Kamis, 21 November 2013

BIOKIMIA part VITAMIN


BAB I
PENDAHULUAN
I.1  Latar Belakang
       Vitamin merupakan nutrisi tanpa kalori yang penting dan dibutuhkan untuk metabolisme tubuh manusia. Vitamin tidak dapat diproduksi oleh tubuh manusia, tetapi diperoleh dari makanan sehari-hari. Fungsi khusus vitamin adalah sebagai kofaktor (elemen pembantu) untuk reaksi enzimatik. Vitamin juga berperan dalam berbagai macam fungsi tubuh lainnya, termasuk regenerasi kulit, penglihatan, sistem susunan syaraf dan sistem kekebalan tubuh dan pembekuan darah (Almatsier, 2004).
Jumlah yang diperlukan sehari-hari relatih kecil, yaitu berkisar antara beberapa mikrogram sampai beberapa miligram. Kebanyakan vitamin berperan sebagai koenzim dalam berbagai reaksi di dalam tubuh. Oleh karena itu, dapat dimengerti bahwa kekurangan vitamin dapat mengganggu kelancaran reaksi-reaksi biokimia (Sirajuddin, 2013).
       Lama tidak diketahuinya mengenai vitamin karena bahan-bahan makanan mengandung vitamin yang cukup untuk mencegah timbulnya gangguan yang hebat terhadap kesehatan. Bahan makanan yang disajikan oleh alam mengandung berbagai vitamin dan bila dimakan secara bersama-sama akan saling melengkapi satu sama lain. Oleh karena itu konsumsi jenis bahan makanan yang monoton dalam waktu lama dapat menimbulkan terjadinya kekurangan vitamin (Murray, 2008).
       Gejala defisiensi bervariasi dari tingkat masalah kecil, seperti sakit kepala, masalah-masalah kulit atau hilangnya nafsu makan sampai penyakit–penyakit yang serius misalnya beri-beri yang disebabkan oleh kekurangan vitamin B atau kudisan yang disebabkan oleh kekurangan vitamin C dalam jangka waktu yang panjang. Namun demikian, konsumsi vitamin yang hampir sampai pada tahap optimum juga terjadi pada beberapa bagian grup populasi (Murray, 2007).
       Melihat pentingnya dan peranan vitamin dalam tubuh manusia maka dilakukan percobaan ini untuk mengetahui sifat-sifat vitamin.

I.2 Tujuan Percobaan
1.2.I Tujuan Umum
Tujuan umum dari percobaan ini adalah :
1.      Mempelajari sifat-sifat vitamin.
2.      Membuktikan adanya vitamin dalam suatu bahan secara kualitatif.
I.2.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari percobaan ini adalah :
1.      Penentuan Adanya Vitamin A
Membuktikan adanya vitamin A dalam suatu bahan secara kualitatif.
2.      Penentuan Adanya Vitamin D
Membuktikan adanya vitamin D dalam suatu bahan secara kualitatif.
3.      Penentuan Adanya Vitamin B1
Membuktikan adanya vitamin B1 secara kualitatif.
4.      Penentuan Adanya Vitamin B6
Membuktikan adanya vitamin B6 secara kualitatif.
5.      Penentuan Adanya Vitamin C
Membuktikan adanya vitamin C secara kualitatif.

I.3 Prinsip Percobaan
1.      Penentuan Adanya Vitamin A
       Sumber vitamin A adalah karoten dan karotenoid yang banyak terdapat dalam bahan-bahan nabati sebagai provitamin. Dalam jaringan hewan, vitamin A diperoleh dalam bentuk retinol. Penentuan adanya vitamin A dapat dilakukan dengan pereaksi Trikloroasetat (TCA). Vitamin A dengan TCA akan memberikan warna biru, kemudian berubah menjadi merah cokelat. Intensitas warna biru sebanding dengan banyaknya vitamin A terkandung dalam suatu bahan. Oleh karena itu reaksi dapat dijadikan dasar penentuan kuantitatif vitamin A secara kolorimetri.
2.      Penentuan Adanya Vitamin D
      Sumber vitamin D banyak terdapat dalam suatu bahan nabati seperti ragi dan jamur, sedangkan vitamin D3 banyak terdapat dalam minyak hati ikan. Pada umumnya vitamin D stabil terhadap pemanasan, asam dan oksigen. Vitamin D secara lambat dapat didestruksi bila lingkungannya alkalis, terutama bila terdapat udara dan cahaya. Pemanasan dengan Hidrogen peroksida tidak merusak vitamin D, tetapi vitamin A akan rusak.
3.      Penentuan Adanya Vitamin B1
       Vitamin B1 atau thiamin mengandung sistem dua cincin yaitu inti pirimidin dan thiazol. Dalam tanaman, terutama serelia, vitamin B1 terdapat dalam keadaan bebas, sedangkan dalam jaringan hewan terdapat sebagai koenzim, yaitu thiamin pirifosfat (TPP). Dalam larutan netral atau alkalis, thiamin mudah rusak, sedangkan dalam keadaan asam tahan panas. Thiamin stabil pada pemanasan kering, tetapi mudah terurai oleh zat-zat pengoksida dan terhadap radiasi sinar ultraviolet.
4.      Penentuan Adanya Vitamin B6
      Dalam Vitamin B6 terdiri atas tiga bentuk senyawa, yaitu pirodoksin, pirodoksal, dan pirodoksamin. Ketiga bentuk vitamin B6 terdapat dalam hewan maupun tumbuhan terutama pada beras atau gandum. Pirodoksin stabil terhadap pemanasan, alkali dan asam. Pirodoksal dan pirodoksamin mudah rusak oleh pemanasan, udara dan cahaya. Dari ketiga bentuk vitamin B6, hanya pirodoksin yang paling tahan terhadap pengaruh pengolahan dan penyimpanan.
5.      Penentuan Adanya Vitamin C
      Sumber vitamin C sebagian besar berasal dari sayur-sayuran berwarna hijau dan buah-buahan terutama yang masih segar. Vitamin C larut dalam air dan agak stabil dalam larutan asam, tetapi mudah dioksidasi terutama bila dipanaskan. Proses oksidasi akan dipercepat dengan adanya tembaga, oksigen dan alkali.


I.4 Manfaat Percobaan
Adapun manfaat dari percobaan ini yaitu :
1. Untuk mengetahui sifat-sifat vitamin.
2. Untuk mengetahui adanya vitamin dalam suatu bahan secara kualitatif











BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
       Pada tahap pemrosesan dan pemasakan banyak vitamin hilang bila menggunakan suhu tinggi, air perebus dibuang, permukaan makanan bersentuhan dengan udara dan menggunakan alkali. Vitamin yang terpengaruh dalam hal ini adalah yang rusak oleh panas, oksidasi, atau yang larut dalam air. (Vita Healt, 2006)
       Vitamin merupakan senyawa organik yang memegang peranan penting dalam berlangsungnya berbagai proses vital di dalam tubuh. Masing-masing vitamin memegang peranan yang spesifik yang pada akhirnya dapat memenuhi organisme keseluruhannya. Vitamin memiliki peran yang sangat penting unutk pertumbuhan, pemeliharaan kesehatan, dan fungsi-fungsi tubuh lainnya agar metabolisme berjalan normal (Sirajuddin, 2013)
       Vitamin adalah sekelompook senyawa organic amina berbobot molekul kecil yang memiliki fungsi vital dalam metabolisme setiap organisme yang tidak dihasilkan oleh tubuh. Nama ini berasal dari gabungan kata bahas latin vita yang berarti hidup dan amina (amine) yang mengacu pada suatu gugus organic yang memilik atom nitrogen (N), karena pada awalnya vitamin dianggap demikian. Kelak diketahui bahwa bnyak vitamin yang sama sekali tidak memiliki atom N. dipandang dari sisi enzimologi (ilmu tentang enzim), vitamin adalah kofaktor dalam reaksi kimia yang dikatalisasi oleh enzim. Pada dasarnya, senyawa vitamin ini digunakan tubuh untuk dapat bertumbuh dan berkembang secara normal (Anonim, 2011).
       Pada umumnya vitamin tidak dapat disintesis dalam tubuh dalam jumlah yang mencukupi, sehingga harus diperoleh dari bahan pangan yang dikonsumsi. Sebagai perkecualian adalah vitamin D yang dapat dibuat di dalam kulit, asalkan kulit cukup mendapatkan sinar matahari. Vitamin lain yang disintesis di dalam tubuh adalah vitamin K dan vitamin B12. Kedua jenis vitamin disintesis di dalam usus oleh bakteri (Sirajuddin, 2013).
Vitamin dapat diartikan sebagai senyawa-senyawa amino yang sangat dibutuhkan untuk mempertahankan hidup, walaupun kenyataannya bahwa tidak semua vitamin mengandung gugus amino. Vitamin merupakan senyawa organik esensial dimana organism hewan tidak mampu membentuknya sendiri, walaupun ia memerlukannya dalam jumlah sedikit untuk metabolisme. Kebanyakan vitamin adalah precursor koenzim; dalam beberapa hal, vitamin juga merupakan precursor hormon atau bertindak sebagai antioksidan. Kebutuhan akan vitamin berbeda dari spesies ke spesies dan dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin dan kondisi fisiologis misalnya kehamilan, menyusui, latihan fisik, dan nutrisi (Marzuki, 2009).
Sejarah penemuan vitamin dimulai oleh Eijkman yang pertama kali mengemukakan adanya zat yang bertindak sebagai faktor diet essensial dalam kasus penyakit beri-beri. Pada tahun 1897 ia memberikan gambaran adanya suatu penyakit yang diderita oleh anak ayam yang serupa dengan beri-beri pada manusia. Gejala penyakit tersebut terjadi setelah binatang diberi makanan yang terdiri atas beras giling murni. Ternyata penyakit ini dapat disembuhkan dengan memberi makanan sisa gilingan beras yang berupa serbuk. Hasil penemuan yang menyatakan bahwa dalam makanan ada faktor lain yang penting selain karbohidrat, lemak dan protein sebagai energi, mendorong para ahli untuk meneliti lebih lanjut tentang vitamin, sehingga diperoleh konsep tentang vitamin yang kita kenal sekarang (Poedjiadi, 1994).
Bila tubuh kekurangan vitamin berupa hipovitaminosis atau avitaminosis, perbedaan diantara kedua adalah : pada hipovitaminosis, belum memberikan gejala klinis yang jelas, sedangkan avitaminosis sudah memberikan gejala klinis yang jelas. Hipervitaminosis adalah kelebihan vitamin yang sering dijumpai pada pemberian vitamin yang berlebihan yang larut dalam lemak dan jarang kelebihan vitamin yang larut dalam air. Fungsi dari kebanyakan vitamin B kompleks berperan sebagai koenzim, enzim atau biokatalis diproduksi oleh organisme hidup, tetapi dia tidak hanya bekerja in vivo tetapi juga in vitro, asal semua kondisi disesuaikan dengan kondisi in vivo. Karena hanya sedikit vitamin-vitamin dapat disimpan (A, B, E, B12), kekurangan vitamin dengan cepat mendorong ke arah penyakit defisiensi. Ini sering mempengaruhi kulit, sel darah, dan sistem nerves (Marzuki, 2009).
Pada umumnya, vitamin tidak dapat disintesis dalam tubuh dalam jumlah yang mencukupi, sehingga harus diperoleh dari bahan pengan yang dikonsumsi. Sebgai perkecualian adalah vitamin D yang dapat dibuat dalam kulit, asalkan kulit cukup mendapatkan sinar matahari. Vitamin lain yang disintesis di dalam tubuh adalah vitamin K dan vitamin . Kedua jenis vitamin disintesis di dalam usus oleh bekteri (Sirajuddin, 2013).
Vitamin terdapat dalam bahan makanan hanya dalam jumlah yang relatif kecil. Bentuk vitamin berbeda-beda, diantaranya ada yang berbentuk provitamin atau calon vitamin (precursor). Setelah diserap oleh tubuh, provitamin dapat diubah menjadi vamin yang aktif (Sirajuddin, 2013).
Vitamin dibagi ke dalam dua golongan. Golongan pertama oleh Kodicep 1971 disebut prakoenzim (trocoenzine), dan bersifat larut dalam air, tidak disimpan oleh tubuh, tidak beracun, diekskresi dalam urine. Yang termasuk golongan ini adalah: tiamin, riboflavin, asam nikotinat, piridoksin, asam kolat, biotin, asam pantotenat, vitamin B12 (disebut golongan vitamin B) dan vitamin C. Golongan kedua yang larut dalam lemak disebut alosterin, dan dapat disimpan dalam tubuh. Apabila vitamin ini terlalu banyak dimakan, akan tersimpan dalam tubuh, dan memberikan gejala penyakit tertentu (hipervitaminosis), yang juga membahayakan. Kekurangan vitamin mengakibatkan terjadinya penyakit defisiensi, tetapi biasanya gejala penyakit akan hilang kembali apabila kecukupan vitamin tersebut terpenuhi. Beberapa vitamin  yang disintesis di dalam tubuh, misalnya vitamin A disintesis dari karoten, niasin disintesis dari triptofan, dan vitamin D disintesis dari 7-dihidrokolesterol (Poedjiadi, 1994).
Vitamin adalah zat organik kompleks yang diperlukan tubuh dalam jumlah yang sangat kecil, dan pada umumnya tidak dapat dibentuk oleh tubuh tetapi penting untuk melakukan  metabolik. Oleh karena itu, harus didatangkan dari makanan. Vitamin termasuk kelompok zat pengatur pertumbuhan dan pemeliharaan kehidupan. Tiap vitamin mempunyai tugas spesifik di dalam tubuh. Karena vitamin adalah zat organik  maka vitamin dapat rusak karena penyimpanan dan pengolahan. Manusia dan hewan memerlukan hampir semua vitamin dari makanan karena tubuh tidak dapat membuat sendiri (Yuniastuti, 2008)
       Vitamin berperan dalam beberapa tahap reaksi metabolisme energi, pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh pada  umumnya sebagai koenzim atau sebagai bagian dari enzim. Secara umum fungsi vitamin sebagai berikut (Yuniastuti, 2008):
1.        Sebagai bagian dari suatu enzim atau koenzim yang mengatur sebagai proses metabolisme
2.        Mempertahankan fungsi sebagai jaringan.
3.        Mempengaruhi pertumbuhan dan pembentukan sel baru.
4.        Membantu membuat zat tertentu dalam tubuh. 
        Kontribusi suatu jenis makanan terhadap kandungan vitamin makanan sehari-hari bergantung pada jumlah vitamin yang semula terdapat dalam makanan tersebut, jumlah yang rusak pada saat  panen atau penyembelihan, penyimpanan, memproses, dan pemasakan. Pada saat panen dan penyimpanan, sejumlah vitamin akan hilang, bergantung pada suhu penyingkapan terhadap udara dan matahari, serta lama penyimpanan. Semakain tinggi suhu, semakin lama tersingkap terhadap udara dan  matahari, semakin lama disimpan, akan semakin banyak vitamin yang hilang. Pada tahap memproses dan pemasakan, vitamin hilang bila menggunakan suhu tinggi, air perebusan dibuang permukaan makanan bersentuhan dengan udara dan menggunakan alkali. Vitamin yang terpengaruh dalam hal ini adalah yang rusak oleh panas, oksidasi atau yang larut dalam air  (Yuniastuti, 2008).           
Penilaian status vitamin yang terkait dengan penentuan status gizi meliputi penentuan kadar vitamin A, vitamin D, Vitamin E, vitamin C, tiamin, riboflavin, niasin, vitamin B6, dan vitamin B12. Pada umumnya, vitamin tidak dapat disintesis dalam tubuh dalam jumlah yang mencukupi, sehingga harus diperoleh dari bahan pangan yang dikonsumsi. Sebagai perkecualian adalah vitamin D yang dapat dibuat di dalam kulit, asalkan kulit cukup mendapatkan sinar matahari. Vitamin lain yang disintesis di dalam tubuh adalah vitamin K dan vitamin B12. Kedua jenis vitamin disintesis di dalam usus oleh bakteri. Vitamin terdapat dalam bahan makanan hanya dalam jumlah relatif kecil. Bentuk vitamin berbeda-beda, diantaranya ada yang berbentuk provitamin atau calon vitamin/precursor (Sirajuddin, 2013).
Kelompok-kelompok vitamin B mencakup vitamin-vitamin larut dalam air, semuanya bertindak sebagai perekursor untuk koenzim. Urutan penomorannya tidak berkesinambungan, sebanyak substansi yang mula-mula dianggap sebagai vitamin belakangan belum ditetapkan mempunyai karakteristik vitamin. Vitamin B1 (tiamin) berisi dua cincin heterosoklik-satu cincin pirimidin (cincin aromatik beranggota 6 dengan 2 N) dan satu cincin thiazol (cincin aromatik beranggota 5 dengan N dan S) yang bergabung melalui gugus metilena. Bentuk aktif dari vitamin B1 adalah tiamin difosfat (TPP) yang berperan sebagai koenzim untuk perpindahan residu hidroksialkil (gugus aldehid aktif). Kebanyakan reaksi-reaksi penting dari bentuk ini adalah dekarboksilasi oksidatif (Marzuki, 2009).
       Beberapa jenis vitamin bila dikonsumsi secara berlebihan potensial penyebab keracunan dan gangguan kesehatan. Kelebihan konsumsi vitamin A menyebabkan urin berwarna kuning. Di samping itu, kulit, muka, dan telapak tangan kelihatan kuning. Kelebihan vitamin A menurunkan efisiensi penggunaan vitamin E. Gejala keracunan terjadi bila mengkonsumsi vitamin A dalam jumlah berlebihan. Pengaruh negatif dari keracunan vitamin A antara lain cepat lelah, berkurang nafsu makan, sakit kepala, muntah, kerontokan rambut, kulit kering, nyeri tulang dan pembesaran hati. Sedangkan kelebihan vitamin D dapat menyebabkan kadar kalsium pada darah dan urin meningkat. Pengerasan otot, pembuluh dan ginjal pada gilirannya dapat menyebabkan gangguan ginjal dan hipertensi. Dalam jangka panjang, konsumsi mega dosis suplemen vitamin E dan A sintesis diduga kuat akan menurunkan imunitas tubuh dan memicu pertumbuhan sel-sel tumor. Dan untuk vitamin K sampai saat ini belum ada bukti-bukti yang konklusif tentang dampak negatif kelebihan vitamin K (Yuniastuti, 2008).




