Rabu, 14 Januari 2015

GANGGUAN CEMAS MENYELURUH

A.    Pengertian Gangguan Cemas Menyeluruh
Cemas dapat dikonseptualisasikan sebagai suatu hal yang normal dan respon adaptasi  terhadap ancaman yang mempersiapkan individu tersebut untuk “flight or fight”. Seseorang yang cemas terhadap segala sesuatu dapat dikatakan mengalami gangguan cemas menyeluruh.
Gangguan cemas menyeluruh (Generalized Anxiety Disorder, GAD) merupakan kondisi gangguan yang ditandai dengan kecemasan dan kekhawatiran yang berlebihan dan tidak rasional bahkan terkadang tidak realistik terhadap berbagai peristiwa kehidupan sehari-hari.Kondisi ini dialami hampir sepanjang hari, berlangsung sekurang-kurangnya selama 6 bulan. Kecemasan yang dirasakan sulit untuk dikendalikan dan berhubungan dengan gejala-gejala somatik seperti ketegangan otot, iritabilitas, kesulitan tidur, dan kegelisahan sehingga menyebabkan penderitaan yang jelas dan gangguan yang bermakna dalam fungsi sosial dan pekerjaan (Sadock,1997).
GAD ditandai dengan kecemasan yang berlebihan dan khawatir yang berlebihan tentang peristiwa-peristiwa kehidupan sehari-harinya tanpa alasan yang jelas untuk khawatir. Kecemasan ini tidak dapat dikontrol sehingga dapat menyebabkan timbulnya stres dan mengganggu aktivitas sehari-hari, pekerjaan dan kehidupan sosial (Sadock,1997).

B.     Etiologi Gangguan Cemas Menyeluruh
Penyebab gangguan cemas menyeluruh ini belum diketahui secara pasti.Hanya saja disebutkan bahwa faktor biologi dan psikologi memiliki peran terhadap terjadinya gangguan cemas menyeluruh.
1.         Faktor Biologi
Efikasi terapi obat benzodiazepin dan azaspiron (buspiron) terfokus pada sistem neurotransmitter GABA dan serotonin.Benzodiazepin diketahui dapat mengurangi kecemasan, sebaliknya flumazenil (reseptor antagonis benzodiazepin) dapat memicu kecemasan.Walaupun tudak ada data yang mebuktikan bahwa reseptor benzodiazepin pada pasien gangguan cemas menyeluruh adalah abnormal, beberapa peneliti mengatakan bahwa konsentrasi reseptor benzodiazepin tertinggi terdapat pada lobus occipitalis. Area otak lain yang dicurigai berperan dalam terjadinya gangguan cemas menyeluruh adalah basal ganglia, sistem limbik, dan korteks lobus frontalis.
Dikarenakan buspiron merupakan agonis terhadap reseptor serotonin, sehingga ada hipotesis yang menyebutkan bahwa terjadi gangguan regulasi dari sistem serotonergik pada pasien dengan gangguan cemas menyeluruh.
Neurotransmitter lain yang masih menjadi subjek penelitian pada gangguan cemas menyeluruh adalah norepinephrine, glutamat, dan sistem kolesistokinin.
Suatu studi dengan pemeriksaan Positron Emission Tomography melaporkan bahwa laju metabolik pada basal ganglia dan white matter pada pasien gangguan cemas menyeluruh lebih rendah dibanding pada orang normal.
2.         Faktor Psikososial
Faktor psikososial yang mengarah pada perkembangan gangguan cemas menyeluruh adalah cognitive-behaviour dan psikoanalitik.Berdasarkan pada cognitive-behaviour, pasien dengan gangguan cemas menyeluruh merespon suatu ancaman secara kurang tepat dan benar. Ketidaktepatan ini dihasilkan dari perhatian yang selektif terhadap suatu hal negatif di lingkungannya dengan cara mendistorsi pemrosesan informasi dan dengan cara memandang terlalu negatif terhadap kemampuan dirinya dalam hal mengatasi suatu masalah.
Hipotesis psikoanalitik menyebutkan bahwa kecemasan merupakan gejala dari konflik bawah sadar yang tidak terselesaikan.

