat menurut konsorium ilmu kesehatan tahun 1989 terdiri dari peran sebagai pemberi asuhan keperawatan, advokat pasien, pendidik, koordinator, kolaborator, konsultan dan peneliti.
2.4.2    Fungsi Perawat
Dalam menjalankan perannya, perawat akan melaksanakan berbagai fungsi diantaranya: fungsi independen, fungsi dependen, dan fungsi interdependen.
a.    Fungsi Independen
Merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain, dimana perawat dalam menjalankan tugasnya dilakukan secara sendiri dengan keputusan sendiri dalam melakukan tindakan dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia.
b.    Fungsi Dependen
Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas pesan atau instruksi dari perawat lain.

c.    Fungsi Interdependen
Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling ketergantungan di antara tim satu dengan lain.

2.4.3    Tugas Perawat
Tugas perawat dalam menjalankan perannya sebagai pemberi asuhan keperawatan ini dapat dilaksanakan sesuai dengan tahapan dalam proses keperawatan. Tugas perawat ini disepakati dalam lokakarya tahun 1983 yang berdasarkan fungsi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan adalah sebagai berikut:
1.    Mengkaji kebutuhan pasien, keluarga, kelompok dan masyarakat serta sumber yang tersedia dan potensi untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Mengumpul data, menganilisis dan menginterpretasikan data.
2.    Merencanakan tindakan keperawatan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat berdasarkan diagnosis keperawatan Mengembangkan rencana tindakan keperawatan.
3.    Melaksanakan rencana keperawatan yang meliputi upaya peningkatan kesehatan, pencegah penyakit, penyembuhan, pemulihan dan pemeliharaan kesehatan termasuk pelayanan klien dan keadaan terminal. Menggunakan dan menerapkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip ilmu perilaku, sosial budaya, ilmu biomedik dalam melaksanakan asuhan keperawatan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar manusia.
4.    Mengevaluasi hasil asuhan keperawatan. Menentukan kriteria yang dapat diukur dalam menilai rencana keperawatan. Menilai tingkat pencapaian tujuan. Mengidentifikasi perubahan-perubahan yang diperlukan.
5.    Mendokumentasi proses keperawatan. Mengevaluasi data permasalahan keperawatan. Mencatat data dalam proses keperawatan. Menggunakan catatan klien untuk memonitor asuhan keperawatan.
6.    Mengidentifikasi hal-hal yang perlu diteliti atau dipelajari serta merencanakan studi kasus guna meningkatkan pengetahuan dan mengembangkan keterampilan dalam praktik keperawatan. Mengidentifikasi masalah-masalah penelitian dalam bidang keperawatan. Membuat usulan rencana penelitian keperawatan. Menerapkan hasil penelitian dalam praktik keperawatan.
7.    Berperan serta dalam melaksanakan penyuluhan kesehatan kepada klien keluarga kelompok serta masyarakat. Mengidentifikasi kebutuhan pendidikan kesehatan. Membuat rencana penyuluhan kesehatan. Melaksanakan penyuluhan kesehatan. Mengevaluasi hasil penyuluhan kesehatan.
8.    Bekerja sama dengan disiplin ilmu terkait dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada klien, keluarga, kelompok, dan masyarakat. Berperan serta dalam pelayanan kesehatan kepada individu, keluarga kelompok dan masyarakat. Menciptakan komunikasi yang efektif baik dengan tim keperawatan maupun tim kesehatan lain.
9.    Mengelola perawatan klien dan berperan sebagai ketua tim dalam melaksanakan kegiatan keperawatan. Menerapkan keterampilan manajemen dalam keperawatan klien secara menyeluruh.




BAB III
PENUTUP
3.1    Simpulan
Keperawatan sebagai suatu profesi adalah salah satu pekerjaan bagian dari tim kesehatan, yang ikut bertanggung jawab dalam membantu klien sebagai individu, keluarga, maupun sebagai masyarakat, baik dalam kondisi sehat ataupun sakit, yang bertujuan untuk tercapainya pemenuhan kebutuhan dasar klien, dalam mempertahankan kondisi kesehatan yang optimal, dalam menentukan tindakan keperawatan harus didasarkan pada ilmu pengetahuan, komunikasi interpersonal serta memiliki keterampilan yang jelas dalam keahliannya.
Profesionalisme dalam keperawatan merupakan pelayanan kesehatan yang dikerjakan/dilaksanakan berdasarkan pengetahuan atau tingkat intelektual yang tinggi, memiliki skill yang matang dan mantap, serta intuisi yang cermat dalam penanganan. Kekompakan di antar petugas kesehatan juga mesti terjalin agar kerja sama dalam keperawatan mampu berjalan dengan sebaik mungkin.


3.2    Saran
Kami berharap para pembaca (terutama perawat) agar mampu menumbuhkan dan meningkatkan kualitas diri dan profesionalismenya utamnya pada bidangnnya.







DAFTAR PUSTAKA

Ali,H. Ziadin.Pengantar keperawatan profesional.
Hidayat,Aziz Alimul.Konsep dasar keperawatan.
laskargaluh.blogspot.com/.../sejarah-perkembangan-keperawatan.htm
Pro-Health. 2009. Keperawatan Sebagai Suatu Profesi. (http://stikeskabmalang.wordpress.com/2009/09/17/keperawatan-sebagai-suatu-profesi-3/, 27 Maret 2012)
Porter - O'Grady, 1986. Konsep Keperawatan Profesional. Yorkshire: BBC Library
PROFESI  http://www.scribd.com/doc/53424508/KEPERAWATAN-SEBAGAI-PROFESI
Sumijatun. 2010. Konsep Dasar Menuju Keperawatan Profesional. Jakarta: Trans Info Media