BAB III
METODE PERCOBAAN
III.1 Alat Dan Bahan
1.      Penentuan Adanya Vitamin A
Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini adalah tabung reaksi, pipet ukur, pipet tetes, dan sudip atau sendok.
Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah minyak ikan, asam asetat anhidrid, kloroform, asam trikloroasetat (TCA), dan Kristal SbCl.
2.      Penentuan Adanya Vitamin D
Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini adalah alat pemanas, tabung reaksi, pipet ukur, dan pipet tetes.
Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah minyak ikan, larutan HO 5%, kloroform, asam triklroasetat (TCA), asam asetat anhidrid, dan Kristal SbCl.
3.      Penentuan Adanya Vitamin B1
Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini adalah alat pemanas, tabung reaksi, dan pipet ukur atau pipet tetes.
Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah larutan thiamin 1%, larutan KI  5%, larutan Bismuth Nitrat, Bi(NO), larutan Pb-asetat 10%, dan larutan NaOH 6 N.
4.      Penentuan Adanya Vitamin B6
Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini adalah tabung reaksi dan pipet tetes.
Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah larutan pirodoksin-HCl 1%, larutan CuSO 2%, larutan NaOH 3 N, dan larutan besi (III) klorida, FeCl 1%.


5.      Penentuan Adanya Vitamin C
Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini adalah kertas pH atau lakmus, alat pemanas, tabung reaksi, dan pipet tetes.
Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah larutan asam askorbat 1%, pereaksi benedict, larutan NaHCO 5%, dan larutan FeCl 1%.