C.    Gejala dan Tanda Gangguan Cemas Menyeluruh
Gambaran umum penyakit ini adalah kekhawatiran yang tidak sebanding dengan stressor yang sesungguhnya dalam kehidupan.Gangguan cemas sendiri dibagi menjadi 2 yaitu gangguan anxietas kontinyu dengan episodik.Gangguan cemas menyeluruh adalah bentuk dari kecemasan kontinyu.
Gejala yang terjadi harus menunjukkan kecemasan sebagai gejala primer yang berlangsung hampir setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa bulan,adapun keluhan lain meliputi kecemasan misalnya khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di ujung tanduk, sulit konsentrasi. Selain itu terdapat pula ketegangan motorik, misalnya gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat santai. Overaktivitas otonomik juga ditemukan misalnya adanya kepala terasa ringan, berkeringat, jantung berdebar-debar, sesak nafas, keluhan lambung, pusing, mulut kering.
Gejala gangguan cemas menyeluruh ada yang mengelompokan nya menjadi sindroma anxietas, dimana adanya perasaan cemas atau khawatir yang tidak realistik terhadap 2 hal atau lebih yang dipersepsikan sebagai ancaman sehingga tidak mampu istirahat. Selain itu, ada paling sedikit 6 dari 18 gejala-gejala berikut:
-          ketegangan motorik misalnya:
1. Kedutan otot atau rasa gemetar
2.Otot tegang/kaku/ pegal linu
3. Tidak bisa diam
4. Mudah lelah
-          hiperaktivitas otonomik misalnya :
5. Nafas pendek/ terasa berat
6. Jantung berdebar-debar
7. Telapak tangan basah
8. Mulut kering
9. Kepala pusing/ melayang
10. Mual, mencret, perut tidak enak
11. Muka panas/badan menggigil
12. Buang air kecil lebih sering
13. Sukar menelan/ rasa tersumbat
-          kewaspadaan berlebihan dan penangkapan berkurang:
14. Perasaan jadi peka/ mudah ngilu
15. Mudah kaget/terkejut
16. Sulit konsentrasi
17. Sukar tidur
18. Mudah tersinggung
Hendaya dalam fungsi kehidupan sehari-hari, bermanifestasi dalam gejala penurunan kemampuan bekerja, hubungan sosial dan melakukan kegiatan rutin.
Pada anak-anak sering terlihat adanya kebutuhan berlebihan untuk ditenangkan (reassurance) serta keluhan somatic berulang yang menonjol.

D.    Diagnosis Gangguan Cemas Menyeluruh
Gangguan cemas menyeluruh, menurut DSM-IV-TR, ditandai dengan pola yang sering, kekhawatiran terus-menerus dan kegelisahan yang tidak sesuai dengan dampak dari peristiwa atau keadaan yang merupakan fokus dari rasa khawatir.Perbedaan antara gangguan cemas menyeluruh dan kecemasan yang normal ditekankandalam kriteria yang menggunakan kata-kata yang berlebihan dan sulit dikendalikan; dan gejala yang menyebabkan penurunan yang signifikan.
a.         Kecemasan yang berlebihan dan khawatir dapat terjadi harian atau minimal selama minimal 6 bulan, atau pada beberapa acara atau kegiatan (seperti pekerjaan atau saat aktivitas sekolah).
b.         Orang yang mengalami kesulitan untuk mengontrol rasa khawatir.
c.         Kecemasan dan kekhawatiran berkaitan dengan tiga (atau lebih) dari enam gejala berikut (dengan setidaknya beberapa gejala ada selama 6 bulan terakhir).
Catatan: Hanya satu gejala saja yang diperlukan pada anak.
1)        Kegelisahan atau perasaan tegang saat mendekati hari yang ditentukan.
2)        Menjadi mudah lelah
3)        Sulit berkonsentrasi atau pikiran akan kosong
4)        Mudah marah
5)        Ketegangan otot
6)        Gangguan tidur (kesulitan untuk memulai tidur, atau tidur tidak nyenyak)
d.        Fokus dari kecemasan dan kekhawatiran tidak terbatas pada isi daripada gangguan Axis I, misalnya, kecemasan atau kekhawatiran yang bukan tentang serangan panik (seperti pada gangguan panik), menjadi malu bila muncul di depan umum (seperti dalam fobia sosial),  berada jauh dari rumah atau kerabat dekat (seperti pada gangguan kecemasan perpisahan), kenaikan berat badan (seperti dalam anoreksia nervosa), memiliki beberapa keluhan fisik (seperti pada gangguan somatisasi), atau memiliki penyakit yang serius (seperti dalam hypochondriasis), dan kecemasan dan kekhawatiran tidak terjadi secara eksklusif selama gangguan stres pasca trauma.
e.         Kecemasan, khawatir, atau gejala fisik menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam social atau pekerjaan.
f.          Gangguan itu bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya, penyalahgunaan obat, pengobatan) atau kondisi medis umum (misalnya hipertiroidisme) dan tidak terjadi secara khusus selama gangguan mood, gangguan psikotik, atau pervasive developmental disorder.

