Kamis, 08 Januari 2015

SISTEM SIRKULASI MANUSIA

SISTEM SIRKULASI  MANUSIA



Sistem sirkulasi pada manusia berupa sistem peredaran darah dan sistem limfatik (peredaran getah bening).

Sistem Peredaran Darah
Sistem peredaran darah manusia berupa sistem peredaran darah tertutup dan peredaran darah ganda. Sistem peredaran darah berperan untuk mensuplai oksigen (O2) dan sari makanan yang diabsorpsi dari sistem pencernaan keseluruh tubuh, membawa gas sisa berupa karbon dioksida (CO2) ke paru-paru, mengembalikan sisa metabolisme ke ginjal untuk disekresikan, menjaga suhu tubuh, dan mendistribusikan hormon-hormon untuk mengatur fungsi sel-sel tubuh.
Sistem peredaran darah manusia sama seperti vertebrata lainnya, yaitu melibatkan darah, jantung, dan pembuluh darah. Untuk lebih rinci, maka kita akan membahas satu persatu bagian yang terlibat di dalam sistem peredaran darah manusia.
Darah. Darah merupakan unit fungsional seluler pada manusia yang berperan untuk membantu proses fisiologis. Darah terdiri dari dua komponen, yaitu plasma darah dan sel-sel darah (Gambar 5.15). Banyaknya volume darah yang beradar di dalam tubuh manusia dari berat badan atau sekitar 5600 cc pada orang yang bobot tubuhnya 70 kg. Dari 5600 cc darah tersebut sekitar 55% adalah plasma darah dan sekitar 45% adalah sel-sel darah.
Gambar 5.15  Sel-sel darah

Secara umum fungsi darah adalah (1) mengangkut zat makanan dan oksigen ke seluruh tubuh dan mengangkut sisa-sisa metabolisme ke organ yang berfungsi untuk pembuangan ; (2) mempertahankan tubuh dari serangan bibit penyakit ; (3) mengedarkan hormon-hormon untuk membantu proses fisiologis ; (4) menjaga stabilitas suhu tubuh dan (5) menjaga kesetimbangan asam basa jaringan tubuh untuk menghindari kerusakan.
Plasma darah. Plasma darah adalah bagian yang cair. Komponen terbesar plasma darah terlarut molekul-molekul dan berbagai ion, yang meliputi glukosa sebagai sumber utama energi untuk sel-sel tubuh dan asam-asam amino. Ion-ion yang banyak terdapat dalam plasma darah adalah natrium  (Na+) dan klor (Cl-). Ion-ion dan molekul tersebut akan diedarkan ke seluruh tubuh atau berfungsi untuk membantu peredaran zat-zat lainnya. Kira-kira 7% plasma darah terdiri dari molekul-molekul protein, yaitu serum albumin 4%; serum globulin 2,7%; dan fibrinogen 0,3%. Serum adalah cairan darah yang tidak mengandung fibrinogen (komponen untuk proses pembekuan darah). Protein plasma juga berperan sebagai antibodi. Antibodi merupakan protein yang dapat mengenali dan mengikat antigen tertentu. Sedangkan antigen merupakan molekul (protein) asing yang memacu pembentukan antibodi Antibodi terbentuk jika ada antigen yang masuk ke dalam tubuh. Antibodi ini berasal dari globulin di dalam sel-sel plasma.
Antibodi bekerja melalui dua cara yang berbeda untuk mempertahankan tubuh terhadap penyebab penyakit, yaitu
(1)      dengan menyerang langsung penyebab penyakit tersebut, atau
(2)      dengan mengaktifkan system komplemen yang kemudian akan merusak penyebab penyakit penyakit tersebut.

Antibody dapat melemahkan penyebab penyakit dengan salah satu cara berikut.
1.    Aglutinasi, terbentuknya gumpalan-gumpalan yang terdiri dari struktur besar berupa antigen pada permukaanya, bakteri-bakteri, atau sel-sel darah merah.
2.    Presipitasi, terbentuknya molekul yang besar antara antigen yang larut, misalnya racun tetanus dengan antibodi sehingga berubah menjadi tidak larut dan akan mengendap.
3.    Netralisasi, antibodi yang bersifat antigenic akan menutupi tempat-tempat yang toksik dari agen penyebab penyakit.
4.    Lisis, beberapa antibodi yang bersifat antigenik yang sangat kuat kadang-kadang mampu langsung menyerang membrane sel agen penyebab penyakit sehingga menyebabkan sel tersebut rusak.

Sel-sel darah. Sel-sel darah dikelompokkan menjadi tiga kelompok, ayitu eritrosit, leukosit, dan trombosit.
Eritrosit(sel darah merah). Eritrosit normal akan berbentuk cakram bikonkaf berdiameter kira-kira 8 µm, dan tidak mempunyai nukleus (Gambar 5.16). bentuk eritrosit sebenarnya dapat berubah-ubah, seperti ketika sel-sel tersebut beredar melewati kapiler-kapiler. Jadi, sesungguhnya eritrosit itu dapat dianggap sebagai kantung yang dapat berubah menjadi berbagai jenis bentuk.
Gambar 5.16  Eritrosit (sel darah merah)

