BAB I
PEDAHULUAN
Pembangunan kesehatan sebagai salah satu
upaya pembangunan nasional diarahkan
guna tercapainya kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk hidup sehat bagi
setiap penduduk agar dapat mewujudkan
derajat kesehatan yang optimal. Dan kesehatan yang demikian yang menjadi
dambaan setiap orang sepanjang hidupnya. Tetapi datangnya penyakit merupakan hal yang tidak bisa ditolak
meskipun kadang- kadang bisa dicegah atau dihindari.
Pandangan
masyarakat mengenai terjadinya
penyakit berbeda antara daerah
yang satu dengan
daerah yang lain,
karena tergantung dari
kebudayaan yang ada dan
berkembang dalam masyarakat
tersebut. Pandangan kejadian penyakit yang
berlainan dengan ilmu
kesehatan sampai saat
ini masih ada di
masyarakat, dapat turun
temurun dari satu
generasi ke generasi
berikutnya dan bahkan dapat
berkembang luas
Penyakit
merupakan suatu fenomena
kompleks yang berpengaruh negatif terhadap
kehidupan manusia. Perilaku
dan cara hidup
manusia dapat merupakan
penyebab bermacam-macam penyakit
baik dizaman primitif
maupun di masyarakat yang
sudah sangat maju
peradaban dan kebudayaannya. Ditinjau
dari segi biologis penyakit merupakan :
“kelainan
berbagai organ tubuh
manusia, sedangkan dari
segi kemasyarakatan yang
sudah keadaan sakit dianggap sebagai penyimpangan perilaku dari keadaan sosial
yang normatif. Penyimpangan itu dapat
disebabkan oleh kelainan biomedis organ tubuh atau lingkungan manusia,
tetapi juga dapat
disebabkan oleh kelainan
emosional dan psikososial
individu bersangkutan. Faktor
emosional dan psikososial
ini pada dasarnya
merupakan akibat dari
lingkungan hidup atau
ekosistem manusia dan adat
kebiasaanmanusia atau kebudayaan (Loedin AA. Dalam Lumenta,” (1989 : 7-8).
Konsep kejadian penyakit menurut ilmu
kesehatan bergantung dari jenis penyakit.
Secara umum konsepsi
ini ditentukan oleh
berbagai faktor antara
lain parasit, vektor, manusia dan lingkungannya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Masalah kesehatan merupakan masalah
kompleks yang merupakan resultante dari berbagai masalah lingkungan yang
bersifat alamiah maupun masalah buatan manusia, sosial budaya, perilaku,
populasi penduduk, genetika, dan sebagainya.
Derajat kesehatan masyarakat yang
disebut sebagai psycho socio somatic health well being, merupakan
resultante dari 4 faktor yaitu:
1. Environment atau lingkungan.
2. Behaviour atau perilaku, antara yang pertama
dan kedua dihubungkan dengan ecological
balance.
3. Heredity atau keturunan yang dipengaruhi
oleh populasi, distribusi penduduk, dan sebagainya.
4. Health care service berupa program kesehatan yang
bersifat preventif, promotif, kuratif,
dan rehabilitatif.
Dari
empat faktor tersebut di atas, lingkungan dan perilaku merupakan faktor yang paling besar
pengaruhnya (dominan) terhadap tinggi
rendahnya derajat kesehatan masyarakat.
Tingkah laku sakit, peranan sakit dan peranan pasien sangat dipengaruhi
oleh faktor-faktor seperti kelas sosial, perbedaan suku bangsa dan budaya. Maka
ancaman kesehatan yang sama (yang ditentukan secara klinis), bergantung
dari variabel-variabel tersebut dapat
menimbulkan reaksi yang berbeda di kalangan pasien.
Pengertian sakit menurut etiologi
naturalistik dapat dijelaskan dari segi impersonal dan sistematik, yaitu bahwa
sakit merupakan satu keadaan atau satu hal yang disebabkan oleh gangguan terhadap sistem tubuh
manusia. Pernyataan tentang pengetahuan ini dalam tradisi klasik Yunani, India,
Cina, menunjukkan model keseimbangan (equilibrium model) seseorang
dianggap sehat apabila unsur-unsur utama yaitu panas dingin dalam tubuhnya
berada dalam keadaan yang seimbang. Unsur-unsur utama ini tercakup dalam konsep
tentang humors, ayurveda dosha, yin dan yang.
Konsep
penyebab dan proses terjadinya penyakit dalam epidemiologi berkembang dari
rantai sebab akibat kesuatu proses kejadian penyakit yakni proses interaksi
antara manusia (pejamu) dengan berbagai sifatnya (biologis, Fisiologis, Psikologis,
Sosiologis dan antropologis) dengan penyebab (agent) serta dengan lingkungan
(Enviroment).
Menurut
John Bordon, model segitiga epidemiologi menggambarkan interaksi tiga komponen
penyakit yaitu Manusia (Host), penyebab (Agent) dan lingkungan (Enviromet).
Untuk memprediksi penyakit, model ini menekankan perlunya analis dan pemahaman
masing-masing komponen. Penyakit dapat terjadi karena adanya ketidak seimbangan
antar ketiga komponen tersebut. Model ini lebih di kenal dengan model triangle
epidemiologi atau triad epidemilogi dan cocok untuk menerangkan penyebab
penyakit infeksi sebab peran agent (yakni mikroba) mudah di isolasikan dengan
jelas dari lingkungan.
Pejamu
(Host): hal-hal yang berkaitan dengan terjadinya penyakit pada manusia, antara
lain :
·
Umur,
jenis kelamin, ras, kelompok etmik (suku) hubungan keluarga
·
Bentuk
anatomis tubuh
·
Fungsi
fisiologis atau faal tubuh
·
Status
kesehatan, termasuk status gizi
·
Keadaan
kuantitas dan respon monitors
·
Kebiasaan
hidup dan kehidupan sosial
·
Pekerjaan,
dll.
Menurut
Hari Purnomo yang paling berkepentingan dan berperan untuk membuat terjadinya
suatu penyakit atau tidak justru manusia? Mengapa karena dia yang diberi rahmat
untuk mengendalikan, katanya jelas. Dalam manusia juga memiliki karakteristik
yang sangat berpengaruh seperti jenis kelamin (laki-laki dan perempuan), usia
(tua, muda, anak-anak), dll. Semua itu berpengaruh terhadap timbulnya penyakit.
Contoh kongkrit wanita lebih rentan terhadap serangan berbagai
penyakit-usahapun demikian karena usia yang amat tua dan amat muda akan mudah
jatuh sakit. Kemudian faktor keturunan juga berpengaruh. Misalnya penyakit
keturunan talasemia. Jika ada plasmodium melawan ditukarkan pada orang tersebar
oleh nyamuk, penyakit itu tidak akan terjangkit pada penderita talasemia,
karena sel darah merah yang ada tidak menguntungkan untuk pertumbuhan
plasmodium. Dan faktor yang sangat penting orang perilaku kebiasaan untuk
faktor perilaku dan kebiasaan menurut hari, secara dan kebiasaan tertentu,
memang bisa menimbulkan resiko memberikan proteksi dan perlindungan. Dan
semata-mata karya menyoroti kebiasaan hidup. Tetapi kebiasaan hidup yang mana,
yang bisa dikatakan memberikan perlindungan atau memberikan kecenderungan
terjadi penyakit.
Unsur
pejamu secara umum dapat dibagi dalam doa kelompok yaitu:
1. Manusia sebagai makhluk biologis
memiliki sekat biologis tertentu seperti Umur, jenis kelamin, ras dan keturunan
serta bentuk anatomis tubuh.
2. Manusia sebagai makhluk sosial
mempunyai berbagai sifat khusus seperti kelompok etnik termasuk adat,
kebiasaan, agama dan hubungan keluarga sehubungan sosial kemasyarakatan serta kebiasaan
hidup dan kehidupan sosial sehari-hari termasuk kebiasaan hidup sehat.
Pada
dasarnya, tidak satu pun penyakit yang dapat timbul hanya di sebabkan oleh satu
faktor tunggal semata, pada umumnya kejadian penyakit di sebabkan oleh berbagai
unsur yang secara bersama-sama mendorong terjadinya penyakit, namun demikian,
secara dasar, unsur penyebab penyakit dapat di bagi dalam dua bagian utama
yakni :
1. Penyebab kausal primer
Unsur
ini dianggap sebagai faktor kausal Terjadinya penyakit, dengan ketentuan bahwa
walaupun unsur ini ada, belum tentu terjadi penyakit, tetapi sebaliknya, Pada
penyakit tertentu, unsur ini dijumpai sebagai unsur penyebab kausal. Unsur
penyebab kausul ini dapat dibagi dalam 5 kelompok yaitu :
·
Unsur
‘penyebab biologis yakni semua unsur penyebab yang tergolong makhluk hidup
termasuk kelompok mikro organisme seperti Virus, bakteri, protozoa, jamur,
kelompok cacing, dan insekta. Unsur penyebab ini pada umumnya di jumpai pada
penyakit infeksi menular
·
Unsur
penyebab, nutrisi yakni semua unsur penyebab yang termasuk golongan zat nutrisi
dan dapat menimbulkan penyakit tertentu karena kekurangan maupun kelebihan zat
nutrisi tertentu seperti protein, lemak, hidrat arang, vitamin, mineral, dan
air.
·
unsur
penyebab kimiawi yakni semua unsur dalam bentuk senyawaan kimia yang dapat
menimbulkan gangguan kesehatan/penyakit tertentu. Unsur ini pada umumnya
berasal dari luar tubuh termasuk berbagai jenis zat, racun, obat-obatan keras,
berbagai senyawaan kimia ini dapat berbentuk padat, cair, uap, maupun gas. Ada
pula senyawaan kimiawi sebagai hasil produk tubuh (dari dalam) yang dapat
menimbulkan penyakit tertentu seperti ureum, kolesterol, dan lain-lain
·
unsur
penyebab fisika yakni semua unsur yang dapat menimbulkan penyakit melalui
proses fisika umpamanya panas (luka bakar), irisan, tikaman, pukulan
(rudapaksa), radiasi dan lain-lain. Proses kejadian penyakit dalam hal ini
terutama melalui proses fisika yang dapat menimbulkan kelainan dan gangguan
kesehatan.
·
Unsur
penyebab psikis yakni semua unsur yang pertalian dengan kejadian penyakit
gangguan jiwa serta gangguan tingkah laku sosial. Unsur penyebab ini belum
jelas proses dan mekanisme kejadian dalam timbulnya penyakit, bahkan sekelompok
ahli lebih menitik beratkan kejadian penyakit pada unsur penyebab genetika.
Dalam hal ini kita harus berhati-0hati terhadap faktor kehidupan sosial yang
bersifat non kausal serta lebih menampakkan diri dalam hubungannya dengan proses
kejadian penyakit maupun gangguan kejiawaan.
2. Penyebab kausal sekunder
Penyebab
sekunder merupakan unsur pembantu/penambah dalam proses kejadian penyakit dan
ikut dalam hubungan sebab akibat terjadinya penyakit. Dengan demikian, maka
dalam setiap analis penyebab penyakit dan hubungan sebab akibat terjadinya
penyakit, kita tidak hanya berpusat pada penyebab kausal primer semata, tetapi
harus memperhatikan semua unsur lain di luar unsur penyebab kausal primer. Hal
ini di dasarkan pada ketentuan bahwa pada umumnya kejadian setiap penyakit
sangat di pengaruhi oleh berbagai unsur yang berinteraksi dengan unsur penyebab
dan ikut dalam proses sebab akibat. Sebagai contoh pada penyakit
kardiovaskuler, tuberkulosis, kecelakaan lalu lintas, dan lain sebagainya.
Kejadiannya tidak di batasi hanya pada penyebab kausal saja, tetapi harus di
analisis dalam bentuk suatu rantai sebab akibat di mana peranan unsur penyebab
sekunder sangat kuat dalam mendorong penyebab kausal primer untuk dapat secara
bersama-sama menimbulkan penyakit.
Dan
penyebab agent menurut model segitiga epidemilogi terdiri dari biotis dan
abiotis.
Biotis
khususnya pada penyakit menular yaitu terjadi dari 5 golongan, yaitu:
·
Protozoa
: misalnya Plasmodum, amodea
·
Metazoa
: misalnyaarthopoda , helminthes
·
Bakteri
misalnya Salmonella, meningitis
·
Virus
misalnya dengue, polio, measies, lorona
·
Jamur
Misalnya : candida, tinia algae, hystoples osis
Abiotis,
terdiri dari;
·
Nutrient
Agent, misalnya kekurangan /kelebihan gizi (karbohididrat, lemak, mineral,
protein dan vitamin)
·
Chemical
Agent, misalnya pestisida, logam berat, obat-obatan
·
Physical
Agent, misalnya suhu, kelembaban panas, kardiasi, kebisingan.
·
Mechanical
Agent misalnya pukulan tangan kecelakaan, benturan, gesekan, dan getaran
·
Psychis
Agent, misalnya gangguan phisikologis stress depresi
·
Physilogigis
Agent, misalnya gangguan genetik.
·
Kebiasaan
hidup dan kehidupan sosial sehari-hari termasuk kehidupan sehat.
B. Konsep
Masyarakat dan pengobat tradisional
menganut dua konsep penyebab sakit, yaitu:
·
Naturalistik
·
Personalistik.
Penyebab bersifat Naturalistik
yaitu seseorang menderita sakit akibat pengaruh lingkungan, makanan (salah
makan), kebiasaan hidup, ketidak seimbangan dalam tubuh, termasuk juga
kepercayaan panas dingin seperti masuk angin dan penyakit bawaan. Konsep sehat
sakit yang dianut pengobat tradisional
(Battra) sama dengan yang dianut masyarakat setempat, yakni suatu
keadaan yang berhubungan dengan keadaan badan atau kondisi tubuh
kelainan-kelainan serta gejala yang dirasakan.
Sehat bagi seseorang berarti suatu
keadaan yang normal, wajar, nyaman, dan dapat melakukan aktivitas sehari-hari
dengan gairah. Sedangkan sakit dianggap sebagai suatu keadaan badan yang kurang
menyenangkan, bahkan dirasakan sebagai siksaan
sehingga menyebabkan seseorang tidak dapat menjalankan aktivitas
sehari-hari seperti halnya orang yang sehat
Sedangkan konsep Personalistik menganggap
munculnya penyakit (illness) disebabkan oleh intervensi suatu agen aktif
yang dapat berupa makhluk bukan manusia (hantu, roh, leluhur atau roh jahat),
atau makhluk manusia (tukang sihir, tukang tenung).
Menelusuri nilai budaya, misalnya
mengenai pengenalan kusta dan cara perawatannya. Kusta telah dikenal oleh
etnik Makasar sejak lama. Adanya istilah
kaddala sikuyu (kusta kepiting) dan kaddala massolong (kusta yang
lumer), merupakan ungkapan yang mendukung bahwa kusta secara endemik telah
berada dalam waktu yang lama di tengah-tengah masyarakat tersebut
Hasil penelitian kualitatif dan
kuantitatif atas nilai - nilai budaya di Kabupaten Soppeng, dalam kaitannya
dengan penyakit kusta di masyarakat Bugis menunjukkan bahwa timbul dan
diamalkannya leprophobia secara ketat karena menurut salah seorang tokoh
budaya, dalam nasehat perkawinan orang-orang tua di sana, kata kaddala ikut
tercakup di dalamnya. Disebutkan bahwa bila terjadi pelanggaran melakukan
hubungan intim saat istri sedang haid, mereka (kedua mempelai) akan terkutuk
dan menderita kusta/kaddala. Ide yang bertujuan guna terciptanya moral
yang agung di keluarga baru, berkembang menuruti proses komunikasi dalam
masyarakat dan menjadi konsep penderita kusta sebagai penanggung dosa.
Pengertian penderita sebagai akibat dosa dari ibu-bapak merupakan awal derita
akibat leprophobia. Rasa rendah diri penderita dimulai dari rasa rendah
diri keluarga yang merasa tercemar bila salah seorang anggota keluarganya
menderita kusta. Dituduh berbuat dosa melakukan hubungan intim saat istri
sedang haid bagi seorang fanatik Islam dirasakan sebagai beban trauma
psikosomatik yang sangat berat
Orang tua, keluarga sangat menolak
anaknya didiagnosis kusta. Pada penelitian Penggunaan Pelayanan Kesehatan Di
Propinsi Kalimantan Timur dan Nusa Tenggara Barat (1990), hasil diskusi kelompok
di Kalimantan Timur menunjukkan bahwa anak dinyatakan sakit jika menangis
terus, badan berkeringat, tidak mau makan, tidak mau tidur, rewel, kurus
kering. Bagi orang dewasa, seseorang dinyatakan sakit kalau sudah tidak bisa
bekerja, tidak bisa berjalan, tidak enak badan, panas dingin, pusing, lemas,
kurang darah, batuk-batuk, mual, diare. Sedangkan hasil diskusi kelompok di
Nusa Tenggara Barat menunjukkan bahwa anak sakit dilihat dari
keadaan fisik tubuh dan tingkah lakunya yaitu jika menunjukkan gejala misalnya
panas, batuk pilek, mencret, muntah-muntah, gatal, luka, gigi bengkak, badan
kuning, kaki dan perut bengkak.
Seorang pengobat tradisional yang juga
menerima pandangan kedokteran modern, mempunyai pengetahuan yang menarik
mengenai masalah sakit-sehat. Baginya, arti sakit adalah sebagai berikut: sakit
badaniah berarti ada tanda-tanda penyakit di badannya seperti panas tinggi, penglihatan lemah,
tidak kuat bekerja, sulit makan, tidur terganggu, dan badan lemah atau sakit,
maunya tiduran atau istirahat saja. Pada penyakit batin tidak ada tanda-tanda
di badannya, tetapi bisa diketahui dengan menanyakan pada yang gaib. Pada orang
yang sehat, gerakannya lincah, kuat bekerja, suhu badan normal, makan dan tidur
normal, penglihatan terang, sorot mata cerah, tidak mengeluh lesu, lemah, atau
sakit-sakit badan menggambarkan secara deskriptif persepsi masyarakat beberapa daerah di Indonesia
mengenai sakit dan penyakit; masyarakat menganggap bahwa sakit adalah
keadaan individu mengalami serangkaian
gangguan fisik yang menimbulkan rasa tidak nyaman. Anak yang sakit ditandai
dengan tingkah laku rewel, sering menangis dan tidak nafsu makan. Orang dewasa
dianggap sakit jika lesu, tidak dapat bekerja, kehilangan nafsu makan, atau
"kantong kering" (tidak punya uang). Selanjutnya masyarakat
enggolongkan penyebab sakit ke dalam 3 bagian yaitu :
ü Karena pengaruh
gejala alam (panas, dingin) terhadap tubuh manusia
ü Makanan yang
diklasifikasikan ke dalam makanan panas dan dingin.
ü Supranatural
(roh, guna-guna, setan dan lain-lain.).
Untuk mengobati sakit yang termasuk dalam
golongan pertama dan ke dua, dapat
digunakan obat-obatan, ramuan-ramuan, pijat, kerok, pantangan makan, dan
bantuan tenaga kesehatan. Untuk penyebab sakit yang ke tiga harus dimintakan
bantuan dukun, kyai dan lain-lain. Dengan demikian upaya penanggulangannya
tergantung kepada kepercayaan mereka terhadap penyebab sakit.
Beberapa contoh penyakit pada bayi dan anak
sebagai berikut :
1. Sakit demam dan panas.
Penyebabnya adalah perubahan cuaca, kena
hujan, salah makan, atau masuk angin. Pengobatannya adalah dengan cara
mengompres dengan es, oyong, labu putih yang dingin atau beli obat influensa.
Di Indramayu dikatakan penyakit adem meskipun gejalanya panas tinggi, supaya
panasnya turun. Penyakit tampek (campak) disebut juga sakit adem karena
gejalanya badan panas.
2. Sakit mencret (diare).
Penyebabnya adalah salah makan, makan kacang
terlalu banyak, makan makanan pedas, makan udang, ikan, anak meningkat
kepandaiannya, susu ibu basi, encer, dan lain-lain.
Penanggulangannya dengan obat tradisional
misalkan dengan pucuk daun jambu dikunyah ibunya lalu diberikan kepada anaknya
(Bima Nusa Tenggara Barat) obat lainnya adalah Larutan Gula Garam (LGG),
Oralit, pil Ciba dan lain-lain.
Larutan Gula Garam sudah dikenal hanya
proporsi campurannya tidak tepat.
3. Sakit
kejang-kejang
Masyarakat pada umumnya menyatakan bahwa
sakit panas dan kejang-kejang disebabkan oleh hantu. Di Sukabumi disebut hantu
gegep, sedangkan di Sumatra Barat disebabkan hantu jahat. Di Indramayu
pengobatannya adalah dengan dengan pergi ke dukun atau memasukkan bayi ke bawah
tempat tidur yang ditutupi jaring.
4. Sakit tampek (campak)
Penyebabnya adalah karena anak terkena panas
dalam, anak dimandikan saat panas terik, atau kesambet. Di Indramayu ibu-ibu
mengobatinya dengan membalur anak dengan asam kawak, meminumkan madu dan jeruk
nipis atau memberikan daun suwuk, yang menurut kepercayaan dapat mengisap
penyakit.
C. Kejadian Penyakit
Penyakit merupakan suatu fenomena kompleks yang
berpengaruh negatif terhadap kehidupan manusia. Perilaku dan cara hidup manusia
dapat merupakan penyebab bermacam-macam penyakit baik di zaman primitif maupun
di masyarakat yang sudah sangat maju peradaban dan kebudayaannya.
Ditinjau dari segi biologis penyakit merupakan kelainan
berbagai organ tubuh manusia, sedangkan dari segi kemasyarakatan keadaan sakit
dianggap sebagai penyimpangan perilaku dari keadaan sosial yang normatif.
Penyimpangan itu dapat disebabkan oleh kelainan biomedis organ tubuh atau
lingkungan manusia, tetapi juga dapat disebabkan oleh kelainan emosional dan
psikososial individu bersangkutan. Faktor emosional dan psikososial ini pada
dasarnya merupakan akibat dari lingkungan hidup atau ekosistem manusia dan adat
kebiasaan manusia atau kebudayaan
Konsep kejadian penyakit menurut ilmu kesehatan
bergantung jenis penyakit. Secara umum konsepsi ini ditentukan oleh berbagai
faktor antara lain parasit, vektor, manusia dan lingkungannya. Para ahli antropologi kesehatan yang dari definisinya
dapat disebutkan berorientasi ke ekologi, menaruh perhatian pada hubungan
timbal balik antara manusia dan lingkungan alam-nya, tingkah laku penyakitnya
dan cara-cara tingkah laku penyakitnya mempengaruhi evolusi kebudayaannya
melalui proses umpan balik.
Penyakit dapat dipandang sebagai suatu unsur dalam
lingkungan manusia, seperti tampak pada ciri sel-sabit (sickle-cell) di
kalangan penduduk Afrika Barat, suatu perubahan evo-lusi yang adaptif, yang
memberikan imunitas relatif terhadap malaria. Ciri sel sabit sama sekali bukan
ancaman, bahkan merupakan karakteristik yang diinginkan karena memberikan
proteksi yang tinggi terhadap gigitan nyamuk Anopheles.
Bagi masyarakat Dani di Papua, penyakit dapat merupakan
simbol sosial positif, yang diberi nilai-nilai tertentu. Etiologi penyakit
dapat dijelaskan melalui sihir, tetapi juga sebagai akibat dosa. Simbol sosial
juga dapat merupakan sumber penyakit. Dalam peradaban modern, keterkaitan
antara simbol-simbol sosial dan risiko kesehatan sering tampak jelas, misalnya
remaja merokok. Suatu kajian hubungan antara psikiatri dan antropologi dalam konteks perubahan sosial ditulis oleh
Rudi Salan berdasarkan pengalaman sendiri sebagai psikiater;
salah satu kasusnya sebagai berikut:
Seorang perempuan yang sudah cukup umur reumatiknya diobati hanya dengan
vitamin dan minyak ikan saja dan percaya penyakitnya akan sembuh.
Menurut pasien penyakitnya disebabkan karena "darah
kotor" oleh karena itu satu-satunya jalan penyembuhan adalah dengan makan
makanan yang bersih , yaitu `mutih' (ditambah vitamin seperlunya agar tidak
kekurangan vitamin) sampai darahnya menjadi bersih kembali. Bagi seorang dokter
pendapat itu tidak masuk akal, tetapi begitulah kenyataan yang ada dalam
masyarakat.
D. Persepsi Masyarakat
Persepsi masyarakat mengenai terjadinya penyakit berbeda
antara daerah yang satu dengan daerah
yang lain, karena tergantung dari kebudayaan yang ada dan berkembang dalam
masyarakat tersebut. Persepsi kejadian penyakit yang berlainan dengan ilmu
kesehatan sampai saat ini masih ada di masyarakat; dapat turun dari satu
generasi ke generasi berikutnya dan bahkan dapat berkembang luas.
Berikut ini contoh persepsi masyarakat tentang penyakit
malaria, yang saat ini masih ada di beberapa daerah pedesaan di Papua (Irian
Jaya). Makanan pokok penduduk Papua adalah sagu yang tumbuh di daerah
rawa-rawa. Selain rawa-rawa, tidak jauh dari mereka tinggal terdapat hutan
lebat. Penduduk desa tersebut beranggapan bahwa hutan itu milik penguasa gaib
yang dapat menghukum setiap orang yang melanggar ketentuannya. Pelanggaran
dapat berupa menebang, membabat hutan untuk tanah pertanian, dan lain-lain akan
diganjar hukuman berupa penyakit dengan gejala demam tinggi, menggigil, dan
muntah. Penyakit tersebut dapat sembuh dengan cara minta ampun kepada penguasa
hutan, kemudian memetik daun dari pohon tertentu, dibuat ramuan untuk di minum
dan dioleskan ke seluruh tubuh penderita. Dalam beberapa hari penderita akan
sembuh.
Persepsi masyarakat mengenai penyakit diperoleh dan
ditentukan dari penuturan sederhana dan
mudah secara turun temurun. Misalnya penyakit akibat kutukan Allah, makhluk
gaib, roh-roh jahat, udara busuk, tanaman berbisa, binatang, dan sebagainya.
Pada sebagian penduduk Pulau Jawa, dulu penderita demam
sangat tinggi diobati dengan cara menyiram air di malam hari. Air yang telah
diberi ramuan dan jampi-jampi oleh dukun
dan pemuka masyarakat yang disegani digunakan sebagai obat malaria.
Nizar Zainal Abidin. Laporan
Penelitian Pengobatan Tradisional Daerah
Bandung. Disajikan pada Lokakarya II
tentang Penelitian Pengobatan
Tradisional. Ciawi, 22-24 Februari 1993.
Blum HL. Planning for Health;
Development Application of Social
Change Theory. , New York: Human
Science Press, 1972. p.3.
Arie Walukow. Dari Pendidikan Kesehatan ke Promosi Kesehatan.
Interaksi 2004; VI (XVII):4
Profil Pengobat Tradisional di Indonesia. Dir. Bina Peran Serta Masy.,
DirJen. Pembinaan Kes.Mas.. Departemen Kesehatan RI. 1997. hal. 4
Terima kasih, sangat membantu.
BalasHapus