Berdasarkan PPDGJ III, pedoman diagnosis untuk gangguan cemas menyeluruh (F41.1) adalah:
o   penderita harus menunjukkan anxietas sebagai gejala primer yang berlangsung hampir setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa bulan, yang tidak terbatas atau hanya menonjol pada keadaan situasi khusus tertentu saja (sifatnya “free floating” atau mengambang)
o   gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur sebagai berikut:
·         kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di ujung tanduk, sulit konsentrasi, dsb)
·         ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat santai); dan
·         overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung berdebar-debar, sesak napas, keluhan lambung, pusing kepala, mulut kering, dsb)
o   pada anak-anak sering terlihat adanya kebutuhan berlebihan untuk ditenangkan serta keluhan-keluhan somatik berulang yang menonjol.
o   adanya gejala-gejala lain yang sifatnya sementara (untuk beberapa hari), khususnya depresi, tidak membatalkan diagnosis utama gangguan anxietas menyeluruh, selama hal tersebut tidak memenuhi kriteria lengkap dari episode depresif, gangguan anxietas fobik, gangguan panik, atau gangguan obsesif-kompulsif.

E.     Prognosis
Baik tidaknya prognosis pada gangguan cemas menyeluruh tergantung pada tingkat keparahan dari kondisi yang terjadi.Tanpa terapi, gangguan cemas menyeluruh bisa terus berlanjut dan terus muncul dalam kehidupan pasien.Prognosis semakin buruk pada orang yang memiliki lebih dari satu jenis gangguan kecemasan. Terlebih, pada pasien dengan gangguan cemas menyeluruh ini  biasanya lebih sering atau punya kecenderungan untuk menjadi perokok berat, minum alcohol, dan menggunakan obat-obat tertentu dibandingkan orang  normal yang tidak menderita gangguan. Masing-masing dari hal tersebut di atas membuat gejala cemas menjadi lebih mudah muncul dalam jangka waktu yang pendek. Serta adiksi pada nikotin, alkohol, dan obat-obatan akan memperburuk keadaan jangka panjang dan secara signifikan memengaruhi kondisi kesehatan secara umum. Akan tetapi, sebagian besar pasien menunjukkan perbaikan dengan  kombinasi terapi medikasi dan terapi kognitif perilaku (cognitive behavioural therapy). Statistik menunjukkan dengan terapi yang adekuat,  sekitar 50% pasien membaik keadannya dalam 3 minggu semenjak terapi dimulai.

F.     Penatalaksanaan Gangguan Cemas Menyeluruh
1.      Psikoterapi
a.       Psikodinamik (Insight), ditujukan untuk mengungkap konflik masa lalu yang mendasari dan merupakan sumber kecemasan yang sebenarnya
b.      CBT (Cognitive-Behavioral Therapy), dengan cognitive restructuring, yaitu mengidentifikasi pikiran-pikiran yang berhubungan dengan kecemasan lalu menggantinya dengan respon ‘coping’yang lebih positif
c.       Relaxation Training, latihan untuk menurunkan bangkitan fisiologik yang berlebihan
d.      Suportif
2.      Somatoterapi
a.      Ansiolitik Benzodiazepin,
·         Ansiolitik yang paling sering digunakan
·         Tidak mengurangi kekhawatiran, namun mengatasi kecemasan dengan menurunkan kewaspadaan dan dengan menghilagkan gejala somatik seperti ketegangan otot
·         Semua benzodiazepin memiliki efikasi yang sama, menyebabkan sedasi, gangguan kosentrasi, dan amnesia anterograde. Spektrum klinis benzodiazepin meliputi:
o    Ansiolitik
o    Antikonvulsan
o    Antiinsomnia
o    Premedikasi bedah
·         Beberapa contoh benzodiazepin:
a)      Diazepam dan Chlordiazepoxide, merupakan benzodiazepin broadspectrum
b)      Nitrazepam dan Flurazepam, lebih efektif sebagai antiinsomnia karena dosis antiinsomnia berdekatan dengan dosis anticemas
c)      Midazolam, onset cepat dan kerja singkat, cocok untuk premedikasi bedah
d)     Bromazepam, Lorazepam, dan Clobazam, lebih efektif sebagai anticemas karena dosis antiinsomnia dan anticemas yang berjauhan
e)      Clobazam, efek samping terhadap performa psikomotor paling kecil, cocok untuk pasien dewasa atau pasien lansia yang ingin aktif
f)       Lorazepam, benzodiazepin dengan waktu paruh pendek dan tidak ada akumulasi obat yang signifikan pada dosis terapi, cocok untuk pasien dengan kelainan fungsi hati dan ginjal
g)      Alprazolam, efektif untuk ansietas antisipatorik, memiliki onset cepat dan komponen anti depresi
b.      Ansiolitik Non Benzodiazepin
a)      Sulpiride, efektif untuk meredakan gejala somatik dari sindrom ansietas dan resiko ketergantungan paling kecil
b)      Buspirone, obat yang sering digunakan untuk pasien dengan kecemasan kronik, pasien yang relaps setelah terapi dengan benzodiazepin, dan pasien dengan riwayat penyalahgunaan zat. Tidak seperti benzodiazepin, buspirone lebih mengurangi kecemasan daripada gejala somatik pada Gangguan cemas menyelurh (Generalized Anxiety Disorder, GAD). Buspirone sama efektifnya dengan benzodiazepin untuk terapi pasien dengan GAD. Buspiron juga tidak menyebabkan ketergantungan dan toleransi. Namun perlu diinformasikan pada pasien bahwa, tidak seperti benzodiazepin yang dapat langsung menghilangkan gejala kecemasan, onset Buspirone perlu 2-3 minggu.
c.       Antidepresan Trisiklik, Imipramine, efektif dalam mengendalikan kecemasan pada GAD, namun belum diteliti efektivitasnya jika dibandingkan dengan Benzodiazepin atau Buspirone. Dapat juga digunakan alternatif Desmipramine atau Nortriptiline dengan efek samping antikolinergik dan antiadrenergik yang lebih ringan.
d.      Antidepresan Atipikal, Trazodone, untuk pasien yang tidak merespon pada agen yang lain, penggunaan dibatasi karena efek samping sedasi dan priapismus yang tinggi. Nefazodone dapat digunakan sebagai alternatif karena efek sampingnya lebih dapat ditoleransi
e.       Antidepresan Atipikal, Venlafaxine, memiliki efek anticemas dan antidepresi untuk pasien dengan GAM disertai Depresi Mayor






REFERENSI

Maslim,  R.  2003, Buku  Saku  Diagnosis  Gangguan  Jiwa  Rujukan  Ringkas dari  PPDGJ  III, Jakarta : PT Nuh Jaya, hal 74
Maslim,R. 2007, Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik.Jakarta : PT Nuh Jaya
RSUD Dr. Soetomo.2004, Pedoman Diagnosis dan Terapi Bag/SMF Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi III. Surabaya.
Sadock, Benjamin James; Sadock, Virginia Alcott. Generalized Anxiety Disorder in : Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry : Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 10th Edition. New York: Lippincott Williams & Wilkins: 2007. p. 623-7
Zieve , David. 2012. Generalized Anxiety Disorder[Online] Diakses tanggal 11 April 2012. Availabvle from :www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmedhealth/PMH0001915/


Tidak ada komentar:

Posting Komentar