BAB
I
PENDAHULUAN
Manusia adalah makhluk social. Ia hanya dapat
hidup berkembang dan berperan sebagai manusia dengan berhubungan dan bekerja
sama dengan manusia lain. Salah satu cara terpenting untuk berhubungan dan
bekerja sama dengan manusia adalah komunikasi.
Komunikasi
merupakan salah satu aspek terpenting dan kompleks bagi kehidupan manusia.
Manusia sangat dipengaruhi oleh komunikasi yang dilakukannya dengan manusia
lain, baik yang sudah dikenal maupun yang tidak dikenal sama sekali. Komunikasi
memiliki peran yang sangat vital bagi kehidupan manusia, karena itu kita harus
memberikan perhatian yang seksama terhadap komunikasi.
Setiap orang selalu berupaya memahami setiap
peristiwa yang dialaminya. Orang memberikan makna terhadap apa yang terjadi di
dalam dirinya sendiri atau lingkungan sekitarnya. Terkadang makna yang
diberikan itu sangat jelas dan mudah dipahami orang lain, namun terkadang makna
itu buram, tidak dapat dipahami dan bahkan bertentangan dengan makna
sebelumnya. Dengan memahami komunikasi maka orang dapat menafsirkan peristiwa
secara lebih fleksibel dan bermanfaat.
Jika anda ditanya, apakah komunikasi itu? Apa
yang terjadi jika sejumlah orang bertemu dan berinteraksi? Ketika anda mencoba
menjawab kedua pertanyaan itu, maka sebenarnya anda tengah menyusun sebuah
komunikasi. Kedua pertanyaan itu tampak mudah, bahkan orang awam yang bukan ahli
pun dapat memberikan jawaban menurut sudut pandangnya.
Walaupun orang telah mempelajari komunikasi
sejak zaman purbakala, namun perhatian terhadap pentingnya komunikasi baru
muncul belakangan, yaitu pada awal abad ke-20. Barnett Pearce (1989)
menyebutkan, munculnya peran komunikasi sebagai penemuan revolusioner (revolutionary
discovery) yang sebagian besar disebabkan oleh penemuan teknologi
komunikasi, seperti radio, televisi, telepon, handphone, satelit, dan jaringan
computer. Lalu apa itu komunikasi? Komunikasi adalah proses social di
mana individu-individu menggunakan symbol-simbol untuk menciptakan dan
menginterpretasikan makna dalam lingkungan mereka. Komunikasi tak lain
adalah proses take and give berbagai makna diantara dua person.
A.
LATAR BELAKANG
Akhir-akhir ini penulis menemukan
beberapa hasil dari penelitian lapangan yang dilakukan secara langsung di
lingkungan masyarakat sekitar tempat penulis tinggal yang terkait dengan
masalah komunikasi yang dilakukan oleh manusia dalam bentuk verbal dan non
verbal. Ketika seseorang berkomunikasi, tentunya salah satu hal yang paling
diperhatikan ialah apa yang disampaikan oleh seorang komunikator terhadap
komunikan, atau dengan kata lain tentang materi atau hal apa saja yang menjadi
bahan pembicaraan yang mereka perbincangkan.
Salah satu yang ingin penulis teliti
ialah apa yang dimaksud dengan komunikasi verbal dan nonverbal, perbedaannya,
dan fungsinya.
B.
RUMUSAN
MASALAH
1. Apa
yang dimaksud dengan komunikasi nonverbal?
2. Bagaimana
Fungsinya?
BAB III
PEMBAHASAN
Pesan yang disampaikan oleh pengirim kepada penerima dapat dikemas secara
verbal dengan kata-kata atau nonverbal tanpa kata-kata. Komunikasi yang
pesannya dikemas secara verbal disebut komunikasi verbal, sedangkan
komunikasi yang pesannya dikemas secara nonverbal disebut komunikasi nonverbal.
Jadi, komunikasi verbal adalah penyampaian makna dengan menggunakan
kata-kata. Sedang komunikasi nonverbal tidak menggunakan kata-kata. Dalam
komunikasi sehari-hari 35% berupa komunikasi verbal dan 65% berupa komunikasi
nonverbal.
A.
Komunikasi
Non-Verbal
Komunikasi nonverbal adalah komunikasi
yang pesannya dikemas dalam bentuk nonverbal, tanpa kata-kata. Dalam hidup
nyata komunikasi nonverbal jauh lebih banyak dipakai daripada komuniasi verbal.
Dalam berkomunikasi hampir secara otomatis komunikasi nonverbal ikut terpakai.
Karena itu, komunikasi nonverbal bersifat tetap dan selalu ada. Komunikasi
nonverbal lebih jujur mengungkapkan hal yang mau diungkapkan karena spontan.
Menurut Julia T.
Wood Komunikasi nonverbal adalah semua aspek komunikasi selain kata-kata
sendiri. Ini mencakup bagaimana kita mengucapkan kata-kata
(infleksi, volume), fitur, lingkungan yang mempengaruhi interaksi (suhu,
pencahayaan), dan benda-benda yang mempengaruhi citra pribadi dan pola
interaksi (pakaian, perhiasan, mebel).
Komunikasi non verbal dapat berupa
bahasa tubuh, tanda (sign), tindakan/perbuatan (action) atau objek (object).
Bahasa Tubuh. Bahasa
tubuh yang berupa raut wajah, gerak kepala, gerak tangan,, gerak-gerik tubuh
mengungkapkan berbagai perasaan, isi hati, isi pikiran, kehendak, dan sikap
orang.
Tanda. Dalam
komunikasi nonverbal tanda mengganti kata-kata, misalnya, bendera, rambu-rambu
lalu lintas darat, laut, udara; aba-aba dalam olahraga.
Tindakan/perbuatan. Ini
sebenarnya tidak khusus dimaksudkan mengganti kata-kata, tetapi dapat
menghantarkan makna. Misalnya, menggebrak meja dalam pembicaraan, menutup pintu
keras-keras pada waktu meninggalkan rumah, menekan gas mobil kuat-kuat. Semua
itu mengandung makna tersendiri.
Objek. Objek
sebagai bentuk komunikasi nonverbal juga tidak mengganti kata, tetapi dapat
menyampaikan arti tertentu. Misalnya, pakaian, aksesori dandan, rumah, perabot
rumah, harta benda, kendaraan, hadiah. Hal menarik dari komunikasi nonverbal
ialah studi Albert Mahrabian (1971) yang menyimpulkan bahwa tingkat kepercayaan
dari pembicaraan orang hanya 7% berasal dari bahasa verbal, 38% dari vocal
suara, dan 55% dari ekspresi muka. Ia juga menambahkan bahwa jika terjadi
pertentangan antara apa yang diucapkan seseorang dengan perbuatannya, orang
lain cenderung mempercayai hal-hal yang bersifat nonverbal.
Oleh sebab itu, Mark knapp (1978)
menyebut bahwa penggunaan kode nonverbal dalam berkomunikasi memiliki fungsi
untuk:
a.
Meyakinkan
apa yang diucapkannya (repetition)
b.
Menunjukkan
perasaan dan emosi yang tidak bisa diutarakan dengan kata-kata (substitution)
c.
Menunjukkan
jati diri sehingga orang lain bisa mengenalnya (identity)
d.
Menambah
atau melengkapi ucapan-ucapan yang dirasakan belum sempurna.
B.
Fungsi
Komunikasi Verbal dan Nonverbal
Meskipun komunikasi verbal dan nonverbal memiliki
perbedaan-perbedaan, namun keduanya dibutuhkan untuk berlangsungnya tindak
komunikasi yang efektif. Fungsi dari lambang-lambang verbal maupun nonverbal
adalah untuk memproduksi makna yang komunikatif.
Secara historis, kode nonverbal sebagai suatu multi
saluran akan mengubah pesan verbal melalui enam fungsi: pengulangan
(repetition), berlawanan (contradiction), pengganti (substitution), pengaturan
(regulation), penekanan (accentuation) dan pelengkap (complementation). Dalam
tahun 1965, Paul Ekman
menjelaskan bahwa pesan nonverbal akan mengulang atau meneguhkan pesan verbal.
Misalnya dalam suatu lelang, kita mengacungkan satu jari untuk menunjukkan
jumlah tawaran yang kita minta, sementara secara verbal kila mengatakan
"satu'.
Pesan-pesan nonverbal juga berfungsi untuk
mengkontradiksikan atau menegaskan pesan verbal seperti dalam sarkasme atau
sindirian-sindiran tajam. Kadang-kadang, komunikasi nonverbal mengganti pesan
verbal. Misalnya, kita tidak perlu secara verbal menyatakan kata
"menang", namun cukup hanya mengacungkan dua jari kita membentuk
huruf `V' (victory) yang bermakna kemenangan.
Fungsi lain dari komunikasi nonverbal adalah mengatur
pesan verbal. Pesan-pesan nonverbal berfungsi untuk mengendalikan sebuah
interaksi dalam suatu cara yang sesuai dan halus, seperti misalnya anggukan
kepala selama percakapan berlangsung. Selain itu, komunikasi nonverbal juga
memberi penekanan kepada pesan verbal, seperti mengacungkan kepalan tangan. Dan
akhirnya fungsi komunikasi nonverbal adalah pelengkap pesan verbal dengan
mengubah pesan verbal, seperti tersenyum untuk menunjukkan rasa bahagia kita.
Pemikiran yang sama juga
diungkapkan oleh Samovar (Ilya Sunarwinadi, Komunikasi Antar
Budaya), bahwa dalam suatu peristiwa komunikasi, perilaku nonverbal digunakan
secara bersama-sama dengan Bahasa verbal:
a. Perilaku nonverbal memberi aksen atau penekanan pada
pesan verbal.Misalnya menyatakan terima kasih dengan tersenyum.
b. Perilaku nonverbal sebagai pengulangan dari bahasa
verbal. Misalnya menyatakan arah tempat dengan menjelaskan "Perpustakaan
Universitas Terbuka terletak di belakang gedung ini", kemudian mengulang
pesan yang sama dengan menunjuk arahnya.
c. Tindak komunikasi nonverbal melengkapi pernyataan verbal,
misalnya mengatakan maaf pada teman karena tidak dapat meminjamkan uang; dan
agar lebih percaya, pernyataan itu ditambah lagi dengan ekspresi muka
sungguh-sungguh atau memperlihatkan saku atau dompet yang kosong.
d. Perilaku nonverbal sebagai pengganti dari komunikasi
verbal. misalnya menyatakan rasa haru tidak dengan kata-kata, melainkan dengan
mata yang berlinang-linang.
Dalam
perkembangannya sekarang ini, fungsi komunikasi nonverbal dipandang sebagai
pesan-pesan yang holistik, lebih dari pada sebagai sebuah fungsi pemrosesan
informasi yang sederhana. Fungsi-fungsi holistik mencakup identifikasi,
pembentukan dan manajemen kesan, muslihat, emosi dan struktur percakapan.
Karenanya, komunikasi nonverbal terutama berfungsi mengendalikan (controlling),
dalam arti kita berusaha supaya orang lain dapat melakukan apa yang kita
perintahkan. Hickson dan Stacks menegaskan bahwa fungsi-fungsi holistik
tersebut dapat diturunkan dalam 8 fungsi, yaitu pengendalian terhadap percakapan,
kontrol terhadap perilaku orang lain, ketertarikan atau kesenangan, penolakan
atau ketidaksenangan, peragaan informasi kognitif, peragaan informasi afektif,
penipuan diri (self-deception) dan muslihat terhadap orang lain.
Komunikasi
nonverbal digunakan untuk memastikan bahwa makna yang sebenarnya dari
pesan-pesan verbal dapat dimengerti atau bahkan tidak dapat dipahami. Keduanya,
komunikasi verbal dan nonverbal, kurang dapat beroperasi secara terpisah, satu
sama lain saling membutuhkan guna mencapai komunikasi yang efektif.
BAB III
KESIMPULAN
komunikasi nonverbal adalah komunikasi
yang pesannya dikemas dalam bentuk nonverbal, tanpa kata-kata, lebih ke
ekspresi. Dalam komunikasi nonverbal terdapat beberapa unsur penting, yaitu:
bahasa tubuh, tanda (sign), tindakan/perbuatan (action) atau objek (object).
DAFTAR
PUSTAKA
Ahmad
Al-‘Aththar, Muhammad. 2012. The Magic of Communication. Jakarta; Zaman
Cangara, Hafied. 2007. Pengantar Ilmu
Komunikasi. Jakarta; Raja Grafindo Persada
M. Hardjana, Agus. 2003. Komunikasi Intra
Personal dan Interpersonal. Yogyakarta; Kanisius
T. Wood, Julia. 2009. Communication in Our
Lives. Boston; Wadsworth Cengage Learning
Tidak ada komentar:
Posting Komentar