III.2 Prosedur Kerja
1.      Penentuan Adanya Vitamin A
A. 1.  Ke dalam tabung reaksi, dimasukkan 10 tetes minyak ikan.
 2. Ditambahkan 15 tetes kloroform, kemudian dicampurkan dengan baik.
 3.  Ditambahkan 4 tetes asam asetat anhidrid.
 4.  Selanjutnya, dibubuhkan sepucuk sendok Kristal SbCl di dalamnya.
 5.   Diperhatikan warna yang terjadi.
        Terbentuknya warna biru yang akan berubah menjadi merah coklat berarti vitamin A positif.
  B. 1.  Ke dalam tabung reaksi, masukkan 10 tetes minyak ikan.
 2. Ditambahkan 2 mL pereaksi asam trikloroasetat dalam kloroform.
 3.   Dicampurkan dengan baik.
 4.   Diamati warna yang terjadi.
    Timbulnya warna biru-kehijauan menandakan vitamin A positif.
2.   Penentuan Adanya Vitamin D                  
1.      Di dalam tabung reaksi, dimasukkan 10 tetes minyak ikan.
2.      Ditambahkan 10 tetes larutan HO 5%.
3.      Dikocok campuran selama kira-kira 1 menit.
4.      Kemudian, dipanaskan di atas api kecil perlahan-lahan sampai tidak ada gelembung-gelembung gas keluar. Diusahakan jangan sampai mendidih.
5.      Didinginkan tabung di bawah air kran
6.      Selanjutnya, dilakukan uji dengan pereaksi Carr-Price seperti penentuan adanya vitamin A.
7.      Diamati perubahan warna yang terjadi. Adanya warna jingga-kuning berarti vitamin D positif.

3.   Penentuan Adanya Vitamin B1
A.  1. Dimasukkan 1 mL larutan thiamin 1% didalam tabung reaksi.
2.  Ditambahkan 1 mL larutan Pb-asetat 10% dan 4,5 ml NaOH 6N.
3.   Dicampurkan dengan baik, kemudian diperhatikan timbulnya warna kuning yang terjadi.
4.   Selanjutnya dipanaskan, sehingga akan timbul endapan warna coklat-hitam yang menandakan vitamin B1 positif.
B.  1.  Di dalam tabung reaksi, dimasukkan 5 tetes larutan thiamin 1%.
2. Ditambahkan  5 tetes larutan Bismuth Nitrat. Dicampurkan  dengan baik.
3.  Kemudian, ditambahkan pula 1 tetes larutan KI 5%.
4. Diperhatikan perubahan warna yang terjadi. Timbulnya warna endapan merah jingga berarti vitamin B1 positif.
4.   Penetuan Adanya Vitamin B6
A. 1. Dimasukkan 10 tetes larutan pirodoksin 1% di dalam tabung reaksi.
2.  Ditambahkan 4 tetes larutan CuSO 2% dan 10 tetes NaOH 3N.
3.  Diamati perubahan warna yang terjadi. Bila terbentuk warna biru-ungu berarti vitamin B6 positif.


B. 1. Dimasukkan 10 tetes larutan pirodoksin 1% di dalam tabung reaksi.
2. Ditambahkan 3-5 tetes larutan FeCl.
3. Diamati perubahan warna yang terjadi. Timbulnya warna jingga sampai merah tua berarti vitamin B6 positif.
5.   Penentuan Adanya Vitamin C
A.  1. Dimasukkan di dalam tabung reaksi 10 tetes larutan asam askorbat 1%.
2.  Ditambahkan 30 tetes pereaksi benedict.
3.  Dipanaskan di atas api kecil sampai mendidih selama 2 menit.
             4. Perhatikan adanya endapan yang terbentuk. Warna hijau-kekuningan sampai merah bata menandakan vitamin C positif.

B.  1. Dimasukkan 10 tetes larutan asam askorbat 1% di dalam tabung reaksi.
2.  Kemudian, dinetralkan larutan (Ph=7) menggunakan NaHCO 5%.
3.  Ditambahkan 2 tetes larutan FeCl.
4.  Diamati warna yang terjadi. Adanya warna merah-ungu berarti         vitamin C positif. 












BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. 1. Hasil Pengamatan
IV.1.1 Tabel Hasil Pengamatan
1.      Penentuan Adanya Vitamin A
Bahan
Prosedur A
Prosedur B
Minyak Ikan
10 tetes
10 tetes
Kloroform
15 tetes
-
Asam Asetat Anhidrid
4 tetes
-
SbCl3 Kristal
3 tetes
-
TCA dalam Kloroform
-
2 mL
Dicampur dengan baik
Hasil: perhatikan warna yang terbentuk
Biru menjadi warna coklat pekat

Biru-kehijauan

2.      Penentuan Adanya Vitamin D
Bahan
Tabung I
Minyak Ikan
10 tetes
Larutan H2O2 5%
10 tetes
Dipanaskan tidak sampai mendidih, lalu diuji dengan pereaksi Carr-Price
Hasil :
warna jingga-kuning (-/+)
(+) Terbentuk warna kuning

3.      Penentuan Adanya Vitamin B1
Bahan
Prosedur A
Prosedur B
Larutan Thiamin 1%
1 mL
5 tetes
Larutan Pb-Asetat 10%
1 mL
-
Larutan NaOH 6N
4,5 ml
-
Larutan Bi(NO3)3
-
5 tetes
Larutan KI 5%
-
1 tetes
Dicampur dengan baik dan dipanaskan untuk prosedur A
Hasil : perhatikan warna endapan yang terbentuk
(+) endapan warna  coklat
(+) endapan merah jingga

4.      Penentuan Adanya Vitamin B6
Bahan
Prosedur A
Prosedur B
Larutan pirodoksin 1%
5 tetes
5 tetes
Larutan CuSO4 2 %
2 tetes
-
Larutan FeCl3 1%
10 tetes
-
Larutan NaOH 3 N
-
2-3 tetes
Hasil: perhatikan warna endapan yang terbentuk
berwarna biru
berwarna merah jingga






5.      Penentuan Adanya Vitamin C
Bahan
Prosedur A
Prosedur B
Larutan asam askorbat 1%
10 tetes
10 tetes
Pereaksi Benedict
30 tetes
-
pH larutan
-
8
Larutan FeCl3 1%
-
 2-3 tetes
Hasil : perhatikan warna endapan yang terbentuk
(+) berwarna endapan merah bata
(-) berwarna coklat (tidak ada endapan)


IV.2 Pembahasan
1. Penentuan Adanya Vitamin A
        Pada percobaan kami penentuan adanya vitamin A, dimasukkan ke dalam tabung reaksi minyak ikan, kloroform, asam asetat anhidrid, SbCl3 kristal lalu dicampur dengan baik. Kemudian terbentuk larutan berwarna biru dan  berubah menjadi merah coklat. Dan menandakan adanya vitamin A positif dalam minyak ikan. Intensitas warna biru sebanding dengan banyaknya vitamin A yang terkandung dalam suatu bahan.
2. Penentuan Adanya Vitamin D
              Pada percobaan kami penentuan adanya vitamin D, digunakan bahan minyak ikan dan larutan H2O2 kemudian dipanaskan dan diuji dengan pereaksi Carr-Price. Pada percobaan ini hasil yang diperoleh adalah warna kuning yang menunjukan vitamin D positif. Vitamin D ini umumnya stabil pada pemanasan, asam dan oksigen. Vitamin  D secara lambat dapat didestruksi bila lingkungannya alkalis, terutama bila terdapat udara dan cahaya. Pemanasan dengan hidrogen peroksida  tidak merusak vitamin D.