Konsentrasi eritrosit rata-rata pada pria dewasa normal per mikro liter darah adalah 5,4 juta dan pada wanita normal jumlahnya 4,8 juta butir. Jumlah eritrosit ini bervariasi pada kedua jenis kelamin dan pada perbedaan umur.
Setiap butir eritrosit mengandung hemoglobin. Hemoglobin adalah protein pigmen yang memberi warna merah pada darah. Setiap hemoglobin terdiri dari protein yang disebut globin dan pigmen non-protein yang disebut heme. Setiap heme berikatan dengan rantai polipeptida yang mengandung besi (Fe2+).
Fungsi utama hemoglobin adalah mengangkut oksigen dari paru-paru membentuk oksihemoglobin. Oksihemoglobin beredar ke seluruh tubuh lebih rendah daripada dalam paru-paru maka oksihemoglobin dibebaskan dan oksigen digunakan dalam proses metabolisme sel. Hemoglobin juga penting dalam pengangkutan karbon dioksida  dari jaringan ke paru-paru. Selain itu, hemoglobin berperan dalam menjaga keseimbangan asam dan basa (penyangga asam basa).
Pembentukan eritrosit disebut juga eritropoiesis. Eritropoiesis terjadi di sumsum tulang. Pembentukan diatur oleh suatu hormone glikoprotein yang disebut eritropoietin.  Sel pertama yang . diketahui sebagai rangkaian  pembentukan eritrosit disebut proeritorblas. Dengan rangsangan yang sesuai maka dari sel-sel tubas (stem cell) ini dapat dibentuk banyak sekali sel. Proeritorblas kemudian akan membelah beberapa kali. Sel-sel baru dari generasi pertama ini disebut sebagai basofil eritroblas sebab dapat dicat dengan warna basa. Sel-sel ini mengandung sedikit sekali hemoglobin. Pada tahap berikutnya akan mulai terbentuk cukup hemoglobin yang disebut polikromatofil eritroblas. Sesudah terjadi pembelahan berikutnya, maka akan terbentuk lebih banyak lagi hemoglobin. Sel-sel ini disebut ortokromatik erotroblas dimana warnanya menjadi merah. Lihat Gambar 5.17. Akhirnya, bila sitoplasma dari sel-sel ini sudah dipenuhi oleh hemoglobin sehingga mencapai kosentrasi lebih kurang 34%, maka nukleus akan memadat sampai ukurannya menjadi kecil dan terdorong dari sel. Sel-sel ini disebut retikulosit. Retikulosit berkembang menjadi eritrosit dalam satu sampai dua hari setelah dilepaskan dari sumsum tulang.
Gambar 5.17  Bagan proses eritropoiesis

Jangka hidup eritrosit kira-kira 120 hari. Eritrosit yang telah tua akan ditelan oleh sel-sel fagosit yang terdapat dalam hati dan limpa. Di dalam hati, hemoglobin diubah menjadi pigmen empedu (bilirubin) yang berwarna kehijauan. Pigmen empedu diekskresikan oleh hati ke dalam empedu. Zat besi dari hemoglobin tidak diekskresikan, tetapi digunakan kembali untuk membuat eritrosit baru.

Leukosit (sel darah putih). Leukosit terdapat di dalam darah manusia dan berjumlah sekitar 4.000 – 11.000 butir untuk setiap mikroliter darah manusia. Leukosit berumur sekitar 12 hari. Leukosit keluar dari pembuluh kapiler apabila ditemukan antigen. Proses keluarnya leukosit disebut dengan diapedesis. Leukosit yang berperan melawan penyakit yang masuk ke dalam tubuh disebut antobodi.
Leukosit mempunyai sebuah nucleus, tidak berwarna (bening), dan menunjukkan gerakan amuboid. Leukosit dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu granulosit jika palsmanya bergranuler, dan agranulosit jika plasmanya tidak bergranuler. Leukosit granulosit dibagi menjadi tiga jenis, yaitu netrofil, basofil, dan eosinofil.
 
Gambar 5.18  Leukosit granulosit (ki-ka : netrofil, basofil, dan eosinofil)

Netrofil memiliki nukleus yang terdiri dari tiga sampai lima lobus. Sel-sel ini berukuran sekitar 8 µm dalam keadaan segar. Netrofil bersifat fagosit dengan cara masuk ke jaringan yang terinfeksi. Saat mendekati suatu partikel untuk difagositosis, sel-sel netrofil mula-mula melekat pada reseptor yang terdapat pada partikel, kemudian membuat ruangan tertutup yang berisi partikel-partikel yang sudah difagositosis. Setelah itu ruangan ini akan melekuk ke dalam rongga sitoplasma dan melepaskan diri dengan bagian luar membrane sel membentuk gelembung fagositik yang mengapung dengan bebas. Sebuah sel netrofil dapat memfagositosis 5 – 20 bakteri sebelum sel netrofil menjadi inaktif dan mati. Netrofil hanya aktif sekitar 6 – 20 jam.
Basofil memiliki nukleus berbentuk S dan bersifat fagosit. Basofil melepaskan heparin ke dalam darah. Heparin adalah mukopolisakarida yang banyak terdapat di dalam hati dan paru-paru. Heparin dapat mencegah pembekuan darah. Selain itu, basofil juga melepaskan histamine. Histamine adalah suatu senyawa yang dibebaskan sebagai reaksi terhadap antigen yang sesuai.
Eosinofil berbentuk hamper seperti bola, berukuran 9 µm dalam keadaan segar. Esinofil memiliki nucleus yang terdiri dari dua lobus dan bersifat fagosit dengan daya fagositosis yang lemah. Eosinofil mempunyai kecendrungan untuk berkumpul dalam suatu jaringan yang mengalami reaksi alergi. Eosinofil juga dianggap dapat mendetoksifikasi toksin yang menyebabkan radang. Eosinofil ini dilepaskan oleh sel basofil atau jaringan yang rusak.
Sementara itu, leukosit agranulosit dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu : monosit dan limfosit. Lihat Gambar 5.18b.
Monosit memiliki satu nucleus besar dan berbentuk bulat telur atau seperti ginjal. Diameter monosit berukuran 9 – 12 µm. Monosit dapat berpindah dari aliran darah ke jaringan. Di dalam jaringan, monosit membesar dan bersifat fagosit menjadi makrofag. Makrofag ini bersama netrofil merupakan leukosit fagosit utama, paling efektif, dan berumur panjang.
Limfosit berbentuk seperti bola dengan ukuran diameter 6 – 8 µm. Limfosit dibentuk di sumsum tulang, sedangkan pada janin dibuat di hati. Terdapat 2 jenis sel limfosit, yaitu limfosit B dan limfosit T. Limfosit yang tetap berada di sumsum tulang berkembang menjadi limfosit B. Sedangkan limfosit yang berasal dari sumsum tulang dan pindah ke timus berkembang menjadi sel T. Limfosit B berperan dalam pembentukan antibodi. Sebaliknya, limfosit T tidak menghasilkan antibodi. Limfosit T mempunyai berbagai fungsi, contohnya limfosit sitotoksik-T berfungsi menghancurkan sel yang terserang virus. Jika limfosit B berhadapan dengan antigen tubuh, limfosit ini akan memproduksi antibodi.
Gambar 5.18b  Leukosit agranulosit (ki-ka : Makrofage dan monosit)

Dari kelima jenis leukosit di atas, neutrofil merupakan sel-sel yang paling banyak menyusun leukosit. Lihat tabel 5.2.
Trombosit (sel darah pembeku atau keeping darah). Trombosit berbentuk bulat kecil dengan ukuran diameter 2 – 4 µm dan tidak mempunyai inti. Trombosit dibentuk dalam sumsum tulang dari megakariosit. Megakariosit merupakan trombosit yang sangat besar dalam sumsum tulang. Trombosit berbentuk seperti tunas pada permukaan megakariosit, kemudian melepaskan diri untuk masuk ke dalam darah. Konsentasi normal trombosit dalam darah adalah antara 150.000 – 350.000 butir per millimeter kubik.
Trombosit merupakan stuktur yang sangat aktif, waktu paruhnya dalam darah adalah 8 – 12 hari, setelah itu proses kehidupannya berakhir. Kemudian trombosit diambil dari system peredaran darah, terutama oleh makrofag jaringan. Lebih dari separuh trombosit diambil oleh makrofag dalam limpa, pada waktu darah melewati organ tersebut.
Trombosit berperan dalam proses pembekuan darah. Jika suatu jaringan tubuh terluka maka trombosit pada permukaan yang luka akan pecah dan mengeluarkan enzim trombokinase. Enzim trombokinase ini akan mengubah protrombim menjadi trombin dengan bantuan ion Ca2+. Protrombin merupakan protein tidak stabil yang dengan mudah dapat pecah menjadi senyawa-senyawa yang lebih kecil, salah satunya adalah trombin. Protrombin dibentuk oleh hati dan digunakan secara terus menerus oleh tubuh untuk pembekuan darah. Pembentukan protrombin dipengaruhi oleh vitamin K. Trombin adalah sebuah enzim yang mengkatalis perubahan fibrinogen (protein plasma yang dapat larut dalam plasma darah) menjadi fibrin (protein yang tidak dapat larut dalam plasma darah). Pembentukan benang-benang fibrin menyebabkan luka akan tertutup (Gambar 5.19).
Gambar 5.19  Bagan benang-benang fibrina

Golongan darah dan transfusi darah. Darah dibagi dalam berbagai golongan berdasarkan tipe antigen yang terdapat di dalam sel.
Golongan darah. Membran eritrosit mengandung dua antigen, yaitu tipe-A dan tipe-B. Antigen ini disebut aglutinogen. Sebaliknya, antibodi yang terdapat dalam plasma akan bereaksi spesifik terhadap antigen tipe-A atau antigen tipe-B yang dapat menyebabkan aglutinasi (penggumpalan) eritrosit. Antibodi plasma yang mnyebabkan penggumpalan aglutinogen disebut aglutinin. Ada dua macam aglutinin, yaitu aglutinin-a (zan anti-A) dan aglutinin-b (zat anti-B).
Aglutinogen-A mempunyai enzim glikosil transferase yang mengandung asetil glukosamin pada rangka glikoproteinnya. Sedangkan aglutinogen-B mengandung enzim galaktosa pada rangka glikoproteinnya. Aglutinigen-AB adalah golongan yang memiliki kedua jenis enzim tersebut.
Ahli imunologi (ilmu tentang kekebalan tubuh) kebangsaan Austria bernama Karl Landsteiner (1868-1943) mengelompokkan golongan darah manusia. Berdasarkan ada atau tidak adanya aglutinogen maka golongan darah dikelompokkan menjadi golongan darah A, B, AB, dan O.
·         Golongan darah A, yaitu jika eritrosit mengandung aglutinogen-A dan aglutinin-b dalam plasma darah.
·         Golongan darah B, yaitu jika eritrosit mengandung aglutinogen-B dan aglutinin-a dalam plasma darah.
·         Golongan darah AB, yaitu jika eritrosit mengandung aglutinogen-A dan B, dan plasma darah tidak memiliki aglutinin.
·         Golongan darah O, yaitu jika eritrosit tidak memiliki aglutinogen-A dan B, dan plasma darah memiliki aglutinin-a dan b.

Untuk lebih jelasnya lihat Gambar 5.20 dan Tabel 5.3.
Tabel 5.3 Golongan darah dan unsur pokok
Aglutinogen serta aglutinin
Golongan Darah
Aglutinogen
Aglutinin
O
A
B
AB
--
A
B
A dan B
a dan b
b
a
--

Gambar 5.20  Golongan darah manusia sistem ABO

Cara lain dalam mengelompokkan golongan darah adalah dengan menggunakan metode Rhesus. Terdapat enam tipe antigen Rh, salah satunya antigen tipe-D. Antigen-D bersifat sangat antigenik dibandingkan antigen-Rh lainnya. Oleh karena itu, orang yang mempunyai antigen ini dikatakan Rh positif. Sebaliknya, orang yang tidak memiliki antigen-D, dikatakan Rh negatif. Kira-kira 85% dari seluruh bangsa berkulit putih adalah Rh nehatif, sedangkan pada bangsa Afrika yang berkulit hitam 100% adalah Rh positif.
Penggolongan darah yang lain yang digunakan adalah metode MN. Metode ini didasari bahwa jenis antigen M dan antigen N tidak menghasilkan aglutinasi di dalam eritrosit.
Transfusi darah. Transfusi darah adalah pemberian darah seseorang kepada orang lain (Gambar 5.21). Orang yang berperan sebagai pemberi darah disebut donor dan yang menerima darah disebut sebagai resipien. Donor perlu memperhatikan jenis aglutinogen di dalam eritrosit, sedangkan resipien perlu memperhatikan jenis aglutinin dalam plasma darah. Lihat Gambar 5.22.
Gambar 5.21  Transfusi darah harus sesuai.












Gambar 5.22  Sistem golongan darah manusia

Sebelum melakukan tranfusi, perlu menentukan golongan darah resipien dan golongan darah donor. Penggolongan darah dilakukan dengan cara sebagai berikut. Mula-mula sel-sel darah diencerkan dengan larutan garam tertentu. Kemudian satu bagian dicampur dengan aglutinin anti-A, sedangkan bagian yang lain dicampur dengan aglutinin anti-B. Setelah beberapa menit, campuran tadi diperiksa di bawah mikroskop. Bila sel-sel darah telah menggumpal maka telah terjadi reaksi antibodi-antigen.
Tabel 5.4 melukiskan reaksi yang terjadi pada empat golongan darah yang berbeda. Golongan darah O, eritrositnya tidak mempunyai aglutinogen sehingga tidak dapat bereaksi dengan salah satu serum anti-A atau anti-B. Golongan darah A mempunyai aglutinogen-A sehingga beraglutinasi dengan aglutinin anti-A. Golongan darah B mempunyai aglutinogen B sehingga beraglutinasi dengan aglutinin anti-B. Golongan darah AB mempunyai kedua aglutinogen A dan B sehingga beraglutinasi dengan kedua jenis aglutinin.

Tabel 5.4 Aglutinasi sel-sel dari berbagai golongan darah dengan aglutinin anti-A dan anti-B
Golongan Darah
Aglutinin Anti-A
Aglutinin Anti-B
O
A
B
AB
-
+
-
+
-
-
+
+
Golongan darah AB adalah resipien universal karena dapat menerima semua jenis golongan darah. Sebaliknya, golongan darah O adalah donor universal karena dapat ditransfusikan kepada semua jenis golongan darah. Tetapi transfusi darah yang terbaik adalah transfusi dari golongan darah yang sejenis. Jika transfusi dilakukan dengan jenis golongan darah yang berbeda, meskipun itu memungkinkan, misalnya golongan darah O ditransfusikan ke golongan darah A, B, atau AB masih mungkin terjadi penggumpalan, meskipun hanya sedikit.
Alasan terbanyak melakukan transfusi adalah karena penurunan volume darah. Transfusi juga sering digunakan untuk mengobati anemia atau untuk memberi resipien beberapa unsur lain dari darah.

Alat-alat peredaran darah. Sistem peredaran darah pada manusia terdiri dari alat-alat peredaran darah, yaitu jantung dan pembuluh darah.
Jantung. Jantung terletak di pusat rongga dada dan terdiri dari tiga lapisan, yaitu endokardium, miokardium, dan perikardium. Endokardium merupakan selaput yang membatasi ruangan jantung. Lapisan ini mengandung pembuluh darah, saraf, dan cabang-cabang dari sistem peredaran darah ke jantung. Miokardium merupakan otot jantung yang tersusun dari berkas-berkas otot. Perikardium merupakan selaput pembungkus jantung.
Pada dasarnya, jantung merupakan alat pemompa darah yang terdiri dari dua pompa yang terpisah, yaitu jantung kanan yang memompakan darah menuju paru-paru dan jantung kiri yang memompakan darah menuju arteri, vena, dan kapiler. Tiap bagian jantung yang terpisah ini merupakan dua ruang pompa yang dapat berdenyut, yaitu atrium dan ventrikel. Fungsi utama atrium adalah tempat masuknya darah dan membantu mengalirkan darah masuk ke dalam ventrikel. Kemudian ventrikel menyediakan tenaga utama untuk mendorong darah.
Ruang jantung manusia terdiri dari empat ruangan, yaitu atrium kanan, atrium kiri, ventrikel kanan, dan ventrikel kiri (Gambar 5.23). Jantung manusia pada saat masih janin mempunyai lubang yang disebut foramen ovale. Lubang ini terletak di antara atrium kiri dan atrium kanan. Di antara atrium kanan dengan ventrikel kanan terdapat katup trikuspidalis. Katup ini berfungsi untuk mencegah agar darah dalam ventrikel kanan tidak masuk kembali ke atrium kanan. Sebaliknya, diantara atrium kiri dengan ventrikel kiri terdapat katup bikuspidalis. Katup ini berfungsi untuk mencegah agar darah dalam ventrikel kiri tidak mengalir kembali ke atrium kiri.
Jantung memegang peranan penting dalam menentukan berapa banyak darah yang dipompa suatu periode tertentu. Misalnya, pada waktu istirahat jantung berdenyut 70 kali per menit (pada laki-laki dewasa) dengan memompa kira-kira 5 liter darah. Darah yang dipompa ke luar jantung diteruskan oleh arteri (pembuluh nadi). Sifat arteri yang elastis menyebabkan arteri ikut berdenyut.
Gambar 5.23  Bagan jantung manusia.

Tekanan darah biasanya menunjukkan tekanan darah dalam arteri utama. Tekanan darah pada saat jantung mengembang dan darah mengalir ke dalam jantung disebut disebut diastol. Sebaliknya, tekanan darah saat otot jantung berkontraksi, sehingga jantung mengempis dan darah dipompa keluar dari jantung disebut sistol. Lihat Gambar 5.24. Tekanan darah dapat diukur dengan menggunakan tensimeter atau sfigmomanometer. Tekanan darah pada orang normal antara 120 mm Hg pada sistol dan 80 mm Hg pada diastol (120/80 mm Hg). Dengan mengetahui tekanan darah seseorang, kita mengetahui kekuatan jantung ketika memompa darah.
Gambar 5.24
Alat pengukur tekanan nadi


Pembuluh darah. Berdasarkan fungsinya, pembuluh darah dibedakan menjadi arteri (pembuluh nadi), vena (pembuluh balik), dan pembuluh kapiler.
Arteri (pembuluh nadi). Arteri merupakan pembuluh darah yang mengalirkan darah dari jantung ke jaringan. Dinding arteri tebal, kuat, dan elastis. Lapisan paling dalam pada arteri adalah endotelium yang dikelilingi oleh otot polos (Gambar 5.25). Arteri terletak lebih ke dalam dari permukaan tubuh. Arteri yang keluar dari ventrikel kiri dan mengalirkan darah yang kaya oksigen ke seluruh tubuh adalah aorta. Percabangan dari aorta adalah arteri. Sedangkan arteriol adalah pembuluh nadi yang berhubungan dengan kapiler.
Gambar 5.25  Arteri yang menuju ke kepala.

Pada umumnya arteri mengalirkan darah yang kaya akan oksigen, kecuali pada arteri pulmonalis. Arteri pulmonalis merupakan pembuluh nadi yang mengalirkan darah yang kaya akan karbon dioksida dari ventrikel kanan ke paru-paru.

Vena (pembuluh balik). Vena merupakan pembuluh darah yang mengalirkan darah dari kapiler ke jantung. Dinding vena tipis dan tidak elastis. Lapisan dalamnya bersifat licin karena dilapisi endotelium yang dikelilingi oleh otot polos (Gambar 5.26). Vena  terletak dekat permukaan tubuh.
Vena yang mengalirkan darah dari seluruh tubuh ke jantung melalui ventrikel kanan adalah vena kava. Sedangkan venula adalah vena yang berhubungan dengan kapiler. Pada umumnya, vena membawa darah yang kaya akan karbon dioksida, kecuali vena pulmonalis. Vena pulmonalis merupakan vena yang mengalirkan darah yang kaya akan oksigen dari paru-paru menuju ke atrium kiri.
Gambar 5.26  Pembuluh balik (vena)

Kapiler. Kapiler merupakan pembuluh darah kecil dengan diameter 5 – 20 µm dan menghubungkan arteriol dengan venula. Dinding kapiler sangat tipis, tidak mempunyai otot halus dan jaringan ikat, serta hanya tersusun oleh selapis endotelium. Di kapiler terjadi pertukaran oksigen dari darah dengan karbon dioksida dari jaringan. Selain itu, kapiler berfungsi untuk pertukaran cairan, makanan, hormon, dan bahan lainnya di antara plasma darah dan cairan jaringan.

Peredaran darah. Peredaran darah pada manusia merupakan peredaran darah tertutup karena darah mengalir dalam pembuluh darah. Selain itu darah beredar melewati jantung dua kali sehingga disebut peredaran darah ganda. Lihat Gambar 5.27. Peredaran darah dibagi menjadi dua, yaitu sistem peredaran darah pulmonalis dan sistem peredaran darah sistematik. Sistem peredaran darah pulmonalis disebut juga peredaran darah kecil karena darah mengalir dari jantung melalui ventrikel kanan menuju ke paru-paru dan kembali menuju ke jantung melalui atrium kiri. Secara lengkap, sistem sirkulasi pulmonalis, dapat dijelaskan sebagai berikut. Darah dari seluruh tubuh yang kaya dengan karbon dioksida masuk ke atrium kanan. Dari atrium kanan darah mengalir ke ventrikel kanan melalui katup trikuspidalis. Kemudian, ventrikel berkontraksi sehingga katup trikuspidalis tertutup, tetapi memaksa katup pulmonalis yang terletak pada lubang masuk arteri pulmonalis terbuka. Darah masuk ke dalam arteri pulmonalis yang bercabang ke kiri dan ke kanan yang masing-masing menuju ke paru-paru kiri dan kanan. Arteri-arteri pulmonalis ini bercabang-cabang membentuk arteriol. Arteriol mengalirkan darah ke kapiler di dalam paru-paru. Di sinilah darah melepaskan karbon dioksida dan mengambil oksigen. Vena pulmonalis membawa darah yang kaya akan oksigen ke atrium kiri.
Gambar 5.27  Sirkulasi darah pada manusia.

Sebaliknya, pada sistem peredaran darah sistematik darah mengalir ke semua jaringan tubuh sehingga disebut peredaran darah besar. Pada peredaran darah besar, darah mengalir dari jantung melalui ventrikel kiri menuju ke seluruh tubuh kecuali paru-paru. Kemudian, darah kembali lagi menuju ke jantung melalui atrium kanan. Secara lengkap sistem sirkulasi sistematik dapat dijelaskan sebagai berikut.
Dari atrium kiri, darah mengalir ke ventrikel kiri melalui katup bikuspidalis. Kontraksi ventrikel menyebabkan katup aorta membuka. Pada aorta terdapat arteri-arteri yang keluar langsung ke permukaan jantung. Arteri-arteri ini menuju ke arteriol-arteriol, yang selanjutnya memberikan darah ke kapiler menuju ke seluruh bagian jantung. Kapiler-kapiler ini disaring oleh venula yang menuju ke vena koroner (vena dari dan ke jantung) yang bermuara ke atrium kanan. Secara singkat dapat dilihat skema pada Gambar 5.28.
Gambar 5.28  
Skema sirkulasi darah pada manusia

Peredaran Darah Besar
Jantung (ventrikel kiri) → Seluruh jaringan tubuh → Jantung (atrium kanan)

Peredaran Darah Kecil
Jantung (ventrikel kanan) → Paru-paru → Jantung (atrium kiri)

Gambar 5.28 Skema peredaran darah besar dan peredaran darah kecil

Sistem Limfatik atau Peredaran Getah Bening
Sistem limfatik atau peredaran getah bening merupakan suatu cara dimana cairan dapat mengalir dari jaringan ke dalam darah. Sistem limfatik juga merupakan salah satu jalan utama untuk penyerapan nutrien dari saluran pencernaan, terutama bertanggung jawab atas absorpsi lemak.
Cairan limfe. Cairan limfe berasal dari cairan jaringan yang mengalir ke dalam sistem limfatik. Oleh karena itu, cairan limfe saat pertama kali mengalir dari setiap jaringan mempunyai komposisi yang hampir sama dengan cairan jaringan dalam bagian tubuh dimana cairan limfe berasal.
Cairan limfe mengandung leukosit yang berfungsi untuk membunuh kuman-kuman penyebab penyakit yang ada dalam tubuh kita. Cairan limfe juga mengandung lemak yang berasal dari usus, kemudian diangkut oleh pembuluh limfe.
Pembuluh limfatik. Hampir seluruh jaringan tubuh mempunyai pembuluh limfatik yang mengalirkan kelebihan cairan secara langsung dari jaringan. Beberapa jaringan seperti permukaan kulit, sistem saraf pusat, bagian dalam saraf tepi, dan tulang, meskipun tidak mempunyai pembuluh limfatik, jaringan-jaringan tersebut mempunyai pembuluh-pembuluh jaringan kecil, yang disebut sebagai prelimfatik. Pembuluh limfatik di usus yang berfungsi untuk absorpsi lemak disebut pembuluh kil.
Pembuluh limfe terdiri dari dua macam, yaitu pembuluh limfe kiri dan pembuluh limfe kanan.
Pembuluh limfe kiri (duktis torasikus). Pembuluh limfe kiri menerima cairan limfe dari bagian kiri kepala, leher, dada, dan lengan kiri bagian atas. Pembuluh limfe ini bermuara ke vena bagian bawah tulang selangka kiri.
Pembuluh limfe kanan. Pembuluh limfe kanan menerima cairan limfe dari bagian lain. Pembuluh limfe ini bermuara ke vena bagian bawah tulang selangka kanan.
Kapiler limfatik. Sebagian besar cairan yang disaring dari kapiler arteri mengalir di antara sel-sel hingga akhirnya diabsorpsi kembali ke dalam ujung vena kapiler darah. Tetapi kira-kira sepersepuluh dari cairan tersebut memasuki kapiler limfatik dan kembali ke dalam darah melalui sistem limfatik. Sebagian kecil cairan tersebut sangat penting, karena zat-zat dengan berat molekul tinggi seperti protein tidak dapat direabsorpsi ke dalam kapiler vena, tetapi protein tersebut dapat mengalir melalui kapiler limfatik dengan sangat mudah. Alasan inilah yang menyebabkan kapiler limfatik menjadi suatu struktur yang khusus.
Kelenjar limfe. Kelenjar limfe adalah suatu kumpulan jaringan limfe yang terbungkus dalam suatu kapsula jaringan ikat. Kelenjar limfe banyak terdapat disepanjang pembuluh limfe tubuh, terutama di daerah leher, ketiak, dan lipatan paha (Gambar 5.29). Pada saat tubuh terkena infeksi, kelenjar limfe akan membengkak. Kelenjar limfe berfungsi sebagai suatu saringan biologi tempat makrofag membuang bahan-bahan partikel dan berfungsi sebagai pertahanan tubuh kedua terhadap zat-zat asing.
Gambar 5.29 
Lokasi kelenjar limfe pada tubuh manusia.


Organ-organ limfe. Selain kelenjar limfe, di dalam tubuh manusia juga terdapat organ-organ limfe yang berfungsi sama, yaitu mencegah infeksi kuman-kuman penyakit.
Limpa. Limpa merupakan organ limfe terbesar, yang merupakan kumpulan jaringan jaringan limfe. Limpa berbeda dengan kelenjar limfe. Limpa merupakan saringan sistem pembuluh darah, sedangkan kelenjar limfe menyaring limfe. Limpa berfungsi dalam pembentukan leukosit dan antibodi, menyaring zat-zat asing dalam aliran darah, membongkar eritrosit yang sudah mati, menyediakan kembali zat besi yang terkandung dalam hemoglobin, dan juga sebagai tempat cadangan eritrosit. Pada janin, limpa merupakan sebuah organ pembentuk darah.
Tonsil. Tonsil merupakan kumpulan jaringan limfe yang terbenam dalam selaput pelapis tenggorokan. Permukaan tonsil dilapisi membran mukosa. Tonsil mensekresikan kelenjar yang banyak mengandung limfosit hidup atau yang telah didegenerasi, sisa-sisa buangan, dan mikroorganisme. Tonsil berfungsi dalam pembentukan limfosit.
Timus. Timus merupakan kelenjar yang sebagian besar terdiri dari jaringan limfe. Timus tersusun atas sel-sel epitel yang menyerupai limfosit. Timus memproduksi hormon yang berfungsi untuk merangsang produksi limfosit dalam organ-organ limfe.
Peredaran limfe. Peredaran limfe merupakan peredaran terbuka karena ujung-ujung pembuluh limfe tidak saling bersambungan. Cairan jaringan dari jaringan tubuh masuk ke pembuluh limfe sehingga menjadi cairan limfe. Kapiler limfatik yang mengandung cairan limfe ini bergabung ke dalam pembuluh limfe kiri dan pembuluh limfe kanan. Kedua pembuluh limfe ini bermuara pada vena yang kemudian akan mengalirkan kembali cairan limfe ke dalam darah.

Sistem Kekebalan Tubuh (Imunitas)
Tubuh manusia mempunyai kemampuan untuk melawan berbagai macam jenis organisme atau toksin yang cenderung merusak jaringan dan organ tubuh. Kemampuan itu disebut kekebalan/imunitas. Kekebalan dibagi menjadi dua, yaitu kekebalan bawaan dan kekebalan buatan.
Kekebalan bawaan (innate immunity). Kekebalan bawaan adalah kekebalan tambahan yang disebabkan oleh proses umum dan bukan disebabkan proses melawan organisme penyebab penyakit yang spesifik. Kekebalan bawaan meliputi beberapa aspek, di antaranya sebagai berikut.
·         Fagositosis yang dilakukan oleh leukosit dan sel pada sistem makrofag jaringan terhadap bakteri dan penyebab penyakit lainnya (Gambar 5.30).
Gambar 5.30
Proses fagositosis dari sel darah putih









·         Perusakan oleh asam yang disekresikan oleh lambung dan enzim pencerna terhadap organisme yang masuk ke dalam lambung.
·         Daya tahan kulit terhadap serangan organisme penyebab penyakit.
·         Adanya senyawa-senyawa kimia tertentu di dalam darah yang akan melekat pada organisme asing atau toksin dan akan menghancurkannya. Senyawa-senyawa tersebut adalah lysozyme. Lysozyme merupakan suatu polisakarida yang menyerang bakteri, sehingga bakteri tersebut menjadi larut, polipeptida dasar yang akan bereaksi dengan mengaktifkan beberapa macam bakteri gram-positif tertentu, dan kompleks komplemen yang terdiri dari kurang lebih 20 protein yang dapat diaktifkan dengan bermacam-macam cara untuk merusak bakteri.

Kekebalan buatan (acquired immunity). Sebagian besar dari kekebalan disebabkan oleh suatu imun khusus. Sistem imun tersebut membentuk antibodi atau limfosit yang diaktifkan dan akan menghancurkan organisme atau toksin tertentu. Kekebalan semacan ini disebut kekebalan buatan (acquired immunity).
Kekebalan buatan sering dapat memberikan perlindungan hebat. Contohnya, kekebalan buatan dapat melindungi tubuh dari efek toksin tetanus sampai 100.000 kali dari dosis. Toksin tetanus dapat menimbulkan kematian bila tidak ada kekebalan.
Pada dasarnya di dalam tubuh dapat dijumpai dua macam kekebalan yang berhubungan erat satu sama lainnya. Pertama, antibodi yang merupakan molekul globulin yang mampu menyerang agen penyakit. Kekebalan ini disebut kekebalan humoral. Kedua, pembentukan sel limfosit dalam jumlah besar secara khusus dirancang untuk menghancurkan benda asing. Kekebalan ini disebut kekebalan seluler.

Kelainan dan Penyakit Pada Sistem Peredaran Darah Manusia
            Berikut ini akan diuraikan beberapa contoh kelainan dan penyakit yang terjadi pada sistem peredaran darah manusia.
Anemia. Anemia adalah suatu keadaan kekurangan eritrosit. Hal ini dapat disebabkan karena hilangnya darah secara cepat atau terlalu lambatnya produksi eritrosit.

Anemia sel bulan sabit. Pada anemia sel bulan sabit, sel-selnya mengandung tipe hemoglobin abnormal yang disebut hemoglobin S. Bila hemoglobin ini berhubungan dengan konsentrasi oksigen yang sangat rendah, maka akan mengendap menjadi kristal-kristal yang panjang di dalam eritrosit. Kristal-kristal ini lebih menggambarkan bulan sabit daripada cakram bikonkaf (Gambar 5.31). Hemoglobin yang mengendap ini juga akan merusak membran sel sehingga sel tersebut menjadi lebih rapuh.


Gambar 5.31
Anemia bulan sabit


Talasemia. Talasemia merupakan tipe anemia herediter, dimana sel-selnya tak mampu mensintesis rantai polipeptida alfa (a) dan rantai polipeptida beta (ß) yang cukup. Rantai polipeptida dibutuhkan untuk membentuk hemoglobin.

Polisitemia sekunder. Bila jaringan mengalami keadaan hipoksi karena sedikitnya kadar oksigen dalam atmosfer, misalnya pada tempat yang tinggi atau karena gagalnya pengiriman oksigen ke jaringan-jaringan, maka organ-organ pembentuk darah secara otomatis akan memproduksi sejumlah besar eritrosit. Keadaan ini disebut sebagai polisitemia sekunder sehingga jumlah eritrosit umumnya akan naik sampai 6 – 8 juta per milimeter kubik.

Hemofilia. Hemofilia adalah penyakit keturunan dengan gejala pendarahan yang sukar dihentikan. Sebanyak 85% dari penyakit ini disebabkan oleh defisiensi faktor VIII. Jenis hemofilia ini disebut hemofilia A atau hemofilian klasik. Sebanyak 15% pasien sisanya, kecendrungan perdarahan disebabkan oleh defisiensi faktor IX. Kedua faktor tersebut diturunkan secara resesif melalui kromosom wanita. Oleh karena itu, wanita hampir tidak menderita hemofilia karena paling sedikit satu dari kedua kromosom X-nya mempunyai gen-gen yang sempurna. Namun demikian bila salah satu kromosom X-nya mengalami defisiensi maka ia akan menurunkan penyakitnya kepada separuh anak laki-lakinya.

Trombositopenia. Trombositopenia berarti sedikitnya jumlah trombosit dalam sistem peredaran darah. Penderita trombositopenia cenderung mengalami pendarahan, seperti halnya hemofilia. Bedanya ialah pendarahannya biasanya berasal dari kapiler-kapiler kecil, bukan pembuluh yang lebih besar seperti pada hemofilia. Sebagai akibatnya timbul bintik-bintik perdarahan diseluruh jaringan tubuh. Kulit penderita menampakkan bercak-bercak kecil berwarna ungu, sehingga penyakit itu disebut trombositopenia purpura.

Leukimia. Leukimia adalah produksi leukosit yang bersifat ganas oleh jaringan mieoloid (tempat pembentukan darah). Hal tersebut menyebabkan menurunnya produksi eritrosit, trombosit, dan leukosit normal. Leukimia secara tidak langsung menyebabkan kematian. Pengobatannya dapat dilakukan dengan sinar-X, kemoterapi, atau terkadang diperlukan transplantasi sel-sel mieoloid.
Penyakit jantung koroner. Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung yang disebabkan oleh gangguan aliran darah pada pembuluh darah koroner. Pembuluh darah koroner adalah arteri dan vena yang mengalirkan darah dari dan ke jantung. Pemicunya biasanya adalah arteriosklerosis. Arteriosklerosis adalah pengerasan pembuluh nadi akibat pengendapan lemak.

Hipertensi. Secara sederhana seseorang dikatakan menderita hipertensi atau tekanan darah tinggi jika tekanan darah sistol lebih besar dari 140 mmHg atau tekanan diastol lebih besar dari 99 mmHg. Tekanan darah ideal adalah 120 mmHg untuk sistol dan 80 mmHg untuk diastol. Dalam banyak kasus, kedua tekanan itu mengalami kenaikan.
Hipertensi dapat mengakibatkan pecahnya pembuluh darah dan tersumbatnya arteri di otak yang mengakibatkan stroke, kerusakan otak, bahkan dapat mengakibatkan kematian.



MENUTUP KEBOCORAN JANTUNG TANPA PEMBEDAHAN
Sinar Harapan, 2002
Setiap bulan, sekitar 40.000 bayi yang lahir di Indonesia menderita kelainan jantung bawaan (congenitas). Dari angka tersebut, 3276 diantaranya meninggal pada usia satu bulan karena keterbatasan dana dan fasilitas. Namun kini, pasien penderita defek sekat atrium atau Atrial Septal Defect (ASD), yaitu kebocoran pada sekat antara atrium kiri dan kanan jantung, memiliki harapan berkat temuan teknologi baru yang disebut Amplatz Septal Occulder (ASO). Lihat Gambar 5.32.
ASO adalah sebuah alat mungil yang terbuat dari bahan nikel dan titanium. Alat ini berfungsi sebagai penyumbat lubang yang terletak di antara atrium kiri dan kanan jantung. Alat tersebut sudah diuji coba di banyak negara, seperti Amerika Serikat, Cina, Inggris, Pakistan, dan India.
Pada penderita ASD, terdapat lubang di antara atrium kiri dan kanan jantung sehingga darah kotor dan darah bersih bercampur. Pada orang normal, darah dari atrium kanan adalah darah kotor (kaya karbon dioksida) yang akan mengalir ke paru-paru. Di paru-paru, terjadi pertukaran gas. Darah yang kaya oksigen kemudian akan masuk ke atrium kiri dan akan dialirkan ke seluruh organ tubuh. Namun pada penderita ASD, hal ini tak bisa terjadi sehingga ia harus menjalani cuci darah.
Selama ini, solusi bagi penderita ASD adalah operasi. Namun tindakan ini masih ditakuti oleh sebagian pasien di Indonesia. Sebelumnya, dikenal pula teknik penyumbatan dengan alat terbuat dari baja. Tapi teknik ini mempunyai kekurangan, yaitu bahannya mudah berkarat sehingga berbahaya bagi tubuh.
Prosedur penempatan ASO tidak perlu melalui teknik bedah. Dari pembuluh darah di pangkal paha dimasukkan sebuah selang kecil ke rongga atrium. Sementara di ujung selang kecil tersebut terdapat sebuah piringan tertutup. Setelah mencapai sekat atrium, piringan akan terbuka dan menutupi lubang pada sekat atrium jantung. Jika sudah terpasang di tempat yang tepat maka alat ini akan menyatu dengan sel-sel jaringan.
Sejak dipakaikan pertama kali ke manusia, alat ini terbilang aman dan dapat berfungsi selama puluhan tahun tanpa gangguan. Pada rumah sakit di negara yang sudah terbiasa memakai ASO, prosedur pemasangannya terbilang cepat dibanding operasi biasa. Dalam waktu 30 menit, alat ini sudah terpasang dan berfungsi baik. Dibanding dengan tindakan operasi yang memakan waktu berjam-jam, tentu alat ini jauh lebih praktis. Namun, karena di Indonesia alat ini baru mulai diperkenalkan, maka penanganannya dilakukan ekstra hati-hati.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar