Model
Konseptual Adaptasi roy
Empat elemen penting yang termasuk
dalam model adaptasi keperawatan adalah :
1.
Manusia
Roy mengemukakan bahwa manusia
sebagai sebuah sistem adaptif. Sebagai sistem adaptif, manusia dapat
digambarkan secara holistic sebagai satu kesatuan yang mempunyai input,
control, output, dan proses umpan balik. Proses control adalah mekanisme koping
yang dimanifestasikan dengan cara adaptasi. Lebih spesifik manusia di
definisikan sabagai sebuah sistem adaptif dengan aktivitas kognator dan regulator
untuk mempertahankan adaptasi dalam empat cara adaptasi yaitu : fungsi
fisiologi, konsep diri, fungsi peran, dan interdependensi.
Dalam model adaptasi keperawatan, manusia dijelaskan sebagai suatu sistem yang hidup, terbuka dan adaptif yang dapat mengalami kekuatan dan zat dengan perubahan lingkungan. Sebagai sistem adaptif manusia dapat digambarkan dalam istilah karakteristik sistem, Jadi manusia dilihat sebagai satu kesatuan yang saling berhubungan antar unit fungsional secara keseluruhan atau beberapa unit fungsional untuk beberapa tujuan. Sebagai suatu sistem manusia juga dapat digambarkan dengan istilah input, proses control dan umpan balik serta output. Input pada manusia sebagai suatu sistem adaptasi adalah dengan menerima masukan dari lingkungan luar dan lingkungan dalam diri individu itu sendiri. Input atau stimulus termasuk variable satandar yang berlawanan yang umpan baliknya dapat dibandingkan. Variabel standar ini adalah stimulus internal yang mempunyai tingkat adaptasi dan mewakili dari rentang stimulus manusia yang dapat ditoleransi dengan usaha-usaha yang biasanya dilakukan.
Dalam model adaptasi keperawatan, manusia dijelaskan sebagai suatu sistem yang hidup, terbuka dan adaptif yang dapat mengalami kekuatan dan zat dengan perubahan lingkungan. Sebagai sistem adaptif manusia dapat digambarkan dalam istilah karakteristik sistem, Jadi manusia dilihat sebagai satu kesatuan yang saling berhubungan antar unit fungsional secara keseluruhan atau beberapa unit fungsional untuk beberapa tujuan. Sebagai suatu sistem manusia juga dapat digambarkan dengan istilah input, proses control dan umpan balik serta output. Input pada manusia sebagai suatu sistem adaptasi adalah dengan menerima masukan dari lingkungan luar dan lingkungan dalam diri individu itu sendiri. Input atau stimulus termasuk variable satandar yang berlawanan yang umpan baliknya dapat dibandingkan. Variabel standar ini adalah stimulus internal yang mempunyai tingkat adaptasi dan mewakili dari rentang stimulus manusia yang dapat ditoleransi dengan usaha-usaha yang biasanya dilakukan.
Proses control manusia sebagai suatu
sistem adaptasi adalah mekanisme koping yang telah diidentifikasi yaitu :
subsistem regulator dan subsistem kognator. Regulator dan kognator adalah
digambarkan sebagai aksi dalam hubunganya terhadap empat efektor cara adaptasi
yaitu : fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependensi.
a. Mode Fungsi Fisiologi
Fungsi fisiologi berhubungan dengan
struktur tubuh dan fungsinya. Roy mengidentifikasi sembilan kebutuhan dasar
fisiologis yang harus dipenuhi untuk mempertahankan integritas, yang dibagi
menjadi dua bagian, mode fungsi fisiologis tingkat dasar yang terdiri dari 5
kebutuhan dan fungsi fisiologis dengan proses yang kompleks terdiri dari 4
bagian yaitu :
1) Oksigenasi : Kebutuhan tubuh
terhadap oksigen dan prosesnya, yaitu ventilasi, pertukaran gas dan transpor
gas (Vairo,1984 dalam Roy 1991).
2) Nutrisi : Mulai dari proses ingesti
dan asimilasi makanan untuk mempertahankan fungsi, meningkatkan pertumbuhan dan
mengganti jaringan yang injuri. (Servonsky, 1984 dalam Roy 1991).
3) Eliminasi : Yaitu ekskresi hasil
dari metabolisme dari instestinal dan ginjal. ( Servonsky, 1984 dalam Roy 1991)
4) Aktivitas dan istirahat : Kebutuhan
keseimbangan aktivitas fisik dan istirahat yang digunakan untuk mengoptimalkan
fungsi fisiologis dalam memperbaiki dan memulihkan semua komponen-komponen
tubuh. (Cho,1984 dalam Roy, 1991).
5) Proteksi/ perlindungan : Sebagai
dasar defens tubuh termasuk proses imunitas dan struktur integumen ( kulit,
rambut dan kuku) dimana hal ini penting sebagai fungsi proteksi dari infeksi,
trauma dan perubahan suhu. (Sato, 1984 dalam Roy 1991).
6) The sense / perasaan : Penglihatan,
pendengaran, perkataan, rasa dan bau memungkinkan seseorang berinteraksi dengan
lingkungan . Sensasi nyeri penting dipertimbangkan dalam pengkajian perasaan.(
Driscoll, 1984, dalam Roy, 1991).
7) Cairan dan elektrolit. : Keseimbangan
cairan dan elektrolit di dalamnya termasuk air, elektrolit, asam basa dalam
seluler, ekstrasel dan fungsi sistemik. Sebaliknya inefektif fungsi sistem
fisiologis dapat menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit. (Parly, 1984, dalam
Roy 1991).
8) Fungsi syaraf / neurologis :
Hubungan-hubungan neurologis merupakan bagian integral dari regulator koping
mekanisme seseorang. Mereka mempunyai fungsi untuk mengendalikan dan
mengkoordinasi pergerakan tubuh, kesadaran dan proses emosi kognitif yang baik
untuk mengatur aktivitas organ-organ tubuh (Robertson, 1984 dalam Roy, 1991).
9) Fungsi endokrin : Aksi endokrin
adalah pengeluaran horman sesuai dengan fungsi neurologis, untuk menyatukan dan
mengkoordinasi fungsi tubuh. Aktivitas endokrin mempunyai peran yang signifikan
dalam respon stress dan merupakan dari regulator koping mekanisme ( Howard
& Valentine dalam Roy,1991).
b. Mode Konsep Diri
Mode konsep diri berhubungan dengan
psikososial dengan penekanan spesifik pada aspek psikososial dan spiritual
manusia. Kebutuhan dari konsep diri ini berhubungan dengan integritas psikis
antara lain persepsi, aktivitas mental dan ekspresi perasaan. Konsep diri
menurut Roy terdiri dari dua komponen yaitu the physical self dan the personal
self.
1) The physical self, yaitu bagaimana
seseorang memandang dirinya berhubungan dengan sensasi tubuhnya dan gambaran
tubuhnya. Kesulitan pada area ini sering terlihat pada saat merasa kehilangan,
seperti setelah operasi, amputasi atau hilang kemampuan seksualitas.
2) The personal self, yaitu berkaitan
dengan konsistensi diri, ideal diri, moral- etik dan spiritual diri orang
tersebut. Perasaan cemas, hilangnya kekuatan atau takut merupakan hal yang
berat dalam area ini.
c. Mode fungsi peran
Mode fungsi peran mengenal pola -
pola interaksi sosial seseorang dalam hubungannya dengan orang lain, yang
dicerminkan dalam peran primer, sekunder dan tersier. Fokusnya pada bagaimana
seseorang dapat memerankan dirinya dimasyarakat sesuai kedudukannya .
d. Mode Interdependensi
Mode interdependensi adalah bagian
akhir dari mode yang dijabarkan oleh Roy. Fokusnya adalah interaksi untuk
saling memberi dan menerima cinta/ kasih sayang, perhatian dan saling
menghargai.
Interdependensi yaitu keseimbangan antara ketergantungan dan kemandirian dalam menerima sesuatu untuk dirinya. Ketergantungan ditunjukkan dengan kemampuan untuk afiliasi dengan orang lain. Kemandirian ditunjukkan oleh kemampuan berinisiatif untuk melakukan tindakan bagi dirinya. Interdependensi dapat dilihat dari keseimbangan antara dua nilai ekstrim, yaitu memberi dan menerima.
Interdependensi yaitu keseimbangan antara ketergantungan dan kemandirian dalam menerima sesuatu untuk dirinya. Ketergantungan ditunjukkan dengan kemampuan untuk afiliasi dengan orang lain. Kemandirian ditunjukkan oleh kemampuan berinisiatif untuk melakukan tindakan bagi dirinya. Interdependensi dapat dilihat dari keseimbangan antara dua nilai ekstrim, yaitu memberi dan menerima.
Output dari manusia sebagai suatu
sistem adaptif adalah respon inefektif. Respon-respon yang adaptif itu
mempertahankan atau meningkatkan integritas, sedangkan respon yang tidak
efektif atau maladaptif itu mengganggu integritas. Melalui proses umpan balik
respon-respon memberikan lebih lanjut masukan (input) pada manusia sebagai
suatu sisem.
Subsistem regulator dan kognator
adalah mekanisme adaptasi atau koping dengan perubahan lingkungan, dan
diperlihatkan melalui perubahan biologis, psikologis, dan social. Subsistem
regulator adalah gambaran respon yang kaitannya dengan perubahan pada sistem
saraf, kimia tubuh dan organ endokrin serta subsistem kognator adalah gambaran
respon yang kaitannya dengan perubahan kognitif dan emosi, termasuk didalamnya
persepsi, proses informasi, pembelajaran, dan membuat alasan dan emosional,
yang termasuk didalamnya mempertahankan untuk mencari bantuan.
2.
Lingkungan
Lingkungan digambarkan sebagai dunia
di dalam dan di luar manusia. Lingkungan merupakan masukan (input) bagi manusia
sebagai sistem yang adaptif sama halnya lingkungan sebagai stimulus eksternal
dan internal. Lebih lanjut stimulus itu dikoelompokkan menjadi tiga jenis
stimulus yaitu : fokal, konstektual, dan residual. Lebih luas lagi lingkungan
didefinisikan sebagai segala kondisi, keadaan disekitar dan mempengaruhi
keadaan, perkembangan dan perilaku manusia sebagai individu ata kelompok.
3.
Kesehatan
Menurut Roy, kesehatan didefinisikan
sebagai keadaan dan proses menjadi manusia secara utuh dan terintegrasi secara
keseluruhan. Integritas atau keutuhan manusia menyatakan secara tidak langsung
bahwa kkesehatan atau kondisi tidak terganggu mengacu kelengkapan atau kesatuan
dan kemungkinan tertinggi dari pemenuhan potensi manusia. Jadi Integritas
adalah sehat, sebaliknya kondisi yang tidak ada integritas kurang sehat.
Definisi kesehatan ini lebih dari tidak adanya sakit tapi termasuk penekanan
pada kondisi sehat sejahtera.
Dalam model adaptasi keperawatan,
konsep sehat dihubungkan dengan konsep adaptasi. Adaptasi yang bebas energi
dari koping yang inefektif dan mengizinkan manusia berespon terhadap stimulus
yang lain. Pembebasan energi ini dapat meningkatkan penyembuhan dan
mempertinggi kesehatan. Hal ini adalah pembebasan energi yang menghubungkan
konsep adaptasi dan kesehatan. Adaptasi adalah komponen pusat dalm model
keperawatan. Didalamnya menggambarkan manusia sebagai sistem adaptif. Adaptasi
dipertimbangkan baik proses koping terhadap stressor dan produk akhir dari
koping. Proses adaptasi termasuk fungsi holistic untuk mempengaruhi kesehatan
secara positif dan itu meningkatkan integritas. Proses adaptasi termasuk semua
interaksi manusia dan lingkungan terdiri dari dua proses. Bagian pertama dari
proses ini dimulai dengan pperubahan dalam lingkungan internal dan eksternal
yan gmembutuhkan sebuah respon. Perubahan – perubahan itu adalah stressor atau
stimulus fokal dan ditengahi oleh factor-faktor konstektual dan residual.
Bagian-bagian stressor menghasilkan interaksi yang biasanya disebut stress.
Bagian kedua adalah mekanisme koping yang merangsang untuk menghasilkan respon
adaptif dan inefektif.
Produk adaptasi adalah hasil dari
proses adaptasi dan digambarkan dalam istilah kondisi yang meningkatkan
tujuan-tujuan manusia yang meliputi : kelangsungan hidup, pertumbuhan,
reproduksi dan penguasaan yang disebut integritas. Kondisi akhir ini adalah
kondisi keseimbangan dinamik equilibrium yang meliputi peningkatan dan penurunan
respon-respon. Setiap kondisi adaptasi baru dipengaruhi oleh adaptasi, sehingga
dinamik equilibrium manusia berada pada tingkat yang lebih tinggi. Jarak yang
besar dari stimulus dapat disepakati dengan suksesnya manusia sebagai sistem
adaptif. Jadi peningkatan adaptasi mengarah pada tingkat-tingkat yang lebih
tinggi pada keadaan sejahtera atau sehat. Adaptasi kemudian disebut sebagai
suatu fungsi dari stimuli yang masuk dan tingkatan adaptasi.
4.
Keperawatan
Roy (1983) menggambarkan keperawatan
sebagai disiplin ilmu dan praktek. Sebagai ilmu, keperawatan mengobservasi,
mengklasifikasikan dan menghubungkan proses yang secara positif berpengaruh
pada status kesehatan. Sebagai disiplin, praktek, keperawatan menggunakan
pendekatan pengetahuan untukmenyediakan pelayanan pada orang-orang. Lebih
spesifik dia mendefinisikan keperawatan sebagai ilmu dan praktek dari
peningkatan adaptasi untuk meningkatkan kesehatan sebagai tujuan untuk
mempengaruhi kesehatan secara positif. Keperawatan meningkatkan adaptasi individu
dan kelompok dalam situasi yang berkaitan dengan kesehatan, Jadi model adaptasi
keperawatan menggambarkan lebih spesifik perkembangan ilmu keperawatan dan
praktek keperawatan yang berdasarkan ilmu keperawatan tersebut. Dalam model
tersebut, keperawatan terdiri dari tujuan keperawatan dan aktivitas
keperawatan.
Keperawatan adalah berhubungan
dengan manusia sebagai satu kesatuan yang berinteraksi dengan perubahan
lingkungan dan tanggapan terhadap stimulus internal dan eksternal yang
mempengaruhi adaptasi. Ketika stressor yang tidak biasa atau koping mekanisme
yang lemah membuat upaya manusia yang biasa menjadi koping yang tidak efektif,
manusia memerlukan seorang perawat. Ini tidak harus, bagaimanapun
diinterpretasikan umtuk memberi arti bahwa aktivitas keperawatan tidak hanya
diberikan ketika manusia itu sakit. Roy menyetujui, pendekatan holistic
keperawatan dilihat sebagai proses untuk mempertahankan keadaan baik dan tingkat
fungsi yang lebih tinggi.
Keperawatan terdiri dari dua yaitu :
tujuan keperawatan dan aktivitas keperawatan. Tujuan keperawatan adalah mempertinggi
interaksi manusia dengan lingkungan. Jadi peningkatan adaptasi dalam tiap empat
cara adaptasi yaitu :
(1)
fungsi fisiologis
(2)
konsep diri
(3)
fungsi peran
(4)
interdependensi
Dorongan terhadap peningkatan
integritas adaptasi dan berkontribusi terhadap kesehatan manusia, kualitas
hidup dan kematian dengan damai. Tujuan keperawatan diraih ketika stimulus
fokal berada dalam suatu area dengan tingkatan adaptasi manusia. Ketika
stimulus fokal tersebut berada pada area tersebut dimana manusia dapat membuat
suatu penyesuaian diri atau respon efektif. Adaptasi membebaskan energi dari
upaya koping yang tidak efektif dan memnugkinkan individu untuk merespon
stimulus yang lain. Kondisi tersebut dapat mencapai peningkatan penyembuhan dan
kesehatan. Jadi peranan penting adaptasi sangat ditekankan pada konsep ini.
Tujuan dari adaptasi adalah membantu
perkembangan aktivitas keperawatan yang digunakan pada proses keperawatan
meliputi : pengkajian, diagnosa keperawatan , tujuan, intervensi dan evaluas.
Adaptasi model keperawatan menetapkan “data apa yang dikumpulkan, bagaimana
mengidentifikasi masalah dan tujuan utama. Pendekatan apa yang dipakai dan
bagaiman mengevaluasi efektifitas proses keperawatan”.
Unit analisis dari pengkajian
keperawatan adalah interaksi manusia dengan lingkungan. Proses pengkajian
keperawatan adalah interaksi manusia dengan lingkungan. Proses pengkajian
termasuk dalam dua tingkat pengkajian Tingkat pertama mengumpulkan data tentang
perilaku manusia, dalam tiap empat cara penyesuaian diri. Data-data tersebut
dikumpulkan dari data observasi penilaian respond an komuniokasi dengan
individu. Dari data tersebut perawat membuat keputusan sementara tentang apakah
perilaku dapat menyesuaikan diri atau tidak efektif. Tingkat kedua pengkajian
adalah mengumpulkan data tentang fokal, konstektual dan residual stimuli.
Selama tingkat pengkajian ini perawat mengidentifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku yang diobservasi pada pengkajian tingkat pertama.
Keterlibatan ini penting untuk menetapkan faktor-faktor utama yang mempengaruhi
perilaku.
DAFTAR PUSTAKA
http://duniakesehatan.blogspot.com/2009/12/calistaroy
makasie....
BalasHapus