3. Penentuan Adanya Vitamin B1
      Pada percobaan kami penentuan adanya vitamin B1, pada prosedur A dimasukkan ke dalam tabung reaksi tiamin, Pb-asetat, NaOH yang dicampur dengan baik dan dipanaskan. Setelah dipanaskan terbentuk endapan berwarna coklat. Warna coklat ini menandakan adanya vitamin B1. Pada prosedur B, dimasukkan ke dalam tabung reaksi larutan thiamin, Bismuth nitrat lalu dicampur dengan baik, kemudian ditambahkan larutan KI. Setelah diamati, terbentuk endapan berwarna merah jingga. Endapan merah jingga ini membuktikan adanya vitamin B1.
4. Penentuan Adanya Vitamin B6                                                                            
        Pada percobaan kami penentuan adanya vitamin B6, pada prosedur A ke dalam tabung reaksi dimasukkan larutan pirodoksin, larutan CuSO4 dan NaOH. Setelah diamati, terjadi perubahan warna menjadi warna biru. Warna biru ini menandakan adanya vitamin B6. Pada prosedur B, ke dalam tabung reaksi dimasukkan pirodoksin, dan FeCl3. Setelah diamati, terjadi perubahan warna menjadi warna merah jingga. Warna merah jingga ini menandakan adanya vitamin B6.
5. Penentuan Adanya Vitamin C
           Pada percobaan kami penentuan adanya vitamin C, pada prosedur A ke dalam tabung reaksi dimasukkan larutan asam askorbat, ditambahkan pereaksi Benedict lalu dipanaskan. Setelah dipanaskan, terbentuk endapan merah bata. Terbentuknya endapan merah bata ini menunjukkan adanya vitamin C. Pada prosedur B, ke dalam tabung reaksi dimasukkan asam askorbat kemudian dinetralkan dengan menggunakan NaHCO3, lalu ditambahkan FeCl3. Setelah diamati, larutan berwarna coklat. Larutan yang berwarna coklat ini menandakan tidak adanya vitamin C, karena menurut teori adanya vitamin C dapat dibuktikan dengan larutan yang berwarna merah-ungu.



BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari percobaan ini :
1.      Terdapat vitamin A positif ditandai dengan terbentuknya warna merah coklat setelah minyak ikan diuji dengan kloroform, asam asetat anhidrid, dan SbCl3.
2.      Vitamin D positif ditandai dengan terbentuknya warna jingga-kuning setelah diuji dengan menggunakan metode Carr-Price.
3.      Terdapat vitamin B1 positif ditandai dengan terbentuknya endapan berwarna coklat pada prosedur A dan endapan merah jingga pada prosedur B
4.      Terdapat vitamin B6 ditandai dengan terbentuknya warna biru pada prosedur A dan warna merah jingga pada prosedur B
5.      Terdapat vitamin C positif  ditandai dengan terbentukmya endapan merah bata dengan menggunakan pereaksi benedict. Namun pada prosedur B tidak terdapat vitamin C ditandai dengan tidak terbentuknya endapan merah bata.

V.2  Saran
1. Laboratorium
          Sebaiknya alat dan bahan untuk percobaan lebih dilengkapi agar paraktikum dapat berjalan lebih efektif.
2. Praktikum
          Sebaiknya praktikan lebih berhati-hati dalam melakukan praktikum terutama dalam menggunakan alat-alat praktikum dan zat-zat kimia berbahaya.


DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Terhubung berkala (http://id.wikipedia.org/wiki/Vitamin) diakses tanggal 16 Juni 2013
Anonim. 2011. Terhubung berkala (http://organisasi.org/pengertian _dan_definisi_vitamin_fungsi_guna_sumber_ akibat_kekurangan_macam _dan _jenis_vitamin) diakses 16 Juni 2013
Marzuki, Ismail dan Amirullah. 2009. Biokimia Edisi I. Makassar : Pustaka As Salam
Poedjiadi, Anna. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta : Universitas Indonesia.
Saifuddin, Sirajuddin. 2011. Penuntun Praktikum Biokimia. Makassar : Universitas Hasanuddin.
Vitahealth. 2006. Seluk-beluk Food Suplement. Jakarta : Gramedia
Yuniastuti, Ari. 2008. Gizi dan Kesehatan. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar