BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar
Belakang
Vitamin merupakan nutrisi tanpa kalori
yang penting dan dibutuhkan untuk metabolisme tubuh manusia. Vitamin tidak
dapat diproduksi oleh tubuh manusia, tetapi diperoleh dari makanan sehari-hari.
Fungsi khusus vitamin adalah sebagai kofaktor (elemen pembantu) untuk reaksi
enzimatik. Vitamin juga berperan dalam berbagai macam fungsi tubuh lainnya,
termasuk regenerasi kulit, penglihatan, sistem susunan syaraf dan sistem kekebalan
tubuh dan pembekuan darah (Almatsier, 2004).
Jumlah
yang diperlukan sehari-hari relatih kecil, yaitu berkisar antara beberapa
mikrogram sampai beberapa miligram. Kebanyakan vitamin berperan sebagai koenzim dalam berbagai reaksi di dalam
tubuh. Oleh karena itu, dapat dimengerti bahwa kekurangan vitamin dapat
mengganggu kelancaran reaksi-reaksi biokimia (Sirajuddin, 2013).
Lama tidak diketahuinya mengenai vitamin
karena bahan-bahan makanan mengandung vitamin yang cukup untuk mencegah
timbulnya gangguan yang hebat terhadap kesehatan. Bahan makanan yang disajikan oleh alam mengandung
berbagai vitamin dan bila dimakan secara bersama-sama akan saling melengkapi
satu sama lain. Oleh karena itu konsumsi jenis bahan makanan yang monoton dalam
waktu lama dapat menimbulkan terjadinya kekurangan vitamin (Murray, 2008).
Gejala
defisiensi bervariasi dari tingkat masalah kecil, seperti sakit kepala,
masalah-masalah kulit atau hilangnya nafsu makan sampai penyakit–penyakit yang
serius misalnya beri-beri yang disebabkan oleh kekurangan vitamin B atau
kudisan yang disebabkan oleh kekurangan vitamin C dalam jangka waktu yang
panjang. Namun demikian, konsumsi vitamin yang hampir sampai pada tahap optimum
juga terjadi pada beberapa bagian grup populasi (Murray, 2007).
Melihat
pentingnya dan peranan vitamin dalam tubuh manusia maka dilakukan percobaan ini
untuk mengetahui sifat-sifat vitamin.
I.2 Tujuan Percobaan
1.2.I Tujuan Umum
Tujuan umum dari percobaan ini adalah :
1.
Mempelajari
sifat-sifat vitamin.
2.
Membuktikan
adanya vitamin dalam suatu bahan secara kualitatif.
I.2.2
Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari percobaan ini adalah :
1. Penentuan
Adanya Vitamin A
Membuktikan adanya vitamin A dalam suatu bahan secara kualitatif.
2. Penentuan
Adanya Vitamin D
Membuktikan adanya vitamin D dalam suatu bahan secara
kualitatif.
3. Penentuan
Adanya Vitamin B1
Membuktikan adanya vitamin B1 secara kualitatif.
4. Penentuan
Adanya Vitamin B6
Membuktikan adanya vitamin B6 secara kualitatif.
5. Penentuan
Adanya Vitamin C
Membuktikan adanya vitamin C secara kualitatif.
I.3
Prinsip Percobaan
1. Penentuan
Adanya Vitamin A
Sumber vitamin A adalah karoten dan karotenoid yang banyak terdapat dalam
bahan-bahan nabati sebagai provitamin. Dalam jaringan hewan, vitamin A
diperoleh dalam bentuk retinol. Penentuan adanya vitamin A dapat
dilakukan dengan pereaksi Trikloroasetat (TCA). Vitamin A dengan TCA akan
memberikan warna biru, kemudian berubah menjadi merah cokelat. Intensitas warna
biru sebanding dengan banyaknya vitamin A terkandung dalam suatu bahan. Oleh
karena itu reaksi dapat dijadikan dasar penentuan kuantitatif vitamin A secara
kolorimetri.
2. Penentuan
Adanya Vitamin D
Sumber vitamin D banyak terdapat dalam suatu bahan nabati seperti ragi dan
jamur, sedangkan vitamin D3 banyak terdapat dalam minyak hati ikan.
Pada umumnya vitamin D stabil terhadap pemanasan, asam dan oksigen. Vitamin D
secara lambat dapat didestruksi bila lingkungannya alkalis, terutama bila
terdapat udara dan cahaya. Pemanasan dengan Hidrogen peroksida tidak merusak
vitamin D, tetapi vitamin A akan rusak.
3.
Penentuan Adanya Vitamin B1
Vitamin B1 atau thiamin mengandung sistem dua cincin yaitu inti pirimidin
dan thiazol. Dalam tanaman, terutama serelia, vitamin B1 terdapat
dalam keadaan bebas, sedangkan dalam jaringan hewan terdapat sebagai koenzim,
yaitu thiamin pirifosfat (TPP). Dalam larutan netral atau alkalis,
thiamin mudah rusak, sedangkan dalam keadaan asam tahan panas. Thiamin stabil
pada pemanasan kering, tetapi mudah terurai oleh zat-zat pengoksida dan
terhadap radiasi sinar ultraviolet.
4. Penentuan
Adanya Vitamin B6
Dalam Vitamin B6 terdiri atas tiga bentuk senyawa, yaitu
pirodoksin, pirodoksal, dan pirodoksamin. Ketiga bentuk vitamin B6
terdapat dalam hewan maupun tumbuhan terutama pada beras atau gandum.
Pirodoksin stabil terhadap pemanasan, alkali dan asam. Pirodoksal dan
pirodoksamin mudah rusak oleh pemanasan, udara dan cahaya. Dari ketiga bentuk
vitamin B6, hanya pirodoksin yang paling tahan terhadap pengaruh
pengolahan dan penyimpanan.
5. Penentuan
Adanya Vitamin C
Sumber vitamin C sebagian besar berasal dari sayur-sayuran berwarna hijau
dan buah-buahan terutama yang masih segar. Vitamin C larut dalam air dan agak
stabil dalam larutan asam, tetapi mudah dioksidasi terutama bila dipanaskan.
Proses oksidasi akan dipercepat dengan adanya tembaga, oksigen dan alkali.
I.4 Manfaat Percobaan
Adapun manfaat dari percobaan ini yaitu :
1. Untuk mengetahui sifat-sifat vitamin.
2. Untuk mengetahui adanya vitamin dalam suatu bahan
secara kualitatif
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada tahap pemrosesan dan pemasakan
banyak vitamin hilang bila menggunakan suhu tinggi, air perebus dibuang,
permukaan makanan bersentuhan dengan udara dan menggunakan alkali. Vitamin yang
terpengaruh dalam hal ini adalah yang rusak oleh panas, oksidasi, atau yang
larut dalam air. (Vita Healt, 2006)
Vitamin merupakan senyawa organik yang
memegang peranan penting dalam berlangsungnya berbagai proses vital di dalam
tubuh. Masing-masing vitamin memegang peranan yang spesifik yang pada akhirnya
dapat memenuhi organisme keseluruhannya. Vitamin memiliki peran yang sangat
penting unutk pertumbuhan, pemeliharaan kesehatan, dan fungsi-fungsi tubuh
lainnya agar metabolisme berjalan normal (Sirajuddin, 2013)
Vitamin adalah sekelompook senyawa
organic amina berbobot molekul kecil yang memiliki fungsi vital dalam
metabolisme setiap organisme yang tidak dihasilkan oleh tubuh. Nama ini berasal
dari gabungan kata bahas latin vita yang berarti hidup dan amina (amine) yang
mengacu pada suatu gugus organic yang memilik atom nitrogen (N), karena pada
awalnya vitamin dianggap demikian. Kelak diketahui bahwa bnyak vitamin yang
sama sekali tidak memiliki atom N. dipandang dari sisi enzimologi (ilmu tentang
enzim), vitamin adalah kofaktor dalam reaksi kimia yang dikatalisasi oleh
enzim. Pada dasarnya, senyawa vitamin ini digunakan tubuh untuk dapat bertumbuh
dan berkembang secara normal (Anonim, 2011).
Pada umumnya vitamin tidak dapat
disintesis dalam tubuh dalam jumlah yang mencukupi, sehingga harus diperoleh
dari bahan pangan yang dikonsumsi. Sebagai perkecualian adalah vitamin D yang
dapat dibuat di dalam kulit, asalkan kulit cukup mendapatkan sinar matahari.
Vitamin lain yang disintesis di dalam tubuh adalah vitamin K dan vitamin B12.
Kedua jenis vitamin disintesis di dalam usus oleh bakteri (Sirajuddin, 2013).
Vitamin
dapat diartikan sebagai senyawa-senyawa amino yang sangat dibutuhkan untuk
mempertahankan hidup, walaupun kenyataannya bahwa tidak semua vitamin
mengandung gugus amino. Vitamin merupakan senyawa organik esensial dimana
organism hewan tidak mampu membentuknya sendiri, walaupun ia memerlukannya
dalam jumlah sedikit untuk metabolisme. Kebanyakan vitamin adalah precursor
koenzim; dalam beberapa hal, vitamin juga merupakan precursor hormon atau
bertindak sebagai antioksidan. Kebutuhan akan vitamin berbeda dari spesies ke
spesies dan dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin dan kondisi fisiologis
misalnya kehamilan, menyusui, latihan fisik, dan nutrisi (Marzuki, 2009).
Sejarah
penemuan vitamin dimulai oleh Eijkman yang pertama kali mengemukakan adanya zat
yang bertindak sebagai faktor diet essensial dalam kasus penyakit beri-beri.
Pada tahun 1897 ia memberikan gambaran adanya suatu penyakit yang diderita oleh
anak ayam yang serupa dengan beri-beri pada manusia. Gejala penyakit tersebut
terjadi setelah binatang diberi makanan yang terdiri atas beras giling murni.
Ternyata penyakit ini dapat disembuhkan dengan memberi makanan sisa gilingan
beras yang berupa serbuk. Hasil penemuan yang menyatakan bahwa dalam makanan
ada faktor lain yang penting selain karbohidrat, lemak dan protein sebagai
energi, mendorong para ahli untuk meneliti lebih lanjut tentang vitamin,
sehingga diperoleh konsep tentang vitamin yang kita kenal sekarang (Poedjiadi, 1994).
Bila
tubuh kekurangan vitamin berupa hipovitaminosis atau avitaminosis, perbedaan
diantara kedua adalah : pada hipovitaminosis, belum memberikan gejala klinis
yang jelas, sedangkan avitaminosis sudah memberikan gejala klinis yang jelas.
Hipervitaminosis adalah kelebihan vitamin yang sering dijumpai pada pemberian
vitamin yang berlebihan yang larut dalam lemak dan jarang kelebihan vitamin
yang larut dalam air. Fungsi dari kebanyakan vitamin B kompleks berperan sebagai
koenzim, enzim atau biokatalis diproduksi oleh organisme hidup, tetapi dia
tidak hanya bekerja in vivo tetapi juga in vitro, asal semua kondisi
disesuaikan dengan kondisi in vivo. Karena hanya sedikit vitamin-vitamin dapat
disimpan (A, B, E, B12), kekurangan vitamin dengan cepat mendorong
ke arah penyakit defisiensi. Ini sering mempengaruhi kulit, sel darah, dan sistem
nerves (Marzuki, 2009).
Pada
umumnya, vitamin tidak dapat disintesis dalam tubuh dalam jumlah yang
mencukupi, sehingga harus diperoleh dari bahan pengan yang dikonsumsi. Sebgai
perkecualian adalah vitamin D yang dapat dibuat dalam kulit, asalkan kulit
cukup mendapatkan sinar matahari. Vitamin lain yang disintesis di dalam tubuh
adalah vitamin K dan vitamin
. Kedua jenis vitamin disintesis di dalam
usus oleh bekteri (Sirajuddin, 2013).
Vitamin
terdapat dalam bahan makanan hanya dalam jumlah yang relatif kecil. Bentuk
vitamin berbeda-beda, diantaranya ada yang berbentuk provitamin atau calon
vitamin (precursor). Setelah diserap
oleh tubuh, provitamin dapat diubah menjadi vamin yang aktif (Sirajuddin,
2013).
Vitamin
dibagi ke dalam dua golongan. Golongan pertama oleh Kodicep 1971 disebut
prakoenzim (trocoenzine), dan bersifat larut dalam air, tidak disimpan oleh
tubuh, tidak beracun, diekskresi dalam urine. Yang termasuk golongan ini
adalah: tiamin, riboflavin, asam nikotinat, piridoksin, asam kolat, biotin,
asam pantotenat, vitamin B12 (disebut golongan vitamin B) dan
vitamin C. Golongan kedua yang larut dalam lemak disebut alosterin, dan dapat
disimpan dalam tubuh. Apabila vitamin ini terlalu banyak dimakan, akan
tersimpan dalam tubuh, dan memberikan gejala penyakit tertentu (hipervitaminosis),
yang juga membahayakan. Kekurangan vitamin mengakibatkan terjadinya penyakit
defisiensi, tetapi biasanya gejala penyakit akan hilang kembali apabila
kecukupan vitamin tersebut terpenuhi. Beberapa vitamin yang disintesis di dalam tubuh, misalnya
vitamin A disintesis dari karoten, niasin disintesis dari triptofan, dan
vitamin D disintesis dari 7-dihidrokolesterol (Poedjiadi, 1994).
Vitamin
adalah zat organik kompleks yang diperlukan tubuh dalam jumlah yang sangat
kecil, dan pada umumnya tidak dapat dibentuk oleh tubuh tetapi penting untuk
melakukan metabolik. Oleh karena itu, harus
didatangkan dari makanan. Vitamin termasuk kelompok zat pengatur pertumbuhan
dan pemeliharaan kehidupan. Tiap vitamin mempunyai tugas spesifik di dalam
tubuh. Karena vitamin adalah zat organik maka vitamin dapat rusak karena penyimpanan
dan pengolahan. Manusia dan hewan memerlukan hampir semua vitamin dari makanan
karena tubuh tidak dapat membuat sendiri (Yuniastuti, 2008)
Vitamin berperan dalam beberapa tahap
reaksi metabolisme energi, pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh pada umumnya sebagai koenzim atau sebagai bagian
dari enzim. Secara umum fungsi vitamin sebagai berikut (Yuniastuti, 2008):
1.
Sebagai bagian dari suatu enzim atau
koenzim yang mengatur sebagai proses metabolisme
2.
Mempertahankan fungsi sebagai jaringan.
3.
Mempengaruhi pertumbuhan dan pembentukan
sel baru.
4.
Membantu membuat zat tertentu dalam
tubuh.
Kontribusi suatu jenis makanan terhadap
kandungan vitamin makanan sehari-hari bergantung pada jumlah vitamin yang
semula terdapat dalam makanan tersebut, jumlah yang rusak pada saat panen atau penyembelihan, penyimpanan, memproses,
dan pemasakan. Pada saat panen dan penyimpanan, sejumlah vitamin akan hilang,
bergantung pada suhu penyingkapan terhadap udara dan matahari, serta lama
penyimpanan. Semakain tinggi suhu, semakin lama tersingkap terhadap udara
dan matahari, semakin lama disimpan,
akan semakin banyak vitamin yang hilang. Pada tahap memproses dan pemasakan,
vitamin hilang bila menggunakan suhu tinggi, air perebusan dibuang permukaan
makanan bersentuhan dengan udara dan menggunakan alkali. Vitamin yang
terpengaruh dalam hal ini adalah yang rusak oleh panas, oksidasi atau yang
larut dalam air (Yuniastuti, 2008).
Penilaian
status vitamin yang terkait dengan penentuan status gizi meliputi penentuan
kadar vitamin A, vitamin D, Vitamin E, vitamin C, tiamin, riboflavin, niasin,
vitamin B6, dan vitamin B12. Pada umumnya, vitamin tidak
dapat disintesis dalam tubuh dalam jumlah yang mencukupi, sehingga harus
diperoleh dari bahan pangan yang dikonsumsi. Sebagai perkecualian adalah
vitamin D yang dapat dibuat di dalam kulit, asalkan kulit cukup mendapatkan
sinar matahari. Vitamin lain yang disintesis di dalam tubuh adalah vitamin K
dan vitamin B12. Kedua jenis vitamin disintesis di dalam usus oleh
bakteri. Vitamin terdapat dalam bahan makanan hanya dalam jumlah relatif kecil.
Bentuk vitamin berbeda-beda, diantaranya ada yang berbentuk provitamin atau
calon vitamin/precursor (Sirajuddin, 2013).
Kelompok-kelompok
vitamin B mencakup vitamin-vitamin larut dalam air, semuanya bertindak sebagai
perekursor untuk koenzim. Urutan penomorannya tidak berkesinambungan, sebanyak
substansi yang mula-mula dianggap sebagai vitamin belakangan belum ditetapkan
mempunyai karakteristik vitamin. Vitamin B1 (tiamin) berisi dua
cincin heterosoklik-satu cincin pirimidin (cincin aromatik beranggota 6 dengan
2 N) dan satu cincin thiazol (cincin aromatik beranggota 5 dengan N dan S) yang
bergabung melalui gugus metilena. Bentuk aktif dari vitamin B1
adalah tiamin difosfat (TPP) yang berperan sebagai koenzim untuk perpindahan
residu hidroksialkil (gugus aldehid aktif). Kebanyakan reaksi-reaksi penting
dari bentuk ini adalah dekarboksilasi oksidatif (Marzuki, 2009).
Beberapa jenis vitamin bila dikonsumsi
secara berlebihan potensial penyebab keracunan dan gangguan kesehatan.
Kelebihan konsumsi vitamin A menyebabkan urin berwarna kuning. Di samping itu,
kulit, muka, dan telapak tangan kelihatan kuning. Kelebihan vitamin A
menurunkan efisiensi penggunaan vitamin E. Gejala keracunan terjadi bila
mengkonsumsi vitamin A dalam jumlah berlebihan. Pengaruh negatif dari keracunan
vitamin A antara lain cepat lelah, berkurang nafsu makan, sakit kepala, muntah,
kerontokan rambut, kulit kering, nyeri tulang dan pembesaran hati. Sedangkan
kelebihan vitamin D dapat menyebabkan kadar kalsium pada darah dan urin
meningkat. Pengerasan otot, pembuluh dan ginjal pada gilirannya dapat
menyebabkan gangguan ginjal dan hipertensi. Dalam jangka panjang, konsumsi mega
dosis suplemen vitamin E dan A sintesis diduga kuat akan menurunkan imunitas
tubuh dan memicu pertumbuhan sel-sel tumor. Dan untuk vitamin K sampai saat ini
belum ada bukti-bukti yang konklusif tentang dampak negatif kelebihan vitamin K
(Yuniastuti, 2008).
BAB III
METODE
PERCOBAAN
III.1 Alat Dan Bahan
1.
Penentuan
Adanya Vitamin A
Adapun
alat yang digunakan pada percobaan ini adalah tabung reaksi, pipet ukur, pipet
tetes, dan sudip atau sendok.
Adapun
bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah minyak ikan, asam asetat
anhidrid, kloroform, asam trikloroasetat (TCA), dan Kristal SbCl₃.
2.
Penentuan
Adanya Vitamin D
Adapun
alat yang digunakan pada percobaan ini adalah alat pemanas, tabung reaksi,
pipet ukur, dan pipet tetes.
Adapun
bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah minyak ikan, larutan H₂O₂
5%, kloroform, asam triklroasetat (TCA), asam asetat anhidrid, dan Kristal SbCl₃.
3.
Penentuan
Adanya Vitamin B1
Adapun
alat yang digunakan pada percobaan ini adalah alat pemanas, tabung reaksi, dan
pipet ukur atau pipet tetes.
Adapun
bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah larutan thiamin 1%, larutan
KI 5%, larutan Bismuth Nitrat, Bi(NO₃)₃,
larutan Pb-asetat 10%, dan larutan NaOH 6 N.
4.
Penentuan
Adanya Vitamin B6
Adapun
alat yang digunakan pada percobaan ini adalah tabung reaksi dan pipet tetes.
Adapun
bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah larutan pirodoksin-HCl 1%,
larutan CuSO₄ 2%, larutan NaOH 3 N, dan larutan besi
(III) klorida, FeCl₃ 1%.
5.
Penentuan
Adanya Vitamin C
Adapun
alat yang digunakan pada percobaan ini adalah kertas pH atau lakmus, alat
pemanas, tabung reaksi, dan pipet tetes.
Adapun
bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah larutan asam askorbat 1%,
pereaksi benedict, larutan NaHCO₃
5%, dan larutan FeCl₃ 1%.
III.2 Prosedur Kerja
1. Penentuan Adanya Vitamin A
A.
1. Ke dalam tabung reaksi, dimasukkan 10
tetes minyak ikan.
2. Ditambahkan 15 tetes kloroform, kemudian
dicampurkan dengan baik.
3. Ditambahkan
4 tetes asam asetat anhidrid.
4. Selanjutnya,
dibubuhkan sepucuk sendok Kristal SbCl₃
di dalamnya.
5. Diperhatikan
warna yang terjadi.
Terbentuknya warna biru yang akan
berubah menjadi merah coklat berarti vitamin A positif.
B.
1. Ke dalam tabung reaksi, masukkan 10
tetes minyak ikan.
2. Ditambahkan 2 mL pereaksi asam
trikloroasetat dalam kloroform.
3. Dicampurkan
dengan baik.
4. Diamati
warna yang terjadi.
Timbulnya warna biru-kehijauan menandakan
vitamin A positif.
2. Penentuan Adanya Vitamin D
1.
Di dalam tabung reaksi, dimasukkan 10
tetes minyak ikan.
2.
Ditambahkan 10 tetes larutan H₂O₂
5%.
3.
Dikocok campuran selama kira-kira 1
menit.
4.
Kemudian, dipanaskan di atas api kecil
perlahan-lahan sampai tidak ada gelembung-gelembung gas keluar. Diusahakan
jangan sampai mendidih.
5.
Didinginkan tabung di bawah air kran
6.
Selanjutnya, dilakukan uji dengan
pereaksi Carr-Price seperti penentuan
adanya vitamin A.
7.
Diamati perubahan warna yang terjadi.
Adanya warna jingga-kuning berarti vitamin D positif.
3.
Penentuan
Adanya Vitamin B1
A. 1. Dimasukkan 1 mL larutan thiamin 1% didalam
tabung reaksi.
2. Ditambahkan 1 mL larutan Pb-asetat 10% dan 4,5
ml NaOH 6N.
3.
Dicampurkan dengan baik, kemudian
diperhatikan timbulnya warna kuning yang terjadi.
4.
Selanjutnya dipanaskan, sehingga akan
timbul endapan warna coklat-hitam yang menandakan vitamin B1 positif.
B.
1. Di dalam tabung reaksi,
dimasukkan 5 tetes larutan thiamin 1%.
2. Ditambahkan 5 tetes larutan Bismuth Nitrat. Dicampurkan dengan baik.
3.
Kemudian, ditambahkan pula 1 tetes
larutan KI 5%.
4. Diperhatikan perubahan warna yang
terjadi. Timbulnya warna endapan merah jingga berarti vitamin B1 positif.
4. Penetuan Adanya Vitamin B6
A. 1. Dimasukkan 10 tetes larutan
pirodoksin 1% di dalam tabung reaksi.
2. Ditambahkan 4 tetes larutan CuSO₄
2% dan 10 tetes NaOH 3N.
3. Diamati perubahan warna yang terjadi. Bila
terbentuk warna biru-ungu berarti vitamin B6 positif.
B. 1. Dimasukkan 10 tetes larutan
pirodoksin 1% di dalam tabung reaksi.
2. Ditambahkan 3-5 tetes larutan FeCl₃.
3. Diamati perubahan warna yang terjadi.
Timbulnya warna jingga sampai merah tua berarti vitamin B6 positif.
5. Penentuan Adanya Vitamin C
A.
1. Dimasukkan di dalam tabung reaksi 10 tetes larutan asam askorbat 1%.
2.
Ditambahkan 30 tetes pereaksi benedict.
3. Dipanaskan
di atas api kecil sampai mendidih selama 2 menit.
4. Perhatikan adanya endapan yang
terbentuk. Warna hijau-kekuningan sampai merah bata menandakan vitamin C
positif.
B. 1. Dimasukkan 10 tetes larutan asam askorbat
1% di dalam tabung reaksi.
2.
Kemudian, dinetralkan larutan (Ph=7) menggunakan NaHCO₃
5%.
3.
Ditambahkan 2 tetes larutan FeCl₃.
4.
Diamati warna yang terjadi. Adanya warna merah-ungu berarti vitamin
C positif.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
IV. 1. Hasil
Pengamatan
IV.1.1 Tabel
Hasil Pengamatan
1. Penentuan
Adanya Vitamin A
Bahan
|
Prosedur A
|
Prosedur B
|
Minyak Ikan
|
10 tetes
|
10 tetes
|
Kloroform
|
15 tetes
|
-
|
Asam Asetat Anhidrid
|
4 tetes
|
-
|
SbCl3 Kristal
|
3 tetes
|
-
|
TCA dalam Kloroform
|
-
|
2 mL
|
Dicampur dengan baik
|
||
Hasil: perhatikan warna yang terbentuk
|
Biru menjadi warna coklat pekat
|
Biru-kehijauan
|
2. Penentuan
Adanya Vitamin D
Bahan
|
Tabung I
|
Minyak Ikan
|
10 tetes
|
Larutan H2O2 5%
|
10 tetes
|
Dipanaskan tidak sampai
mendidih, lalu diuji dengan pereaksi Carr-Price
|
|
Hasil :
warna jingga-kuning (-/+)
|
(+) Terbentuk warna kuning
|
3. Penentuan
Adanya Vitamin B1
Bahan
|
Prosedur A
|
Prosedur B
|
Larutan Thiamin 1%
|
1 mL
|
5 tetes
|
Larutan Pb-Asetat 10%
|
1 mL
|
-
|
Larutan NaOH 6N
|
4,5 ml
|
-
|
Larutan Bi(NO3)3
|
-
|
5 tetes
|
Larutan KI 5%
|
-
|
1 tetes
|
Dicampur dengan baik dan dipanaskan untuk prosedur A
|
||
Hasil : perhatikan warna
endapan yang terbentuk
|
(+) endapan warna coklat
|
(+) endapan merah jingga
|
4. Penentuan
Adanya Vitamin B6
Bahan
|
Prosedur A
|
Prosedur B
|
Larutan pirodoksin 1%
|
5 tetes
|
5 tetes
|
Larutan CuSO4 2 %
|
2 tetes
|
-
|
Larutan FeCl3 1%
|
10 tetes
|
-
|
Larutan NaOH 3 N
|
-
|
2-3 tetes
|
Hasil: perhatikan warna
endapan yang terbentuk
|
berwarna biru
|
berwarna merah jingga
|
5. Penentuan
Adanya Vitamin C
Bahan
|
Prosedur A
|
Prosedur B
|
Larutan asam askorbat 1%
|
10 tetes
|
10 tetes
|
Pereaksi Benedict
|
30 tetes
|
-
|
pH larutan
|
-
|
8
|
Larutan FeCl3 1%
|
-
|
2-3 tetes
|
Hasil : perhatikan warna
endapan yang terbentuk
|
(+) berwarna endapan merah bata
|
(-) berwarna coklat (tidak ada endapan)
|
IV.2
Pembahasan
1.
Penentuan Adanya Vitamin A
Pada percobaan kami penentuan adanya
vitamin A, dimasukkan ke dalam tabung reaksi minyak ikan, kloroform, asam
asetat anhidrid, SbCl3 kristal lalu dicampur dengan baik. Kemudian
terbentuk larutan berwarna biru dan
berubah menjadi merah coklat. Dan menandakan adanya vitamin A positif
dalam minyak ikan. Intensitas warna biru sebanding dengan banyaknya vitamin A
yang terkandung dalam suatu bahan.
2.
Penentuan Adanya Vitamin D
Pada percobaan kami penentuan adanya vitamin
D, digunakan bahan minyak ikan dan larutan H2O2 kemudian
dipanaskan dan diuji dengan pereaksi Carr-Price.
Pada
percobaan ini hasil yang diperoleh adalah warna kuning yang menunjukan vitamin
D positif. Vitamin D ini umumnya stabil pada pemanasan, asam dan oksigen.
Vitamin D secara lambat dapat
didestruksi bila lingkungannya alkalis, terutama bila terdapat udara dan
cahaya. Pemanasan dengan hidrogen
peroksida tidak merusak vitamin D.
3. Penentuan Adanya Vitamin B1
Pada percobaan kami penentuan adanya vitamin
B1, pada prosedur A dimasukkan ke dalam tabung reaksi tiamin,
Pb-asetat, NaOH yang dicampur dengan baik dan dipanaskan. Setelah dipanaskan
terbentuk endapan berwarna coklat. Warna coklat ini menandakan adanya vitamin B1.
Pada prosedur B, dimasukkan ke dalam tabung reaksi larutan thiamin, Bismuth
nitrat lalu dicampur dengan baik, kemudian ditambahkan larutan KI. Setelah
diamati, terbentuk endapan berwarna merah jingga. Endapan merah jingga ini membuktikan
adanya vitamin B1.
4.
Penentuan Adanya Vitamin B6
Pada percobaan kami penentuan adanya
vitamin B6, pada prosedur A ke dalam tabung reaksi dimasukkan
larutan pirodoksin, larutan CuSO4 dan NaOH. Setelah diamati, terjadi
perubahan warna menjadi warna biru. Warna biru ini menandakan adanya vitamin B6.
Pada prosedur B, ke dalam tabung reaksi dimasukkan pirodoksin, dan FeCl3.
Setelah diamati, terjadi perubahan warna menjadi warna merah jingga. Warna
merah jingga ini menandakan adanya vitamin B6.
5.
Penentuan Adanya Vitamin C
Pada percobaan
kami penentuan adanya vitamin C, pada prosedur A ke dalam tabung reaksi
dimasukkan larutan asam askorbat, ditambahkan pereaksi Benedict lalu
dipanaskan. Setelah dipanaskan, terbentuk endapan merah bata. Terbentuknya
endapan merah bata ini menunjukkan adanya vitamin C. Pada prosedur B, ke dalam
tabung reaksi dimasukkan asam askorbat kemudian dinetralkan dengan menggunakan NaHCO3,
lalu ditambahkan FeCl3. Setelah diamati, larutan berwarna coklat.
Larutan yang berwarna coklat ini menandakan tidak adanya vitamin C, karena
menurut teori adanya vitamin C dapat dibuktikan dengan larutan yang berwarna
merah-ungu.
BAB V
PENUTUP
V.1
Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari
percobaan ini :
1. Terdapat
vitamin A positif ditandai dengan terbentuknya warna merah coklat setelah
minyak ikan diuji dengan kloroform, asam asetat anhidrid, dan SbCl3.
2. Vitamin
D positif ditandai dengan terbentuknya warna jingga-kuning setelah diuji dengan
menggunakan metode Carr-Price.
3. Terdapat
vitamin B1 positif ditandai dengan terbentuknya endapan berwarna coklat
pada prosedur A dan endapan merah jingga pada prosedur B
4. Terdapat
vitamin B6 ditandai dengan terbentuknya warna biru pada prosedur A
dan warna merah jingga pada prosedur B
5. Terdapat
vitamin C positif ditandai
dengan terbentukmya endapan merah bata dengan menggunakan pereaksi benedict.
Namun pada prosedur B tidak terdapat vitamin C ditandai dengan tidak
terbentuknya endapan merah bata.
V.2
Saran
1.
Laboratorium
Sebaiknya alat dan bahan untuk percobaan
lebih dilengkapi agar paraktikum dapat berjalan lebih efektif.
2.
Praktikum
Sebaiknya praktikan lebih berhati-hati dalam
melakukan praktikum terutama dalam menggunakan alat-alat praktikum dan zat-zat
kimia berbahaya.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim.
2011. Terhubung berkala (http://organisasi.org/pengertian _dan_definisi_vitamin_fungsi_guna_sumber_
akibat_kekurangan_macam _dan _jenis_vitamin) diakses 16 Juni 2013
Marzuki, Ismail dan Amirullah. 2009. Biokimia
Edisi I. Makassar : Pustaka
As Salam
Poedjiadi, Anna. 1994. Dasar-Dasar
Biokimia. Jakarta : Universitas Indonesia.
Saifuddin, Sirajuddin. 2011. Penuntun
Praktikum Biokimia. Makassar : Universitas Hasanuddin.
Vitahealth.
2006. Seluk-beluk Food Suplement. Jakarta : Gramedia
Yuniastuti,
Ari. 2008. Gizi dan Kesehatan. Yogyakarta
: Graha Ilmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar