Kamis, 21 November 2013

BIOKIMA part PROTEIN


BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang
       Protein merupakan komponen utama dalaqm semua sel hidup, baik tumbuhan maupun hewan. Pada sebagian beasar jaringan tubuh, protein merupakan terbesar setelah air. Kira-kira dari 50% berada yang terdiri atas unsur-unsur Karbon (50-55%). Hidrogen (±7%), Oksigen (±13%), dan Nitrogen (± 16%). Banyak pula protein yang mengandung Belerang (S) dan Fosfor (P) dalam jumlah sedikit (1-2%). Ada beberapa protein lainnya mengandung unsur logam seperti Tembaga dan Besi (Sirajuddin, 2013).
       Dalam kehidupan protein memegang peranan yang penting. Proses kimia dalam tubuh dapat berlangsung dengan baik karena adanya enzim, suatu protein yang berfungsi sebagai biokatalisator. Di samping itu hemoglobin dalam butir-butir darah merah atau eritrosit yang berfungsi sebagai pengangkut Oksigen dari paru-paru ke seluruh bagian tubuh, adalah salah satu protein. Demikian pula zat-zat yang berperan untuk melawan bakteri penyakit atau yang disebut antigen, juga suatu protein (Poedjiadi, 1994).
       Protein dalam tubuh manusia diperoleh dari bahan makanan, baik yang berasal dari hewan maupun tumbuhan. Protein yang berasal dari hewan disebut protein hewani, sedangkan yang berasal dari tumbuhan disebut protein nabati. Sumber protein dari beberapa bahan makanan adalah daging, telur, susu, ikan beras, kacang, dan buah-buahan. Protein dalam makanan yang dikonsumsi manusia akan dipecah menjadi asam-asam amino dalam proses pencernaan dengan dibantu oleh enzim seperti pepsin dan tripsin. Asam-asam amino yang dihasilkan kemudian diserap oleh usus dan dibawah darah ke hati atau didistribusikan ke jaringan-jaringan yang membutuhkan. Selain untuk pembentukan sel-sel tubuh, protein dapat pulah digunakan sebagai bahan bakar apabila keperluan tubuh tidak terpenuhi oleh karbohidrat dan lemak (Sirajuddin, 2013).
       Protein mempunyai molekul besar dengan bobot molekul bervariasi antara 5000 sampai jutaan. Dengan cara hidrolisis oleh asam atau oleh enzim, protein akan menghasilkan asam-asam amino. Ada 20 jenis asam amino yang terdapat dalam molekul protein. Asam-asam ini terikat satu dengan lain oleh ikatan peptida. Protein mudah dipengaruhi oleh suhu tinggi, pH, dan pelarut organik (Poedjiadi, 1994).

I.2 Tujuan Percobaan
I.2.1 Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari percobaan ini yaitu :
1.      Mengetahui unsur-unsur utama penyusun protein
2.      Mengetahui sifat fisikokimia dari protein
3.      Mengetahui adanya molekul-molekul peptide dari protein
4.      Mengidentifikasi adanya asam amino dalam protein
5.      Mengetahui reaksi-reaksi yang terjadi pada identifikasi asam amino
6.      Mengetahui cara pemisahan suatu asam amino
I.2.2 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari percobaan ini yaitu :
1.      Uji elementer protein: Mengidentifikasi adanya unsur-unsur penyusun protein
2.      Uji kelarutan protein: Mengetahui daya kelarutan protein terhadap pelarut tertentu
3.      Uji pengendapan protein dengan garam: Mengetahui pengaruh larutan garam alkali dan garam divalent konsentrasi tinggi terhadap sifat kelarutan protein
4.      Uji pengendapan protein dengan logam dan asam organik: Mengetahui pengaruh logam berat dan asam organik terhadap sifat kelarutan protein
5.      Uji biuret: Membuktikan adanya molekul-molekul peptida dari protein
6.      Uji ninhidrin: Membuktikan adanya asam amino bebas dalam protein
7.      Uji xantroprotein: Membuktikan adanya asam amino tirosin, triptofan, atau fenilalanin yang terdapat dalam protein
8.      Uji penentuan titik isoelektrik: Menentukan pH terbesar dari titik isoelektrik
I.3 Prinsip Percobaan
1.      Uji susunan elementer protein
       Semua jenis protein tersusun atas unsur-unsur Karbon (C), Hidrogen (H), Oksigen (O), dan Nitrogen (N). Ada pula protein yang mengandung sedikit Belerang (S) dan Fosfor (P). Dengan metode pembakaran atau pengabuan, akan diperoleh unsur-unsur penyusun protein, yaitu C, H, O, dan N.
2.      Uji kelarutan protein
       Protein bersifat amfoter, yaitu dapat bereaksi dengan larutan asam maupun basa. Daya larut protein berbeda di dalam air, asam, dan basa. Sebagian ada yang mudah larut dan adapula yang sukar larut. Namun, semua protein tidak larut dalam pelarut lemak seperti eter atau kloroform. Apabila protein dipanaskan atau ditambah etanol absolut, maka protein akan menggumpal (terkoagulasi). Hal ini disebabkan etanol menarik mantel air yang melingkupi molekul-molekul protein.
3.      Uji pengendapan protein dengan garam
       Pengaruh penambahan garam terhadap kelarutan protein berbeda-beda, tergantung pada konsentrasi dan jumlah muatan ionnya dalam larutan. Semakin tinggi konsentrasi dan jumlah muatan ionnya, semakin efektif garam dalam mengendapkan protein. Peristiwa pemisahan atau pengendapan protein oleh garam berkonsentrasi tinggi disebut salting out.
4.      Uji pengendapan protein dengan logam dan asam organic
       Sebagian besar protein dapat diendapkan dengan penambahan asam-asam organik seperti asam pikrat, asam trikloroasetat, dan asam sulfosalisilat. Penambahan asam-asam menyebabkan terbentuknya garam proteinat yang tidak larut. Kemudian, protein dapat pula mengalami denaturasi irreversible dengan adanya logam-logam berat seperti Cu2+, Hg2+, atau Pb2+ sehingga mudah mengendap.
5.      Uji biuret
       Ion Cu2+ (dari pereaksi biuret) dalam suasana basa akan bereaksi dengan polipeptida atau ikatan-ikatan peptide yang menyusun protein membentuk senyawa kompleks berwarna ungu (violet). Reaksi biuret positif terhadap dua buah ikatan peptida atau lebih, tetapi negatif untuk asam amino bebas atau dipeptida. Reaksi pun positif terhadap senyawa-senyawa yang mengandung gugus : -CH2NH2, -CSNH2, -C(NH)NH2, dan –CONH2.
6.      Uji ninhidrin
       Semua asam amino atau peptide yang mengandung asam α-amino bebas akan bereaksi dengan ninhidrin membentuk senyawa kompleks berwarna biru. Namun, prolin dan hidroksiprolin menghasilkan senyawa berwarna kuning.
7.      Uji xantroprotein
       Reaksi pada uji xantroprotein didasarkan pada nitrasi inti benzena yang terdapat pada molekul protein. Jika protein yang mengandung cincin benzene (tirosin, triptofan, dan fenilalanin) ditambahkan asam nitrat pekat, maka akan terbentuk endapan putih yang dapat berubah menjadi kuning sewaktu dipanaskan. Senyawa nitro yang terbentuk dalam suasana basa akan terionisasi dan warnanya berubah menjadi jingga.
8.      Uji penentuan titik isoelektrik
       Titik isoelektrik tersusun atas asam. Dimana dalam titik isoelektrik harus mencapai keseimbangan agar dapat mengendap. Dimana semakin jauh jarak asam dari kenetralan, maka semakain dekat dengan titik isoelektrik. Sedangkan semakain dekat jarak kenetralan dengan asam maka semakin jauh jarak untuk mencapai titik isoelektrik.



I.4 Manfaat Percobaan
      Adapun manfaat dari percobaan ini :
1.   Untuk mengidentifikasi adanya unsur-unsur penyusun protein
2.   Untuk mengetahui daya kelarutan protein terhadap pelarut tertentu
3.  Untuk mengetahui pengaruh larutan garam alkali dan garam divalent            konsentrasi tinggi terhadap sifat kelarutan protein
4.   Untuk mengetahui pengaruh logam berat dan asam organic terhadap sifat   kelarutan protein
5.  Untuk membuktikan adanya molekul-molekul peptide dari protein
6.  Untuk membuktikan adanya asam amino bebas dalam protein
7.  Untuk membuktikan adanya asam amino tirosin, triptofan, atau fenilalanin   yang terdapat dalam protein
8.  Untuk menentukan pH terbesar dari titik isoelektrik


















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
          Protein adalah senyawa organik yang banyak dijumpai alam semua makhluk hidup. Protein terdiri dari karbon, hydrogen dan nitrogen dan umumnya juga mengandung sulfur. Molekulnya berkisar antara 6000 hingga jutaan. Satu molekul protein terdiri dari rantai panjang polipeptida. Polipeptida ini berasal dari asam. Asam amino yang salaing berikatan dengan urutan yang khas. Ikantan teratur yang berurutan ini dinamakan struktur primer protein. Polipeptida dapat melipat atau menggulung yang menyebabkan timbulnya struktur sekunder. Struktur tersier asam amino berbentuk tiga dimensi dari polipeptida yang menggulung atau melipat ini. Struktur kuartener muncul polipeptida yang terlibat. Pemanasan dengan suhu diatas 500C atau pemberian asam basah kuat akan membuat protein kehilangan struktur tersiernya yang khas. Hal ini juga dapat menimbulkan koagulat yang tak larut (misalnya patih telur). Proses ini dapat membuat sifat hayatinya menjadi tidak aktif (Tanti, 2009).
       Protein adalah suatu polipeptida yang memiliki kira-kira 100 sampai 1.800 atau lebih residu asam amino. Protein alamiah memiliki 20 jenis asam amino. Untuk setiap protein tertentu, urutan dan jenis-jenis asam amino yang penyusunnya sangat spesifik. Suatu protein yang hanya tersusun atas asam amino dan tidak mengandung gugus kimia yang lain disebut protein sederhana. Contohnya : enzim ribonukleasida dan khimotripsinogen. Namun, banyak protein yang mengandung bahan lain selain asam amino seperti derivat vitamin, lipid, atau karbohidrat. Protein disebut protein konjugasi. Bagian yang bukan asam amino dari jenis protein ini disebut gugus prostetik. Contohnya, lipoprotein mengandung lipit dan glikoprotein mengandung gula (Sirajuddin, 2013).
       Kita memperoleh protein dari makanan yang berasal dari hewan atau tumbuhan. Protein yang berasal dari hewan disebut protein hewani, sedangkan yang berasal dari tumbuhan disebut protein nabati. Beberapa makanan sumber protein adalah daging, telur, susu, ikan, beras, kacang, kedelai, gandum, jagung, dan buah-buahan. Protein mempunyai molekul besar dengan bobot molekul bervariasi antara 5000 sampai jutaan. Dengan cara hidrolisis oleh asam atau oleh enzim, protein akan menghasilkan asam-asam amino. Ada 20 jenis asam amino yang terdapat dalam molekul protein. Asam-asam amino ini terikat satu dengan lain oleh ikatan peptide. Protein mudah dipengaruhi oleh suhu tinggi, pH dan pelarut organik (Poedjiadi, 1994).
       Penggolongan protein ditinjau dari strukturnya dapat dibagi dalam dua golongan besar, yaitu golongan protein sederhana dan protein gabungan. Yang dimaksud dengan protein sederhana adalah protein yang hanya terdiri atas molekul-molekul asam amino, sedangkan protein gabungan adalah protein yang terdiri atas protein dan gugus bukan protein. Gugus ini disebut gugus prostetik dan terdiri atas karbohidrat, lipid, atau asam nukleat (Poedjiadi, 1994).
       Protein sederhana dapat dibagi dalam dua bagian menurut bentuk molekulnya:
1. Protein fiber
       Molekul protein ini terdiri atas beberapa rantai polipeptida yang memanjang dan dihubungkan satu dengan lain oleh beberapa ikatan silang hingga merupakan bentuk serat atau serabut yang stabil. Struktur protein fiber telah banyak diteliti dengan menggunakan analisis difraksi sinar X. Ciri khas protein fiber yang terdapat pada beberapa jenis protein yang termasuk golongan ini antara lain ialah (Poedjiadi, 1994) :
a. konfigurasi alfa heliks pada keratin
b. lembaran berlipat parallel dan anti parallel pada protein sutera alam
c. heliks tripel pada kolagen
       Sifat umum dari protein fiber adalah tidak larut dalam air dan sukar diuraikan oleh enzim. Kolagen adalah suatu jenis protein yang terdapat pada jaringan ikat. Protein ini mempunyai struktur heliks tripel dan terdiri atas 25% glisin dan 25% lagi prolin dan hidroksi plorin, tetapi tidak mengandung sistein, sisti, dan triptofan. Kolagen tidak larut dalam air dan tidak dapat diuraikan oleh enzim. Namun kolagen dapat diubah oleh pemanasan dalam air mendidih, oleh larutan asam atau basa encer menjadi gelatin yang mudah larut dan dapat dicernakan. Hamper 30% dari protein dalam tubuh adalah kolagen. Ada jenis protein yang terdapat dalam jaringan elastic dan dalam banyak hal serupa dengan kolagen, tetapi tidak dapat diubah menjadi gelatin. Protein ini disebut elastin (Poedjiadi, 1994).
2. Protein globular
       Umumnya berbentuk bulat atau elips dan terdiri atas rantai polipeptida yang berlipat. Beberapa jenis protein globular adalah albumin, globulin, histon dan bagian putih telur (Poedjiadi, 1994).
       Pada hewan tingkat tinggi, protein yg Terdapat sebagai bagian dari makanannya, dihidrolisis terlebih dahulu sebelum dimanfaat kan lebih lanjut. Peristiwa itu berlangsung dalam saluran pencernaan seperti lambung(stomach) dan dalam usus kecil(intestine). Pengurayan protein yan dinamakan proteolisis itu dikatalisis oleh enzim-enzim tertentu. Pemecahan protein yg pertama kali terjadi dalam lambung. Enzim yg aktif mendekradasi polimer tersebut adalah pepsin yg disekreskn oleh sel tertentu dalam bentuk non-aktifnya yaitu pepsinogen. Enzim ini baru aktif  apabila PH tempat enzim bekerja itu rendah  (PH 2-3) dan secara otokatalitik berubah menjadi pepsin. Asam amino bebas yang dihasilkan oleh pepsin ini sedikit sekali. Potongan peptide hasil degraradasinya juga masik cukup panjang (Martoharsono, 2006).
      Dari reasi di atas dapat di ketahui bahwa pda umumnya tripsin bebas yang mengubah zimogen menjadi enzim aktif. Masing-masing enzim yang berada dalam keadaan aktif tersebut dapat menghidroliis protein sehingga ahirnya terbentuk asam amino bebas. Walaupun enzim tersebut semuanya dapat menghidrolisis protein akan tetapi spesifitasnya tidak sama. Misalnya tripsin (sebuah endo enzim) menghidrolisi ikatan peptida pada protein yang gugus CO nya mempunyai arginin atau lisin   (Martoharsono, 2006).
        Salah satu perubahan yang  terjadi pada asam amino adalah proses oksidasi, setelah gugs aminonya dihilangkan terlebih dahulu, jalan tepi tergantung dari jenis asam aminonya.
1.      Enzim yang menyerang ikatan peptid dari sisi terminal karbosil bebas rantai polipeptida yang bersangkutan.
2.       Enzim yang menyerang ikatan peptida dari sisi terminal amino bebas.
       Dua sub-golongan enzim  tersebut diatas secara bertahap menghasilkan asam amino bebas, satu persatu. Sub golongan pertama dinamakan karboksi-pptidase  dan yang kedua disebut  amino-peptidse, kedua-duanya dalah ekso- enzim. Sebaliknya dari enzim-enzim ekso,adalah enzim endo, yg menyerang ikatan peptide yg ada dalam iktan rantai, enzim-enzim tersebut dikenal dengan nama ber-ahiran-in, misalnya pepsin, papin,bromelin dan tripsin (Martoharsono, 2006).
        Protein mempunyai beberapa fungsi yaitu (Yuniastuti, 2008) :
1)      membentuk jaringan baru dalam masa pertumbuhan dan perkembangan tubuh, 2) memelihara jaringan tubuh, memperbaiki serta mengganti jaringan yang rusak atau mati
2)      menyediakan asam amino yang diperlukan untuk membentuk enzim pencernaan dan metabolism serta antibody yang diperlukan
3)      mengatur keseimbangan air yang terdapat dalam tiga kompartemen yaitu intraseluler, ekstraseluler dan intravaskuler
4)      mempertahankan kenetralan (asam-basa) tubuh
       Di bagian muka telah dicantumkan daftar yang memuat faktor protein untuk menentukan nilai energi, dapatnya daftar ini diwujudkan karena pakar peneliti telah menemukan bahwa komposisi protein memang mengandung unsur karbon, dengan demikian maka jelas protein dapat berfungsi sebagai sumber energi pula. Umumnya protein-protein akan berfungsi demikian yaitu apabila tersedianya karbohidrat dan juga lemak di dalam tubuh tidak mencukupi kebutuhan yang diperlukan tubuh untuk melakukan berbagai kegiatan internal dan eksternal (Yuniastuti, 2008).
       Protein adalah polimer dari asam-asam amino (asam-asam alfa amino). Massa molekul relatif (Mr) protein berkisar dari 6000 sampai lebih dari 50 juta. Oleh karena itu protein dapat berupa molekul raksasa dan larutannya dalam air tergolong sistem koloid. Pada berbagai jenis protein, disamping asam amino juga mengandung zat lain seperti ion-ion logam (misalnya ion Fe2+, Zn2+ dan Mg2+), asam nukleat, asam fosfat dan lain-lain. Berdasarkan jenis senyawa penyusunnya, protein dapat dibedakan atas protein tunggal dan protein mejemuk (Rohman, dkk, 2007).
       Dalam keadaan tersedianya karbohidrat yang tidak mencukupi, maka untuk menyediakan energi sejumlah karbon yang terkandung dalam protein akan dimanfaatkan seperlunya sehingga berlangsungnya pembakaran, sejumlah protein lainnya digunakan memenuhi fungsi yang sebenarnya yaitu untuk pembentukan jaringan. Dalam membantu terpenuhinya energi tadi ternyata menurut penelitian, protein untuk tiap gramnya mensuplai empat kalori, dengan demikian untuk mencukupi kekurangan energi 210 kalori misalnya diperlukan sekitar 52,5 gram protein (Yuniastuti, 2008).
       Pencernaan protein dimulai dari lambung dan juga pada usus halus dengan kegiatan sebagai berikut: lambung oleh enzim: pepsin, dan gastrik proteas (dari lambung) protein dicerna sampai berbentuk sederhana seperti polipeptida. Bagian ini kemudian masuk ke usus halus. Selanjutnya, di usus halus adakalanya protein dicerna di bagian usus oleh khimotripsin dan tripsin (dari pancreas). Enzim ini memotong polipeptida menjadi bentuk peptida yang lebih sederhana. Karbosikpeptidase, aminopeptidase, dipeptidase menyerang asam, dan bagian akhir dari peptide kemudian menjadukan asam amino bebas yang kemudian diserap oleh dinding halus (Rohman, dkk, 2007).
       Dalam molekul protein, asam-asam amino saling dirangkaikan melalui reaksi gugusan karboksil asam amino yang satu dengan gugusan amino dari asam amino yang lain, sehingga terjadi ikatan yang disebut ikatan peptida. Ikatan peptida ini merupakan ikatan tingkat primer. Dua molekul asam amino yang saling diikatkan dengan cara demikian disebut ikatan dipeptida. Bila tiga asam amino, tripeptida dan bila lebih banyak lagi disebut polipeptida (Rohman, dkk, 2007).
       Protein sebagai pembentuk energi, angka energi yang di tunjukkan akan tergantung dari macam dan jumlah bahan makanan nabati dan hewani yang dikonsumsi manusia setiap harinya. Sebagai patokan untuk menentukan nilai energi  yang diberikan oleh protein dalam tubuh manusia. Unit pembangunan dalam semua jenis protein adalah asam amino (AA). Berbagai jenis asam amino membangun sel dan jaringan tubuh berbagai spesifik, seperti kolagen terdapat dalam jaringan ikat tubuh, miosin dalam jaringan otot, hemoglobin dalam sel darah merah, sel enzim, dan hormon insulin (Rohman, dkk, 2007).
       Protein merupakan zat gizi yang sangat penting, karena yang paling erat hubungannya dengan proses-proses kehidupan. Semua hayat hidup sel berhubungan dengan zat gizi protein. Nama protein berasal dari kata Yunani protebos, yang artinya “yang pertama” (Rohman, dkk, 2007).





BAB III
METODE PERCOBAAN

III.1 Alat dan Bahan
1. Uji Susunan Elementer Protein
       Adapun alat yang digunakan ialah tabung reaksi, alat pemanas, cawan porselin, gegep, dan gelas obyek.
       Adapun bahan yang digunakan ialah albumin telur, gelatin, larutan NaOH 10%, larutan Pb-asetat 5%, larutan HCl pekat, dan kertas lakmus.
2. Uji Kelarutan Protein
       Adapun alat yang digunakan ialah tabung reaksi, pipet ukur, dan rak tabung.
       Adapun bahan yang digunakan ialah albumin telur, gelatin, air suling, larutan HCl 10%, larutan NaOH%, alcohol 96%, dan kloroform.
3. Uji Pengendapan Protein dengan Garam
        Adapun alat yang digunakan ialah tabung reaksi, pipet ukur, pipet tetes, dan rak tabung.
       Adapun bahan yang digunakan ialah albumin telur, larutan (NH4)2SO4 jenuh, larutan NaCl 5%, larutan BaCl2 5%, larutan CaCl2 5%, dan MgSO4 5%.
4. Uji Pengendapan Protein dengan Logam dan Asam Organik
       Adapun alat yang digunakan ialah tabung reaksi, pipet ukur, dan rak tabung.
      Adapun bahan yang digunakan ialah albumin telur, asam trikloroasetat (TCA) 10%, asam sulfosalisilat 5%, larutan HgCl2 5%, larutan CuSO4 5%, larutan Pb-asetat 5%.
5. Uji Biuret
       Adapun alat yang digunakan ialah tabung reaksi, pipet ukur, pipet tetes, dan rak tabung.
       Adapun bahan yang digunakan ialah larutan albumin 2%, gelatin 2%, kasein 0,5%, dan glisin 2%, larutan NaOH 10%, dan larutan CuSO4  0,2%.
6. Uji Ninhidrin
       Adapun alat yang digunakan ialah tabung reaksi, rak tabung, pipet ukur, pengatur waktu, dan alat pemanas.
       Adapun bahan yang digunakan ialah larutan albumin 2%, gelatin 2%, kasein 0,5%, pepton 0,5%, dan pereaksi ninhidrin 0,1%.
7. Uji Xantroprotein
       Adapun alat yang digunakan ialah tabung reaksi, alat pemanas, pipet ukur, pipet tetes, dan rak tabung reaksi.
      Adapun bahan yang digunakan ialah larutan albumin 2%, gelatin 2%, kasein 0,5%, larutan HNO3 pekat, dan larutan NaOH 10%.
8. Uji Penentuan Titik Isoelektrik
       Adapun alat yang digunakan pada ialah tabung reaksi, kertas lebel, pipet ukur, rak tabung, dan sikat tabung.
       Adapun bahan yang digunakan ialah larutan kasein netral, larutan baffer asetat 3,8, larutan baffer asetat 4,7, larutan baffer asetat 5,0, larutan baffer asetat 5,3, larutan baffer asetat 5,9, tissu roll, dan sunlight.

III.2 Prosedur Percobaan
1. Uji Susunan Elementer Protein
A. Uji Adanya Unsur C, H, O, dan N
1. Dimasukkan 1 ml albumin telur ke dalam cawan porselin
2. Ditaruhlah kaca obyek di atasnya, kemudian dipanaskan
3. Diperhatikan adanya pengembunan pada gelas obyek, yang                                      menunjukkan adanya Hidrogen dan Oksigen
4. Diambil gelas obyek, lalu diamati bau yang terjadi. Bila tercium                               bau rambut terbakar, berarti protein mengandung unsure Nitrogen
5. Jika terjadi pengarangan, berarti ada atom Karbon
6. Diulangi percobaan menggunakan serbuk gelatin
B. Uji Adanya Atom N
1. Dimasukkan 1 ml larutan albumin telur ke dalam tabung reaksi
2. Ditambahkan 1 ml NaOH 10%, kemudian dipanaskan
3. Diperhatikan bau ammonia yang terjadi dan ujilah uapnya dengan                           kertas lakmus merah yang telah dibasahi aquades
4. Terbentuknya bau ammonia menunjukkan adanya N
5. Diulangi percobaan menggunakan serbuk gelatin
C. Uji Adanya Atom S
1. Dimasukkan 1 ml albumin telur ke dalam tabung reaksi
2. Ditambahkan 1 ml NaOH 10%, kemudian dipanaskan
3. Ditambahlkan 4 tetes larutan Pb-asetat
4. Bila larutan menghitam, berarti PbS terbentuk, kemudian                                         ditambahkan 4 tetes HCl pekat dengan hati-hati
5. Diperhatikan bau khas belerang dari belerang yang teroksidasi
6. Diulangi percobaan menggunakan serbuk gelatin
2. Uji Kelarutan Protein
    Adapun prosedur kerja dari percobaan ini :
1. Disediakan 5 tabung reaksi, masing-masing diisi dengan : air suling,         HCl 10%, NaOH 40%, alcohol 96%, dan kloroform sebanyak 1 ml
2. Ditambahkan 2 ml larutan albumin telur pada setiap tabung
3. Dikocok dengan kuat, kemudian diamati sifat kelarutannya
4. Diulangi percobaan dengan menggunakan gelatin
3. Uji Pengendapan Protein dengan Garam
    Adapun prosedur kerja dari percobaan ini :
1. Disediakan 5 tabung reaksi, masing-masing diisi dengan 2 ml albumin telur
2. Pada tabung 1, 2, 3, 4, dan 5 berturut-turut ditambahkan larutan NaCl 5%, BaCl2 5%, CaCL2 5%, MgSO4 5%, dan (NH4)2SO4 jenuh setetes demi setetes sampai timbul endapan
3. Selanjutnya, ditambahkan kembali larutan-larutan garam secara berlebihan
4. Dikocoklah tabung, kemudian diamati perubahan yang terjadi
4. Uji Pengendapan Protein dengan Logam dan Asam Organik
    Adapun prosedur kerja dari percobaan ini :
1. Disediakan 5 tabung reaksi yang bersih, masing-masing diisi dengan 2 ml larutan albumin telur
2. Pada tabung 1, 2, 3, 4, dan 5 berturut-turut ditambahkan 10 tetes larutan asam trikloroasetat 10%, asam sulfosalisilat 5%, CuSO4 5%, HgCl2 5%, dan Pb-asetat 5%
3. Dikocok setiap tabung dan diamati perubahan yang terjadi
5. Uji Biuret
    Adapun prosedur kerja dari percobaan ini :
1. Disediakan 4 tabung reaksi yang bersih, lalu masing-masing diisi dengan larutan albumin, kasein, gelatin, dan glisin sebanyak 2 ml
2. Ditambahkan pada setiap tabung 1 ml NaOH 10%, dan 3 tetes CuSO4 0,2%
3. Dicampur dengan baik
4. Diamati perubahan warna yang terjadi
6. Uji Ninhidrin
    Adapun prosedur kerja dari percobaan ini :
1. Disediakan 4 tabung reaksi yang bersih, lalu masing-masing diisi dengan larutan albumin, kasein, gelatin, dan pepton sebanyak 2 ml
2. Ditambahkan 5 tetes pereaksi ninhidrin pada setiap tabung
3. Dipanaskan di atas pemanas air hingga mendidih selama 5 menit
4. Diamati perubahan warna yang terjadi
7. Uji Xantroprotein
    Adapun prosedur kerja dari percobaan ini :
1. Disediakan 4 tabung reaksi yang bersih dan masing-masing diisi dengan larutan albumin, gelatin, dan kasein sebanyak 2 ml
2. Pada setiap tabung, ditambahkan 1 ml HNO3 pekat. Perhatikan adanya endapan putih yang terbentuk
3. Kemudian dipanaskan selama 1 menit dan diamati terbentuknya warna kuning
4. Didinginkan di bawah air kran, lalu ditambahkan NaOH 10% setetes demi setetes melalui dinding tabung hingga terbentuk lapisan
5. Diperhatikan perubahan warna yang terjadi
8. Uji Penentuan Titik Isoelektrik
    Adapun prosedur kerja dari percobaan ini :
1.    Disiapkan 5 tabung reaksi yang bersih dan kering lalu masing-masing diisilah dengan 1 ml larutan kasein netral.
2.    Pada setiap tabung, ditambahkan 1 ml larutan buffer asetat masing-masing dari pH: 3,8 : 4,7 : 5,0 : 5,3 : dan 5,9.
3.    Dikocoklah campuran dengan baik, lalu dicatat derajat kekeruhannya setelah 0, 10, dan 30 menit.
4.    Diperhatikan hasilnya, yaitu pada tabung berapa terbentuk endapan maksimal.
5.    Selanjutnya, dipanaskan semua tabung diatas penangas air.
6.    Diamati hasilnya. Pembentukan endapan keseluruhan paling cepat atau paling banyak merupakan titik isoelektrik (TI) kasein netral.













BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil Pembahasan
      IV.1.1 Tabel Pengamatan
1.      Uji Susunan Elmenter Protein
a.      Uji Unsur C, H, dan O

No

Zat Uji
Hasil Pengamatan (+/-)
Pengarangan
( C)
Bau rambut terbakar (N)
Pengembunan

1

2
Albumin

Gelatin
+

+
+

+
+

+

b.      Uji Unsur N

No

Perlakuan
Hasil Pengamatan (+/-)
Bau Amoniak
(N)
Kertas Lakmus Merah (N)
1

2
Albumin + 1 ml NaOH 10% + dipanaskan
Gelatin + 1 ml NaOH 10% + dipanaskan
+

+
+

+





c.       Uji Unsur S

No

Perlakuan
Hasil Pengamatan(+/-)
PbS
S
1


2
Albumin + 1 ml NaOH 10 % + dipanaskan + 4 tetes Pb asetat + 4 tetes HCl pekat
Gelatin 1 ml NaOH 10 % + dipanaskan + 4 tetes Pb asetat + 4 tetes HCl pekat

Menghitam

Bening kekuningan

+


-

2.      Uji Kelarutan Protein
Hasil Larut/ Tidak Larut
Tabung 1 ( 1 ml air + 2 ml albumin/ gelatin
Tabung 2 ( 1 ml HCl + 2 ml albumin/ gelatin
Tabung 3 ( 1 ml NaOH 40% + 2 ml albumin/ gelatin
Tabung 4 ( 1 ml alcohol 96% + 2ml albumin/ gelatin
Tabung 5( 1 ml klorofor + 2 ml albumi/ gelatin
Albumin

Gelatin
Larut

Larut
Larut

Larut
Larut

Larut
Larut

Larut
Tidak larut
Tidak larut









3.      Uji Pengendapan Protein Dengan Protein
Hasil
Tabung 1 (albumin+ NaCl 5%)
Tabung 2 (albumin+ BaCl 5%)
Tabung 3 (albumin+ CaCl 5%)
Tabung 4 (albumin+ MgSO4 5%)
Tabung 5 ( albumin + (NH4)2SO4 jenuh)
Endapan banyak/ endapan sedikit

+


++++

+++

++

+++++

4.      Uji Pengendapan Protein Dengan Logam Dan Asam Alkali
Hasil
Tabung 1 (albumin + TCA 10%)
Tabung 2 (albumi-n + sulfosali-silat 5%)
Tabung 3 (albumi-n CuSO4 5 %)
Tabung 4 (albumi-n + HgCl2 5%)
Tabung   5 (albumin + Pb-asetat 5%)
Banyak endapan/ sedikit endapan

+++++

++

++++

+++

+







5.      Uji Biuret
No
Zat Uji
Hasil Uji Biuret
Polipeptida (+/)
1
2
3
4
Albumin 2 %
Gelatin 2 %
Kasein 2 %
Glisin 2 %
Ungu
Ungu
Biru
Bening
+
+
-
-

6.      Uji Ninhidrin
No
Zat Uji
Hasil Uji Ninhidrin
Asam amino bebas (+/)
1
2
3
4
Albumin 2 %
Gelatin 2 %
Kasein 0,5 %
Pepton 2 %
Ungu
Ungu
Bening
Ungu
+
+
-
+

7.      Uji Xantroprotein
No
Zat Uji
Hasil Uji Xantroprotein
Tirosin/Triptofan/ Fenilalainin (+/-)
1

2
3
Albumin 2 %

Gelatin 2 %
Kasein 0,5 %
Endapan kuning warna jingga
Tetap bening
Tetap bening
+
-

-








8.      Uji Penentuan Titik Isoelektrik
No Tabung
pH
Pengamatan Endapan, Seikit Atau Banyak
1
2
3
4
5
3,8
4,7
5,0
5,3
5,9
Banyak ndapan
Tidak ada endapan
Sedikit endapan
Sedikit endapan
Tidak ada endapan











      IV.1.2 Gambar
           
      IV.1.3 Reaksi
1.      Uji Susunan Elementer Protein

2.      Uji Kelarutan Protein


3.      Uji Pengendapan Protein dengan Garam
           



4.      Uji Pengendapan Protein dengan Logam dan Asam Organik


5.      Uji Biuret 

6.      Uji Ninhidrin

7.      Uji Xantroprotein.
8.      Uji Penentuan Titik Isoel


IV.1 Pembahasan
1.      Uji Susunan Elementer Protein
       Pada percobaan uji susunan elementer protein digunakan larutan uji albumin dan gelatin yang dimasukkan dalam cawan porselin dan diletakkan gelas obyek di atas larutan uji. Setelah beberapa saat dipanaskan, terjadi pengembunan pada kedua gelas objek. Hal ini menandakan pada kedua zat uji terdapat unsur hidrogen dan oksigen, dimana jika kedua unsur ini berikatan, maka akan membentuk unsur  yang dalam bentuk gas karena pemanasan. Sedangkan pada pengamatan bau rambut terbakar untuk membuktikan adanya unsur nitrogen, keduanya positif memiliki/menghasilkan bau rambut terbakar. Hal ini dikarenakan bahwa di dalam rumus empiris kedua larutan sama-sama memiliki unsur nitrogen. Lalu pada uji Karbon, terbukti pada kedua larutan positif mengandung karbon. Hal ini, ditandai oleh adanya pada hasil pemanasan kedua larutan tersebut menyisakan gumpalan hitam (arang). Sedangkan pada pengujian untuk mengetahui adanya unsur belerang, pada saat dimasukkan albumin ditambah dengan NaOH lalu dipanaskan dan ditambahkan Pb-asetat terjadi penghitaman pada larutan tersebut. Sedangkan, saat dilakukan perlakuan yang sama pada gelatin, menunjukkan hasil yang negatif. Mengapa? Karena pada struktur molekul albumin (protein), mampu mengikat unsur lain seperti belerang (S) dan Fosfor (P), sedangkan pada gelatin tidak, karena dalam struktur molekul gelatinm hanya mampu mengikat Karbon, Nitrogen, Hidrogen dan Oksigen.
2.      Uji Kelarutan Protein
       Pada percobaan uji kelarutan protein, digunakan larutan uji air suling, HCl, NaOH, Alkohol, Kloroform yang ditambahkan dengan albumin dan gelatin. Tujuannya ialah untuk mengetahui daya kelarutan protein terhadap pelarut tertentu.
       Bahan uji yang digunakan adalah albumin dan gelatin. Ketika bahan uji direaksikan pada air suling, HCl, NaOH, dan alkohol yang semuanya menunjukkan bahwa hanya terbentuk 1 fase saja yang menandakan albumin dan gelatin larut. Sedangkan, ketika bahan uji direaksikan pada kloroform, kedua bahan uji tersebut tidak larut. Mengapa? Karena kloroform merupakan pelarut lemak.
3.      Uji Pengendapan Protein
    Pada percobaan uji pengendapan protein, kami menggunakan larutan uji larutan (NH4)2SO4 jenuh, NaCl, BaCl2, CaCl2, dan MgSO4 yang ditambahkan dengan larutan albumin. Setelah dikocok menghasilkan adanya endapan pada tiap tabung, hanya kadarnya yang berbeda. Pada tabung yang berisi (NH4)2SO4 jenuh menghasilkan endapan yang paling banyak dari pada yang lain. Hal ini terjadi karena pengaruh penambahan garam terhadap kelarutan protein berbeda-beda, tergantung pada konsentrasi dan jumlah muatan ion garam tersebut. Penambahan garam mempengaruhi kelarutan protein karena garam tersebut menyebabkan terganggunya kestabilan sistem koloid protein yang disebabkan turunnya kestabilan muatan elektrostatik oleh muatan ion pada garam. Peristiwa pemisahan atau pengendapan protein oleh garam berkonsentrasi tinggi disebut salting out. Banyak, sedikit endapan yang terbentuk dari hasil percobaan dipengaruhi oleh tinggi dan rendahnya konsentrasi dan jumlah muatan ion garam yang digunakan untuk mengendapkan albumin tersebut. Semakin tinggi konsentrasi dan jumlah muatan ion garam, semakin efektif garam tersebut untuk mengendapkan protein atau albumin.
4.      Uji Pengendapan dengan Logam dan Asam Organik
       Pada percobaan uji pengendapan protein dengan logam berat dan asam organik digunakan larutan uji TCA, asam sulfosalisilat, CuSO4, HgCl2, dan Pb-asetat. Tujuannya adalah untuk mengetahui pengaruh logam berat dan asam organik terhadap sifat kelarutan protein.
       Pengendapan protein pada percobaan ini terjadi karena ion positif logam berikatan dengan ion negatif protein dan ion negatif asam  yang berikatan dengan ion positif protein. Dalam suasana asam, molekul protein akan membentuk ion positif, sedangkan dalam suasana basa akan membentuk ion negatif. Berdasarkan dengan sifat tersebut, putih telur atau susu dapat digunakan sebagai antidatum atau penawar racun apabila orang keracunan logam berat.
5.      Uji Biuret
       Pada percobaan uji biuret digunakan larutan albumin 2%, gelatin 2%, kasein 0,5%, dan glisin 2% yang setiap larutan di reaksikan dengan 2ml NaOH 10% dan 6 tetes  Cu  0,2%. Tujuan dari percobaan ini adalah untuk membuktikan adanya molekul-molekul peptida dari protein.
       Dari hasil percobaan kami diperoleh hasil larutan albumin dan gelatin membentuk kompleks berwarna ungu. Hal ini terjadi karena ion Cu2+ (dari pereaksi biuret) dalam susunan basa akan bereaksi dengan polipeptida atau ikatan-ikatan peptida yang menyusun protein membentuk senyawa kompleks berwarna ungu. Pada kasein berwarna biru, sedangkan pada glisin tidak terjadi perubahan warna disebabkan reaksi biuret negatif untuk senyawa asam amino bebas atau dipeptida serta reaksi biuret hanya positif terhadap senyawa-senyawa yang mengandung dua gugus:  

6.      Uji Ninhidrin
       Pada percobaan kami menggunakan larutan uji albumin, gelatin, kasein, dan pepton dengan ditambahkan pereaksi ninhidrin dan dipanaskan. Pada larutan uji albumin, pepton, dan kasein terjadi perubahan warna menjadi kompleks ungu. Pemanasan dengan Ninhidrin menghasilkan produk berwarna ungu pada semua asam amino yang mempunyai gugus L α-amino bebas. Dari hasil pengamatan diperoleh hasil bahwa dari larutan yang diuji, hanya gelatin yang menunjukkan uji negatif terhadap ninhidrin. Hal ini disebabkan karena pada gelatin tidak mengandung sedikitnya satu gugus karboksil dan amino yang terbuka. Sedangkan pada gelatin terjadi perubahan warna menjadi bening karena dua molekul ninhidrin yang bereaksi dengan NH3 setelah asam amino tersebut dioksidasi.
7.      Uji Xantroprotein
       Pada percobaan kami menggunakan larutan uji albumin, gelatin, dan kasein ditambah dengan HNO3 lalu dipanaskan dan ditambahkan NaOH. Tujuan dari percobaan ini adalah untuk membuktikan adanya asam amino tirosin, tripofan, atau fenilanin yang terdapat dalam protein.
        Pada albumin terdapat 2 fase yang membatasi batas lapisan. Hal ini disebabkan protein yang mengandung cicin benzena (tirosin, triptofan, dan fenilalanin) yang ditambahkan asam nitrat pekat, akan terbentuk endapan putih yang dapat berubah menjadi kuning jika dipanaskan. Karena senyawa nitro yang terbentuk dalam suasana basa akan terionisasi dan warnanya berubah menjadi jingga. Sedangkan pada gelatin dan kasein tidak terbentuk warna jingga sehingga tidak membuktikan adanya tirosin, tiptofan, dan fenilalanin.
8.      Uji Penentuan Titit Isoelektrik
       Pada percobaan kami menggunakan larutan kasein netral yang ditambahkan larutan buffer dengan pH masing-masing 3,8 : 4,7 : 5,0 : 5,3 : dan 5,9. Tujuan dari percobaan ini adalah mengetahui titik isoelektrik (pH isoelektrik) dari protein secara kualitatif.
       Dari hasil percobaan ini dapat dilihat bahwa pada yang ditambahkan larutan buffer dengan pH 3,8 lah yang  memiliki banyak endapan, larutan buffer dengan pH 5,0 dan 5,3 terdapat sedikit endapan, dan larutan buffer dengan pH 4,7 dan 5,9 yang tidak memiliki endapan. Hal ini dapat terjadi karena ketika protein mencapai titik isoelektriknya, maka daya kelarutan protein minimal, sehingga menyebabkan protein mengendap. Jika di hubungkan dengan kondisi pH di dalam tubuh manusia atau mahluk hidup, maka perlu diketahui bahwa setiap bagian jaringan dalam tubuh manusia memiliki pH yang berbeda-beda ditambah lagi oleh teori bahwa protein merupakan amvoter, maka dapat disimpulkan bahwa titik isoelektrik suatu protein hanya menyesuaikan diri dengan lingkungannya atau bergantung pada keadaan lingkungannya.



BAB V
PENUTUP
 V.1 Kesimpulan
1.      Protein tersusun atas unsur Karbon (C), Hidrogen (H), Oksigen (O), dan Nitrogen (N), ada juga yang mengandung sedikit Belerang (S) dan Fosfor (P).
2.      Protein dapat larut pada pelarut polar, semi polar,asam dan basa dan tapi tidak larut pada pelarut non-polar. 
3.      Protein akan mengendap bila ditambahkan dengan garam yang mempunyai konsentrasi tinggi dan begitupun sebaliknya
4.      Pengaruh logam berat dan asam organik terhadap sifat kelarutan protein adalah logam berat dan asam organik ketika berikatan dengan protein akan membentuk endapan.
5.      Ion  (dari pereaksi) dalam susunan basa akan bereaksi dengan polipeptida atau ikat-ikatan peptida yang menyusun protein membentuk senyawa kompleks berwarna ungu.
6.      Hasil dari larutan yang diuji, hanya gelatin yang menunjukkanuji negative terhadap ninhidrin.
7.      Senyawa nitro yang terbentuk dalam suasana basa akan terionisasi dan warnanya berubah menjadi jingga. Sedangkan, pada gelatin dan kasein tidak terbentuk warna jingga sehigga tidak membuktikan adanya tirosin, tiptofan, dan fenilanin.
8.      Titik isoelktrik ditentukan oleh lingkungan. Karena protein merupakan amvoter, maka pH isoelektriknya bisa pada keadaan asam ataupun basa.
 V.2  Saran
1.      Untuk Dosen
Semoga jam mengajarnya bisa di tambahkan

2.      Untuk Asisten
Sebaiknya memberikan pemberitahuan dan kesempatan waktu sekitar 10 menit bagi praktikan untuk menunaikan shalat, ketika tiba waktu menunaikannya.

3.      Untuk Laboratorium
Kelengkapan bahan saat praktik sangat di butuhkan guna mendapatkan hasil yang maksimal dan sesuai dengan permintaan dari penuntun.

4.      Untuk Kegiatan Praktikum
Ada baiknya ketika pengambilan bahan untuk praktikum, cukup, satu atau dua orang saja, guna menghindari ada bahan yang tumpah.




DAFTAR PUSTAKA
Martoharsono, Soeharsono. 2006.Biokomia 2. Yogyakarta: Gadjah Mada                                University Press.

Poedjiyadi , Ana dan titin supryanti. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta :                             Penerbit  Universitas Indonesia.

        Rohman, Abdul, dkk. 2007.  Analisis Makanan. Jogjakarta: Gadja Mada                            University Press.    

Saifuddin, Sirajuddin. 2013. Penuntun Praktikum Biokimia. Makassar. Laboratorium Terpadu Kesehatan Masyarakat Regional Indonesia Timur. Universitas Hasanuddin.
Tanti. 2009. Protein. Terhubung berkala (http://id.shvoong.com/exact sciences/ biology/1902571-Protein) diakses 4 Juni 2013
Yuniastuti, Ari. 2008. Gizi dan Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.



3. Jawaban Pertanyaan Penuntun
1.      Uji Susunan Elementer Protein
1.      Pada percobaan, unsur apa yang membedakan albumin dan gelatin?
Jawab: pada albumin terdapat unsure P dan S sedangkan gelatin tidak ada.
2.      Sebutkan jenis asam amino yang mengandung unsur tersebut serta tuliskan struktur kimianya!
Jawab: Fosfor, besi iodium dan cobalt.   
3.      Tuliskan reaksi terbentuknya bau khas belerang pada uji adanya atom S!  
Jawab: 1. Unsur yang membedakan albumin dan galatin adalah:
                 albumin: pada unsure H dan O.
            2.  asam amino, fosfor, besi, iodium, dan cobalt.
2.      Uji Kelarutan Protein
1.      Meskipun protein termasuk senyawa organic, tetapi tidak larut dalam pelarut seperti eter atau kloroform. Mengapa ?
Jawab: Karena eter dan kloroform bersifat nonpolar sehingga tidak dapat larut dalam pelarut lemak.
3.      Uji Pengendapan Protein Dengan Garam
1.      Jelaskan mengapa dengan penambahan garam berkonsentrasi tinggi kelarutan protein menjadi berkurang, sehingga dapat mengendap?
Jawab: Karena semakin tinggi konsentrasi dan jumlah muatan ionnya, semakin efektif garam dalam mengedapkan protein.
2.      Pada percobaan manakah garam yang lebih efektif untuk mengendapkan protein? Mengapa?
Jawab: Pengaruh penambahan garam terhadap kelarutan berbeda-beda tergantung pada konsetrasi dan jumlah muatan ionnya dalam larutan semakin tinggi kosentrasi dan jumlah muatan ionnya semakin efektif garam dalam mengedapkan protein.
3.      Apa nama protein yang dapat diendapakan dengan penambahan ammonium sulfat jenuh ?
Jawab: Kolagen, kerati, protein globular, albumin, globulin, dan protein gabungan.
4.      Apa fungsi protein tersebut dalam darah dimana disintesis?
Jawab: Fungsinya adalah membantu perbaikan jaringan otot, Mengatur tingkat gula dalam darah, mengatur kadar insulin dan leusin, juga terlibat dalam mengendalikan tingkat protein untuk di sentesis.
4.      Uji Pengendapan Protein Dengan Logam Dan Asam Organik
1.      Apa yang dimaksud dengan denaturasi irreversible protein? Jelaskan?
Jawab: Denaturasi irreversible merupakan peristiwa rusaknya srtuktur protein di mana protein menggumpal yang tidak dapat lagi kembali struktur semula.
2.      Jelaskan mengapa susu atau putih telur dapat digunakan sebagai antidotum pada keracunan logam-logam berat seperti Pb2+ atau Hg2+?
Jawab: Karena adanya protein yang terdapat dalam susu murni atau putih telur.
3.      Tuliskan struktur kimia Asam Sulfosalisilat dan TCA?
Jawab:            O                    OH
       
                                                                      
                                                               OH
                                 
                



5.      Uji Biuret
1.      Sebutkan perbedaan antara polipeptida dan protein?
Jawab: Perbedaan polipeptida dan protein yaitu:
Polipepetida mempunyai bobot yang rendah atau kecil sedangkan protein mempunyai bobot yang tinggi atau besar.
2.      Pada percobaan manakah ynag memberikan hasil negative pada uji biuret? Mengapa?
Jawab: Percobaan uji glisin karena di dalam larutan glisin tidak mengandung atau tidak terdapat polipeptida.
6.      Uji Ninhidrin
1.      Sebutkan perbedaan antara polipeptida dan protein ?
Jawab: Perbedaan polipeptida dan protein yaitu:
Polipepetida mempunyai bobot yang rendah atau kecil sedangkan protein mempunyai bobot yang tinggi atau besar.
2.      Pada percobaan manakah yang memberikan hasil negative pada uji biuret? Mengapa?
Jawab: Percobaan uji glisin karena di dalam larutan glisin tidak mengandung atau tidak terdapat polipeptida.
3.      Apakah reaksi ninhidrin dapat digunakan untuk menentukan asam amino secara kuantitatif? Jelaskan ?
Jawab: ya  karena asam amino bebas akan bereaksi dengan ninhidrin membentuk aldehida dengan 1 atom C lebih rendah dan melepaskan NH3 dan CH2.
4.      Tuliskan struktur kimia asam amino prolin dan hidrosikprolin?
Jawab:
              CH2                                                                CHOH
 
        CH2      CH2                                                    CH2   CH2
          
               CH2  N         CH   NH                 CH2 NH     N- CH


 CO - NH   CO                   OO  CH-CO- NH  CO CH-CO    CO


                        Y R                         X R
             Glisin  Prolin                               Glisin     Hidrosikprolin
7.      Uji Xantroprotein
1.      Pada percobaan, manakah yang memberikan hasil positif terhadap uji Xantroprotein? Mengapa?
Jawab: pada percobaan dengan menggunakan albumin karena pada albumin positif mengandung tirosin/ triptofan/ fenilalanin.
2.      Tuliskan struktur asam amino Fenilanin dan Triptofan!
Jawab:
Struktur asam amino Fenilanin
Struktur asam amino Triptofan
8.      Uji Penentuan Titik Isoelektrik
1.      Pada Ph berapa diperoleh pengendpan kasein maksimal? Mengapa?
Jawab: Ph 3,8 karena pada pH tersebut terdapat unsur Cu sehingga lebih banyak menghasilkan endapan.
2.      Konfirmasikan apakah sesuai dengan Pi kasein dalam table. Jelaskan!
Jawab: karena paling tinggi pH nya.
3.      Sebutkan nama lain larutan Buffer?
Jawab: larutan penyangga.
4.      Apa fungsi larutan tersebut ?
Jawab: fungsi larutan titik isoletrik untuk mengetahui titik isoletrik pH isoletrik dari protein secara kualitatif.
5.      Sebutkan komposisi larutan, yaitu terdiri atas jenis senyawa apa saja!
Jawab: 1. Cu2+  
            2. Protein
            3. kasein





2 komentar:

  1. thanks for your research really helped me in my homework

    BalasHapus
  2. kok ndak bisa. minta bantuannya dong buat download.. makasih

    BalasHapus