Sistem
sirkulasi pada manusia berupa sistem peredaran darah dan sistem limfatik
(peredaran getah bening).
Sistem Peredaran Darah
Sistem
peredaran darah manusia berupa sistem peredaran darah tertutup dan peredaran
darah ganda. Sistem peredaran darah berperan untuk mensuplai oksigen (O2)
dan sari makanan yang diabsorpsi dari sistem pencernaan keseluruh tubuh,
membawa gas sisa berupa karbon dioksida (CO2) ke paru-paru,
mengembalikan sisa metabolisme ke ginjal untuk disekresikan, menjaga suhu
tubuh, dan mendistribusikan hormon-hormon untuk mengatur fungsi sel-sel tubuh.
Sistem
peredaran darah manusia sama seperti vertebrata lainnya, yaitu melibatkan
darah, jantung, dan pembuluh darah. Untuk lebih rinci, maka kita akan membahas
satu persatu bagian yang terlibat di dalam sistem peredaran darah manusia.
Darah. Darah merupakan
unit fungsional seluler pada manusia yang berperan untuk membantu proses
fisiologis. Darah terdiri dari dua
komponen, yaitu plasma darah dan sel-sel darah (Gambar 5.15). Banyaknya volume
darah yang beradar di dalam tubuh manusia dari berat badan atau sekitar 5600 cc
pada orang yang bobot tubuhnya 70 kg. Dari 5600 cc darah tersebut sekitar 55%
adalah plasma darah dan sekitar 45% adalah sel-sel darah.
Gambar 5.15
Sel-sel darah
Secara umum fungsi darah adalah (1) mengangkut zat
makanan dan oksigen ke seluruh tubuh dan mengangkut sisa-sisa metabolisme ke
organ yang berfungsi untuk pembuangan ; (2) mempertahankan tubuh dari
serangan bibit penyakit ; (3) mengedarkan hormon-hormon untuk membantu
proses fisiologis ; (4) menjaga stabilitas suhu tubuh dan (5) menjaga
kesetimbangan asam basa jaringan tubuh untuk menghindari kerusakan.
Plasma
darah. Plasma darah adalah
bagian yang cair. Komponen terbesar plasma darah terlarut molekul-molekul dan
berbagai ion, yang meliputi glukosa sebagai sumber utama energi untuk sel-sel
tubuh dan asam-asam amino. Ion-ion yang banyak terdapat dalam plasma darah
adalah natrium (Na+) dan klor
(Cl-). Ion-ion dan molekul tersebut akan diedarkan ke seluruh tubuh
atau berfungsi untuk membantu peredaran zat-zat lainnya. Kira-kira 7% plasma
darah terdiri dari molekul-molekul protein, yaitu serum albumin 4%; serum
globulin 2,7%; dan fibrinogen 0,3%. Serum
adalah cairan darah yang tidak mengandung fibrinogen (komponen untuk proses
pembekuan darah). Protein plasma juga berperan sebagai antibodi. Antibodi merupakan protein yang dapat
mengenali dan mengikat antigen tertentu. Sedangkan antigen merupakan molekul
(protein) asing yang memacu pembentukan antibodi Antibodi terbentuk jika ada
antigen yang masuk ke dalam tubuh. Antibodi
ini berasal dari globulin di dalam sel-sel plasma.
Antibodi bekerja melalui dua cara yang berbeda untuk
mempertahankan tubuh terhadap penyebab penyakit, yaitu
(1) dengan
menyerang langsung penyebab penyakit tersebut, atau
(2) dengan
mengaktifkan system komplemen yang kemudian akan merusak penyebab penyakit
penyakit tersebut.
Antibody
dapat melemahkan penyebab penyakit dengan salah satu cara berikut.
1. Aglutinasi,
terbentuknya gumpalan-gumpalan yang terdiri dari struktur besar berupa antigen
pada permukaanya, bakteri-bakteri, atau sel-sel darah merah.
2. Presipitasi,
terbentuknya molekul yang besar antara antigen yang larut, misalnya racun
tetanus dengan antibodi sehingga berubah menjadi tidak larut dan akan
mengendap.
3. Netralisasi,
antibodi yang bersifat antigenic akan menutupi tempat-tempat yang toksik dari
agen penyebab penyakit.
4. Lisis,
beberapa antibodi yang bersifat antigenik yang sangat kuat kadang-kadang mampu
langsung menyerang membrane sel agen penyebab penyakit sehingga menyebabkan sel
tersebut rusak.
Sel-sel
darah. Sel-sel darah dikelompokkan menjadi tiga kelompok,
ayitu eritrosit, leukosit, dan trombosit.
Eritrosit(sel darah merah).
Eritrosit normal akan berbentuk cakram bikonkaf berdiameter kira-kira 8 µm, dan
tidak mempunyai nukleus (Gambar 5.16). bentuk eritrosit sebenarnya dapat
berubah-ubah, seperti ketika sel-sel tersebut beredar melewati kapiler-kapiler.
Jadi, sesungguhnya eritrosit itu dapat dianggap sebagai kantung yang dapat
berubah menjadi berbagai jenis bentuk.
Gambar
5.16 Eritrosit (sel darah merah)
Konsentrasi
eritrosit rata-rata pada pria dewasa normal per mikro liter darah adalah 5,4
juta dan pada wanita normal jumlahnya 4,8 juta butir. Jumlah eritrosit ini
bervariasi pada kedua jenis kelamin dan pada perbedaan umur.
Setiap
butir eritrosit mengandung hemoglobin. Hemoglobin
adalah protein pigmen yang memberi warna merah pada darah. Setiap hemoglobin terdiri dari protein yang disebut
globin dan pigmen non-protein yang disebut heme.
Setiap
heme berikatan dengan rantai polipeptida yang mengandung besi (Fe2+).
Fungsi
utama hemoglobin adalah mengangkut oksigen dari paru-paru membentuk
oksihemoglobin. Oksihemoglobin beredar ke seluruh tubuh lebih rendah daripada
dalam paru-paru maka oksihemoglobin dibebaskan dan oksigen digunakan dalam
proses metabolisme sel. Hemoglobin
juga penting dalam pengangkutan karbon dioksida
dari jaringan ke paru-paru. Selain itu, hemoglobin
berperan dalam menjaga keseimbangan asam dan basa (penyangga asam basa).
Pembentukan
eritrosit disebut juga eritropoiesis. Eritropoiesis terjadi di sumsum tulang. Pembentukan diatur oleh suatu
hormone glikoprotein yang disebut eritropoietin. Sel pertama yang diketahui sebagai rangkaian pembentukan eritrosit disebut proeritorblas. Dengan rangsangan yang
sesuai maka dari sel-sel tubas (stem cell)
ini dapat dibentuk banyak sekali sel. Proeritorblas kemudian akan membelah
beberapa kali. Sel-sel baru dari generasi pertama ini disebut sebagai basofil eritroblas sebab dapat dicat
dengan warna basa. Sel-sel ini mengandung sedikit sekali hemoglobin. Pada tahap
berikutnya akan mulai terbentuk cukup hemoglobin yang disebut polikromatofil eritroblas. Sesudah
terjadi pembelahan berikutnya, maka akan terbentuk lebih banyak lagi
hemoglobin. Sel-sel ini disebut ortokromatik
erotroblas dimana warnanya menjadi merah. Lihat Gambar 5.17. Akhirnya, bila
sitoplasma dari sel-sel ini sudah dipenuhi oleh hemoglobin sehingga mencapai
kosentrasi lebih kurang 34%, maka nukleus akan memadat sampai ukurannya menjadi
kecil dan terdorong dari sel. Sel-sel ini disebut retikulosit. Retikulosit berkembang menjadi eritrosit dalam satu
sampai dua hari setelah dilepaskan dari sumsum tulang.
Gambar 5.17 Bagan
proses eritropoiesis
Jangka
hidup eritrosit kira-kira 120 hari. Eritrosit yang telah tua akan ditelan oleh
sel-sel fagosit yang terdapat dalam hati dan limpa. Di dalam hati, hemoglobin
diubah menjadi pigmen empedu (bilirubin)
yang berwarna kehijauan. Pigmen empedu diekskresikan oleh hati ke dalam empedu.
Zat besi dari hemoglobin tidak diekskresikan, tetapi digunakan kembali untuk membuat
eritrosit baru.
Leukosit (sel darah putih).
Leukosit terdapat di dalam darah manusia dan berjumlah sekitar 4.000 – 11.000
butir untuk setiap mikroliter darah manusia. Leukosit berumur sekitar 12 hari. Leukosit keluar dari
pembuluh kapiler apabila ditemukan antigen. Proses keluarnya leukosit
disebut dengan diapedesis. Leukosit yang berperan melawan penyakit yang masuk
ke dalam tubuh disebut antobodi.
Leukosit
mempunyai sebuah nucleus, tidak berwarna (bening), dan menunjukkan gerakan
amuboid. Leukosit dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu granulosit jika
palsmanya bergranuler, dan agranulosit jika plasmanya tidak bergranuler.
Leukosit granulosit dibagi menjadi tiga jenis, yaitu netrofil, basofil, dan
eosinofil.
Gambar 5.18
Leukosit granulosit (ki-ka : netrofil, basofil, dan
eosinofil)
Netrofil memiliki nukleus yang
terdiri dari tiga sampai lima lobus. Sel-sel ini berukuran
sekitar 8 µm dalam keadaan segar. Netrofil bersifat fagosit dengan cara masuk
ke jaringan yang terinfeksi. Saat mendekati suatu partikel untuk difagositosis,
sel-sel netrofil mula-mula melekat pada reseptor yang terdapat pada partikel,
kemudian membuat ruangan tertutup yang berisi partikel-partikel yang sudah
difagositosis. Setelah itu ruangan ini akan melekuk ke dalam rongga sitoplasma
dan melepaskan diri dengan bagian luar membrane sel membentuk gelembung
fagositik yang mengapung dengan bebas. Sebuah sel netrofil dapat memfagositosis 5 – 20 bakteri sebelum sel
netrofil menjadi inaktif dan mati. Netrofil hanya aktif sekitar
6 – 20 jam.
Basofil
memiliki nukleus berbentuk S dan bersifat fagosit. Basofil melepaskan heparin
ke dalam darah. Heparin adalah
mukopolisakarida yang banyak terdapat di dalam hati dan paru-paru. Heparin
dapat mencegah pembekuan darah. Selain itu, basofil juga melepaskan histamine.
Histamine adalah suatu senyawa yang dibebaskan sebagai reaksi terhadap antigen
yang sesuai.
Eosinofil
berbentuk hamper seperti bola, berukuran 9 µm dalam keadaan segar. Esinofil
memiliki nucleus yang terdiri dari dua lobus dan bersifat fagosit dengan daya
fagositosis yang lemah. Eosinofil mempunyai kecendrungan untuk berkumpul dalam
suatu jaringan yang mengalami reaksi alergi. Eosinofil juga dianggap dapat
mendetoksifikasi toksin yang menyebabkan radang. Eosinofil ini dilepaskan oleh
sel basofil atau jaringan yang rusak.
Sementara itu, leukosit agranulosit dapat dibagi menjadi
dua jenis, yaitu : monosit dan limfosit. Lihat Gambar 5.18b.
Monosit memiliki satu nucleus besar dan berbentuk bulat
telur atau seperti ginjal. Diameter monosit berukuran 9 – 12 µm. Monosit dapat
berpindah dari aliran darah ke jaringan. Di dalam jaringan, monosit
membesar dan bersifat fagosit menjadi makrofag. Makrofag ini bersama netrofil
merupakan leukosit fagosit utama, paling efektif, dan berumur panjang.
Limfosit
berbentuk seperti bola dengan ukuran diameter 6 – 8 µm. Limfosit dibentuk di
sumsum tulang, sedangkan pada janin dibuat di hati. Terdapat 2 jenis sel limfosit,
yaitu limfosit B dan limfosit T. Limfosit yang tetap berada di sumsum tulang
berkembang menjadi limfosit B. Sedangkan limfosit yang berasal dari sumsum
tulang dan pindah ke timus berkembang menjadi sel T. Limfosit B berperan dalam
pembentukan antibodi. Sebaliknya, limfosit T tidak menghasilkan antibodi.
Limfosit T mempunyai berbagai fungsi, contohnya limfosit sitotoksik-T berfungsi
menghancurkan sel yang terserang virus. Jika limfosit B berhadapan dengan
antigen tubuh, limfosit ini akan memproduksi antibodi.
Gambar
5.18b Leukosit
agranulosit (ki-ka : Makrofage dan monosit)
Dari
kelima jenis leukosit di atas, neutrofil merupakan sel-sel yang paling banyak
menyusun leukosit. Lihat tabel 5.2.
Trombosit (sel darah pembeku
atau keeping darah). Trombosit berbentuk bulat kecil dengan
ukuran diameter 2 – 4 µm dan tidak mempunyai inti. Trombosit dibentuk dalam
sumsum tulang dari megakariosit. Megakariosit merupakan trombosit yang sangat
besar dalam sumsum tulang. Trombosit berbentuk seperti tunas pada permukaan
megakariosit, kemudian melepaskan diri untuk masuk ke dalam darah. Konsentasi
normal trombosit dalam darah adalah antara 150.000 – 350.000 butir per
millimeter kubik.
Trombosit
merupakan stuktur yang sangat aktif, waktu paruhnya dalam darah adalah 8 – 12
hari, setelah itu proses kehidupannya berakhir. Kemudian trombosit diambil dari
system peredaran darah, terutama oleh makrofag jaringan. Lebih dari separuh
trombosit diambil oleh makrofag dalam limpa, pada waktu darah melewati organ
tersebut.
Trombosit
berperan dalam proses pembekuan darah. Jika suatu jaringan tubuh terluka maka
trombosit pada permukaan yang luka akan pecah dan mengeluarkan enzim
trombokinase. Enzim trombokinase ini akan mengubah protrombim menjadi trombin
dengan bantuan ion Ca2+. Protrombin merupakan protein tidak stabil
yang dengan mudah dapat pecah menjadi senyawa-senyawa yang lebih kecil, salah
satunya adalah trombin. Protrombin dibentuk oleh hati dan digunakan secara
terus menerus oleh tubuh untuk pembekuan darah. Pembentukan protrombin
dipengaruhi oleh vitamin K. Trombin adalah sebuah enzim yang mengkatalis
perubahan fibrinogen (protein plasma yang dapat larut dalam plasma darah)
menjadi fibrin (protein yang tidak dapat larut dalam plasma darah). Pembentukan
benang-benang fibrin menyebabkan luka akan tertutup (Gambar 5.19).
Gambar
5.19 Bagan benang-benang fibrina
Golongan darah dan transfusi darah. Darah
dibagi dalam berbagai golongan berdasarkan tipe antigen yang terdapat di dalam
sel.
Golongan
darah. Membran eritrosit mengandung dua antigen, yaitu tipe-A
dan tipe-B. Antigen ini disebut aglutinogen. Sebaliknya, antibodi yang terdapat
dalam plasma akan bereaksi spesifik terhadap antigen tipe-A atau antigen tipe-B
yang dapat menyebabkan aglutinasi (penggumpalan) eritrosit. Antibodi plasma
yang mnyebabkan penggumpalan aglutinogen disebut aglutinin. Ada dua macam
aglutinin, yaitu aglutinin-a (zan anti-A) dan aglutinin-b (zat anti-B).
Aglutinogen-A
mempunyai enzim glikosil transferase yang mengandung asetil glukosamin pada rangka
glikoproteinnya. Sedangkan aglutinogen-B mengandung enzim galaktosa pada rangka
glikoproteinnya. Aglutinigen-AB adalah golongan yang memiliki kedua jenis enzim
tersebut.
Ahli
imunologi (ilmu tentang kekebalan tubuh) kebangsaan Austria bernama Karl Landsteiner
(1868-1943) mengelompokkan golongan darah manusia. Berdasarkan ada atau tidak
adanya aglutinogen maka golongan darah dikelompokkan menjadi golongan darah A,
B, AB, dan O.
·
Golongan darah A, yaitu jika eritrosit
mengandung aglutinogen-A dan aglutinin-b dalam plasma darah.
·
Golongan darah B, yaitu jika eritrosit
mengandung aglutinogen-B dan aglutinin-a dalam plasma darah.
·
Golongan darah AB, yaitu jika eritrosit
mengandung aglutinogen-A dan B, dan plasma darah tidak memiliki aglutinin.
·
Golongan darah O, yaitu jika eritrosit tidak
memiliki aglutinogen-A dan B, dan plasma darah memiliki aglutinin-a dan b.
Untuk
lebih jelasnya lihat Gambar 5.20 dan Tabel 5.3.
Tabel 5.3
Golongan darah dan unsur pokok
Aglutinogen
serta aglutinin
Golongan Darah
|
Aglutinogen
|
Aglutinin
|
O
A
B
AB
|
--
A
B
A
dan B
|
a
dan b
b
a
--
|
Gambar
5.20 Golongan darah manusia sistem ABO
Cara
lain dalam mengelompokkan golongan darah adalah dengan menggunakan metode Rhesus. Terdapat enam tipe
antigen Rh, salah satunya antigen tipe-D. Antigen-D bersifat sangat antigenik
dibandingkan antigen-Rh lainnya. Oleh karena itu, orang yang mempunyai antigen
ini dikatakan Rh positif. Sebaliknya, orang yang tidak memiliki antigen-D,
dikatakan Rh negatif. Kira-kira 85% dari seluruh bangsa berkulit putih adalah
Rh nehatif, sedangkan pada bangsa Afrika yang berkulit hitam 100% adalah Rh
positif.
Penggolongan
darah yang lain yang digunakan adalah metode MN. Metode ini didasari bahwa
jenis antigen M dan antigen N tidak menghasilkan aglutinasi di dalam eritrosit.
Transfusi
darah. Transfusi darah adalah pemberian darah seseorang kepada
orang lain (Gambar 5.21). Orang yang berperan sebagai pemberi darah disebut
donor dan yang menerima darah disebut sebagai resipien. Donor perlu
memperhatikan jenis aglutinogen di dalam eritrosit, sedangkan resipien perlu
memperhatikan jenis aglutinin dalam plasma darah. Lihat Gambar 5.22.
Gambar
5.21 Transfusi darah harus sesuai.
Gambar
5.22 Sistem golongan darah manusia
Sebelum
melakukan tranfusi, perlu menentukan golongan darah resipien dan golongan darah
donor. Penggolongan darah dilakukan dengan cara sebagai berikut. Mula-mula
sel-sel darah diencerkan dengan larutan garam tertentu. Kemudian satu bagian
dicampur dengan aglutinin anti-A, sedangkan bagian yang lain dicampur dengan
aglutinin anti-B. Setelah beberapa menit, campuran tadi diperiksa di bawah
mikroskop. Bila sel-sel darah telah menggumpal maka telah terjadi reaksi
antibodi-antigen.
Tabel
5.4 melukiskan reaksi yang terjadi pada empat golongan darah yang berbeda.
Golongan darah O, eritrositnya tidak mempunyai aglutinogen sehingga tidak dapat
bereaksi dengan salah satu serum anti-A atau anti-B. Golongan darah A mempunyai
aglutinogen-A sehingga beraglutinasi dengan aglutinin anti-A. Golongan darah B
mempunyai aglutinogen B sehingga beraglutinasi dengan aglutinin anti-B. Golongan
darah AB mempunyai kedua aglutinogen A dan B sehingga beraglutinasi dengan
kedua jenis aglutinin.
Tabel
5.4
Aglutinasi sel-sel dari berbagai golongan darah dengan aglutinin anti-A dan
anti-B
Golongan Darah
|
Aglutinin Anti-A
|
Aglutinin Anti-B
|
O
A
B
AB
|
-
+
-
+
|
-
-
+
+
|
Golongan
darah AB adalah resipien universal karena dapat menerima semua jenis golongan
darah. Sebaliknya, golongan darah O adalah donor universal karena dapat
ditransfusikan kepada semua jenis golongan darah. Tetapi transfusi darah yang
terbaik adalah transfusi dari golongan darah yang sejenis. Jika transfusi
dilakukan dengan jenis golongan darah yang berbeda, meskipun itu memungkinkan,
misalnya golongan darah O ditransfusikan ke golongan darah A, B, atau AB masih
mungkin terjadi penggumpalan, meskipun hanya sedikit.
Alasan
terbanyak melakukan transfusi adalah karena penurunan volume darah. Transfusi
juga sering digunakan untuk mengobati anemia atau untuk memberi resipien
beberapa unsur lain dari darah.
Alat-alat peredaran darah. Sistem peredaran darah pada manusia terdiri dari alat-alat peredaran darah, yaitu jantung dan pembuluh darah.
Jantung. Jantung
terletak di pusat rongga dada dan terdiri dari tiga lapisan, yaitu endokardium,
miokardium, dan perikardium. Endokardium
merupakan selaput yang membatasi ruangan jantung. Lapisan ini mengandung
pembuluh darah, saraf, dan cabang-cabang dari sistem peredaran darah ke
jantung. Miokardium merupakan otot
jantung yang tersusun dari berkas-berkas otot. Perikardium merupakan selaput pembungkus jantung.
Pada
dasarnya, jantung merupakan alat pemompa darah yang terdiri dari dua pompa yang
terpisah, yaitu jantung kanan yang memompakan darah menuju paru-paru dan
jantung kiri yang memompakan darah menuju arteri, vena, dan kapiler. Tiap
bagian jantung yang terpisah ini merupakan dua ruang pompa yang dapat
berdenyut, yaitu atrium dan ventrikel. Fungsi utama atrium adalah tempat
masuknya darah dan membantu mengalirkan darah masuk ke dalam ventrikel.
Kemudian ventrikel menyediakan tenaga utama untuk mendorong darah.
Ruang
jantung manusia terdiri dari empat ruangan, yaitu atrium kanan, atrium kiri,
ventrikel kanan, dan ventrikel kiri (Gambar 5.23). Jantung manusia pada saat
masih janin mempunyai lubang yang disebut foramen ovale. Lubang ini terletak di
antara atrium kiri dan atrium kanan. Di antara atrium kanan dengan ventrikel
kanan terdapat katup trikuspidalis. Katup ini berfungsi untuk mencegah agar
darah dalam ventrikel kanan tidak masuk kembali ke atrium kanan. Sebaliknya,
diantara atrium kiri dengan ventrikel kiri terdapat katup bikuspidalis. Katup
ini berfungsi untuk mencegah agar darah dalam ventrikel kiri tidak mengalir
kembali ke atrium kiri.
Jantung
memegang peranan penting dalam menentukan berapa banyak darah yang dipompa
suatu periode tertentu. Misalnya, pada waktu istirahat jantung berdenyut 70
kali per menit (pada laki-laki dewasa) dengan memompa kira-kira 5 liter darah.
Darah yang dipompa ke luar jantung diteruskan oleh arteri (pembuluh nadi).
Sifat arteri yang elastis menyebabkan arteri ikut berdenyut.
Gambar
5.23 Bagan jantung manusia.
Tekanan
darah biasanya menunjukkan tekanan darah dalam arteri utama. Tekanan darah pada
saat jantung mengembang dan darah mengalir ke dalam jantung disebut disebut
diastol. Sebaliknya, tekanan darah saat otot jantung berkontraksi, sehingga
jantung mengempis dan darah dipompa keluar dari jantung disebut sistol. Lihat
Gambar 5.24. Tekanan darah dapat diukur dengan menggunakan tensimeter atau
sfigmomanometer. Tekanan darah pada orang normal antara 120 mm Hg pada sistol
dan 80 mm Hg pada diastol (120/80 mm Hg). Dengan mengetahui tekanan darah
seseorang, kita mengetahui kekuatan jantung ketika memompa darah.
Gambar 5.24
Alat
pengukur tekanan nadi
Pembuluh
darah. Berdasarkan fungsinya, pembuluh darah dibedakan menjadi
arteri (pembuluh nadi), vena (pembuluh balik), dan pembuluh kapiler.
Arteri (pembuluh nadi).
Arteri merupakan pembuluh darah yang mengalirkan darah dari jantung ke
jaringan. Dinding arteri tebal, kuat, dan elastis. Lapisan paling dalam pada
arteri adalah endotelium yang dikelilingi oleh otot polos (Gambar 5.25). Arteri
terletak lebih ke dalam dari permukaan tubuh. Arteri yang keluar dari ventrikel
kiri dan mengalirkan darah yang kaya oksigen ke seluruh tubuh adalah aorta.
Percabangan dari aorta adalah arteri. Sedangkan arteriol adalah pembuluh nadi
yang berhubungan dengan kapiler.
Gambar
5.25 Arteri yang menuju ke kepala.
Pada
umumnya arteri mengalirkan darah yang kaya akan oksigen, kecuali pada arteri
pulmonalis. Arteri pulmonalis merupakan pembuluh nadi yang mengalirkan darah
yang kaya akan karbon dioksida dari ventrikel kanan ke paru-paru.
Vena (pembuluh balik).
Vena merupakan pembuluh darah yang mengalirkan darah dari kapiler ke jantung.
Dinding vena tipis dan tidak elastis. Lapisan dalamnya bersifat licin karena
dilapisi endotelium yang dikelilingi oleh otot polos (Gambar 5.26). Vena terletak dekat permukaan tubuh.
Vena
yang mengalirkan darah dari seluruh tubuh ke jantung melalui ventrikel kanan
adalah vena kava. Sedangkan venula adalah vena yang berhubungan dengan kapiler.
Pada umumnya, vena membawa darah yang kaya akan karbon dioksida, kecuali vena
pulmonalis. Vena pulmonalis merupakan vena yang mengalirkan darah yang kaya
akan oksigen dari paru-paru menuju ke atrium kiri.
Gambar
5.26 Pembuluh balik (vena)
Kapiler.
Kapiler merupakan pembuluh darah kecil dengan diameter 5 – 20 µm dan
menghubungkan arteriol dengan venula. Dinding kapiler sangat tipis, tidak
mempunyai otot halus dan jaringan ikat, serta hanya tersusun oleh selapis
endotelium. Di kapiler terjadi pertukaran oksigen dari darah dengan karbon
dioksida dari jaringan. Selain itu, kapiler berfungsi untuk pertukaran cairan,
makanan, hormon, dan bahan lainnya di antara plasma darah dan cairan jaringan.
Peredaran darah.
Peredaran darah pada manusia merupakan peredaran darah tertutup karena darah
mengalir dalam pembuluh darah. Selain itu darah beredar melewati jantung dua
kali sehingga disebut peredaran darah ganda. Lihat Gambar 5.27. Peredaran darah
dibagi menjadi dua, yaitu sistem peredaran darah pulmonalis dan sistem
peredaran darah sistematik. Sistem peredaran darah pulmonalis disebut juga
peredaran darah kecil karena darah mengalir dari jantung melalui ventrikel
kanan menuju ke paru-paru dan kembali menuju ke jantung melalui atrium kiri.
Secara lengkap, sistem sirkulasi pulmonalis, dapat dijelaskan sebagai berikut.
Darah dari seluruh tubuh yang kaya dengan karbon dioksida masuk ke atrium
kanan. Dari atrium kanan darah mengalir ke ventrikel kanan melalui katup
trikuspidalis. Kemudian, ventrikel berkontraksi sehingga katup trikuspidalis
tertutup, tetapi memaksa katup pulmonalis yang terletak pada lubang masuk
arteri pulmonalis terbuka. Darah masuk ke dalam arteri pulmonalis yang
bercabang ke kiri dan ke kanan yang masing-masing menuju ke paru-paru kiri dan
kanan. Arteri-arteri pulmonalis ini bercabang-cabang membentuk arteriol. Arteriol
mengalirkan darah ke kapiler di dalam paru-paru. Di sinilah darah melepaskan
karbon dioksida dan mengambil oksigen. Vena pulmonalis membawa darah yang kaya
akan oksigen ke atrium kiri.
Gambar
5.27 Sirkulasi darah pada manusia.
Sebaliknya,
pada sistem peredaran darah sistematik darah mengalir ke semua jaringan tubuh
sehingga disebut peredaran darah besar. Pada peredaran darah besar, darah
mengalir dari jantung melalui ventrikel kiri menuju ke seluruh tubuh kecuali
paru-paru. Kemudian, darah kembali lagi menuju ke jantung melalui atrium kanan.
Secara lengkap sistem sirkulasi sistematik dapat dijelaskan sebagai berikut.
Dari
atrium kiri, darah mengalir ke ventrikel kiri melalui katup bikuspidalis.
Kontraksi ventrikel menyebabkan katup aorta membuka. Pada aorta terdapat
arteri-arteri yang keluar langsung ke permukaan jantung. Arteri-arteri ini
menuju ke arteriol-arteriol, yang selanjutnya memberikan darah ke kapiler
menuju ke seluruh bagian jantung. Kapiler-kapiler ini disaring oleh venula yang
menuju ke vena koroner (vena dari dan ke jantung) yang bermuara ke atrium
kanan. Secara singkat dapat dilihat skema pada Gambar 5.28.
Gambar
5.28
Skema
sirkulasi darah pada manusia
Peredaran Darah Besar
Jantung
(ventrikel kiri) → Seluruh jaringan tubuh → Jantung (atrium kanan)
Peredaran Darah Kecil
Jantung
(ventrikel kanan) → Paru-paru → Jantung (atrium kiri)
Gambar 5.28 Skema
peredaran darah besar dan peredaran darah kecil
Sistem Limfatik atau Peredaran Getah
Bening
Sistem limfatik atau peredaran getah bening
merupakan suatu cara dimana cairan dapat mengalir dari jaringan ke dalam darah.
Sistem limfatik juga merupakan salah satu jalan utama untuk penyerapan nutrien
dari saluran pencernaan, terutama bertanggung jawab atas absorpsi lemak.
Cairan limfe.
Cairan limfe berasal dari cairan jaringan yang mengalir ke dalam sistem
limfatik. Oleh karena itu, cairan limfe saat pertama kali mengalir dari setiap
jaringan mempunyai komposisi yang hampir sama dengan cairan jaringan dalam
bagian tubuh dimana cairan limfe berasal.
Cairan limfe mengandung leukosit yang
berfungsi untuk membunuh kuman-kuman penyebab penyakit yang ada dalam tubuh
kita. Cairan limfe juga mengandung lemak yang berasal dari usus, kemudian
diangkut oleh pembuluh limfe.
Pembuluh limfatik.
Hampir seluruh jaringan tubuh mempunyai pembuluh limfatik yang mengalirkan
kelebihan cairan secara langsung dari jaringan. Beberapa jaringan seperti
permukaan kulit, sistem saraf pusat, bagian dalam saraf tepi, dan tulang,
meskipun tidak mempunyai pembuluh limfatik, jaringan-jaringan tersebut
mempunyai pembuluh-pembuluh jaringan kecil, yang disebut sebagai prelimfatik.
Pembuluh limfatik di usus yang berfungsi untuk absorpsi lemak disebut pembuluh
kil.
Pembuluh limfe terdiri dari dua macam, yaitu
pembuluh limfe kiri dan pembuluh limfe kanan.
Pembuluh
limfe kiri (duktis torasikus).
Pembuluh limfe kiri menerima cairan limfe dari bagian kiri kepala, leher, dada,
dan lengan kiri bagian atas. Pembuluh limfe ini bermuara ke vena bagian bawah
tulang selangka kiri.
Pembuluh limfe kanan. Pembuluh limfe kanan menerima cairan limfe dari bagian
lain. Pembuluh limfe ini bermuara ke vena bagian bawah tulang selangka kanan.
Kapiler
limfatik. Sebagian besar cairan
yang disaring dari kapiler arteri mengalir di antara sel-sel hingga akhirnya
diabsorpsi kembali ke dalam ujung vena kapiler darah. Tetapi kira-kira
sepersepuluh dari cairan tersebut memasuki kapiler limfatik dan kembali ke
dalam darah melalui sistem limfatik. Sebagian kecil cairan tersebut sangat
penting, karena zat-zat dengan berat molekul tinggi seperti protein tidak dapat
direabsorpsi ke dalam kapiler vena, tetapi protein tersebut dapat mengalir
melalui kapiler limfatik dengan sangat mudah. Alasan inilah yang menyebabkan
kapiler limfatik menjadi suatu struktur yang khusus.
Kelenjar
limfe. Kelenjar limfe adalah
suatu kumpulan jaringan limfe yang terbungkus dalam suatu kapsula jaringan
ikat. Kelenjar limfe banyak terdapat disepanjang pembuluh limfe tubuh, terutama
di daerah leher, ketiak, dan lipatan paha (Gambar 5.29). Pada saat tubuh
terkena infeksi, kelenjar limfe akan membengkak. Kelenjar limfe berfungsi
sebagai suatu saringan biologi tempat makrofag membuang bahan-bahan partikel
dan berfungsi sebagai pertahanan tubuh kedua terhadap zat-zat asing.
Gambar 5.29
Lokasi kelenjar
limfe pada tubuh manusia.
Organ-organ
limfe. Selain kelenjar limfe,
di dalam tubuh manusia juga terdapat organ-organ limfe yang berfungsi sama,
yaitu mencegah infeksi kuman-kuman penyakit.
Limpa. Limpa
merupakan organ limfe terbesar, yang merupakan kumpulan jaringan jaringan
limfe. Limpa berbeda dengan kelenjar limfe. Limpa merupakan saringan
sistem pembuluh darah, sedangkan kelenjar limfe menyaring limfe. Limpa
berfungsi dalam pembentukan leukosit dan antibodi, menyaring zat-zat asing
dalam aliran darah, membongkar eritrosit yang sudah mati, menyediakan kembali
zat besi yang terkandung dalam hemoglobin, dan juga sebagai tempat cadangan
eritrosit. Pada janin, limpa merupakan sebuah organ pembentuk darah.
Tonsil.
Tonsil merupakan kumpulan jaringan limfe yang terbenam dalam selaput pelapis
tenggorokan. Permukaan tonsil dilapisi membran mukosa. Tonsil mensekresikan
kelenjar yang banyak mengandung limfosit hidup atau yang telah didegenerasi,
sisa-sisa buangan, dan mikroorganisme. Tonsil berfungsi dalam pembentukan
limfosit.
Timus.
Timus merupakan kelenjar yang sebagian besar terdiri dari jaringan limfe. Timus
tersusun atas sel-sel epitel yang menyerupai limfosit. Timus memproduksi hormon
yang berfungsi untuk merangsang produksi limfosit dalam organ-organ limfe.
Peredaran limfe.
Peredaran limfe merupakan peredaran terbuka karena ujung-ujung pembuluh limfe
tidak saling bersambungan. Cairan jaringan dari jaringan tubuh masuk ke
pembuluh limfe sehingga menjadi cairan limfe. Kapiler limfatik yang mengandung
cairan limfe ini bergabung ke dalam pembuluh limfe kiri dan pembuluh limfe
kanan. Kedua pembuluh limfe ini bermuara pada vena yang kemudian akan
mengalirkan kembali cairan limfe ke dalam darah.
Sistem Kekebalan Tubuh (Imunitas)
Tubuh manusia mempunyai kemampuan untuk
melawan berbagai macam jenis organisme atau toksin yang cenderung merusak
jaringan dan organ tubuh. Kemampuan itu disebut kekebalan/imunitas. Kekebalan
dibagi menjadi dua, yaitu kekebalan bawaan dan kekebalan buatan.
Kekebalan bawaan (innate immunity).
Kekebalan bawaan adalah kekebalan tambahan yang disebabkan oleh proses umum dan
bukan disebabkan proses melawan organisme penyebab penyakit yang spesifik.
Kekebalan bawaan meliputi beberapa aspek, di antaranya sebagai berikut.
·
Fagositosis yang dilakukan oleh leukosit dan
sel pada sistem makrofag jaringan terhadap bakteri dan penyebab penyakit
lainnya (Gambar 5.30).
Gambar 5.30
Proses
fagositosis dari sel darah putih
·
Perusakan oleh asam yang disekresikan oleh
lambung dan enzim pencerna terhadap organisme yang masuk ke dalam lambung.
·
Daya tahan kulit terhadap serangan organisme
penyebab penyakit.
·
Adanya senyawa-senyawa kimia tertentu di
dalam darah yang akan melekat pada organisme asing atau toksin dan akan
menghancurkannya. Senyawa-senyawa tersebut adalah lysozyme. Lysozyme
merupakan suatu polisakarida yang menyerang bakteri, sehingga bakteri tersebut
menjadi larut, polipeptida dasar yang akan bereaksi dengan mengaktifkan
beberapa macam bakteri gram-positif tertentu, dan kompleks komplemen yang
terdiri dari kurang lebih 20 protein yang dapat diaktifkan dengan
bermacam-macam cara untuk merusak bakteri.
Kekebalan buatan (acquired immunity). Sebagian besar dari
kekebalan disebabkan oleh suatu imun khusus. Sistem imun tersebut membentuk
antibodi atau limfosit yang diaktifkan dan akan menghancurkan organisme atau
toksin tertentu. Kekebalan semacan ini disebut kekebalan buatan (acquired immunity).
Kekebalan
buatan sering dapat memberikan perlindungan hebat. Contohnya, kekebalan buatan
dapat melindungi tubuh dari efek toksin tetanus sampai 100.000 kali dari dosis.
Toksin tetanus dapat menimbulkan kematian bila tidak ada kekebalan.
Pada
dasarnya di dalam tubuh dapat dijumpai dua macam kekebalan yang berhubungan
erat satu sama lainnya. Pertama,
antibodi yang merupakan molekul globulin yang mampu menyerang agen penyakit.
Kekebalan ini disebut kekebalan humoral. Kedua,
pembentukan sel limfosit dalam jumlah besar secara khusus dirancang untuk menghancurkan
benda asing. Kekebalan ini disebut kekebalan seluler.
Kelainan dan Penyakit Pada Sistem Peredaran
Darah Manusia
Berikut ini akan diuraikan beberapa
contoh kelainan dan penyakit yang terjadi pada sistem peredaran darah manusia.
Anemia. Anemia adalah suatu
keadaan kekurangan eritrosit. Hal ini dapat disebabkan karena hilangnya darah
secara cepat atau terlalu lambatnya produksi eritrosit.
Anemia
sel bulan sabit. Pada anemia sel
bulan sabit, sel-selnya mengandung tipe hemoglobin abnormal yang disebut
hemoglobin S. Bila hemoglobin ini berhubungan dengan konsentrasi oksigen yang
sangat rendah, maka akan mengendap menjadi kristal-kristal yang panjang di
dalam eritrosit. Kristal-kristal ini lebih menggambarkan bulan sabit daripada
cakram bikonkaf (Gambar 5.31). Hemoglobin yang mengendap ini juga akan merusak
membran sel sehingga sel tersebut menjadi lebih rapuh.
Gambar 5.31
Anemia bulan sabit
Talasemia.
Talasemia merupakan tipe anemia
herediter, dimana sel-selnya tak mampu mensintesis rantai polipeptida alfa (a) dan rantai polipeptida beta (ß) yang cukup. Rantai
polipeptida dibutuhkan untuk membentuk hemoglobin.
Polisitemia sekunder.
Bila jaringan mengalami keadaan hipoksi karena sedikitnya kadar oksigen dalam
atmosfer, misalnya pada tempat yang tinggi atau karena gagalnya pengiriman
oksigen ke jaringan-jaringan, maka organ-organ pembentuk darah secara otomatis
akan memproduksi sejumlah besar eritrosit. Keadaan ini disebut sebagai
polisitemia sekunder sehingga jumlah eritrosit umumnya akan naik sampai 6 – 8
juta per milimeter kubik.
Hemofilia.
Hemofilia adalah penyakit keturunan dengan gejala pendarahan yang sukar
dihentikan. Sebanyak 85% dari penyakit ini disebabkan oleh defisiensi faktor
VIII. Jenis hemofilia ini disebut hemofilia A atau hemofilian klasik. Sebanyak
15% pasien sisanya, kecendrungan perdarahan disebabkan oleh defisiensi faktor
IX. Kedua faktor tersebut diturunkan secara resesif melalui kromosom wanita.
Oleh karena itu, wanita hampir tidak menderita hemofilia karena paling sedikit
satu dari kedua kromosom X-nya mempunyai gen-gen yang sempurna. Namun demikian
bila salah satu kromosom X-nya mengalami defisiensi maka ia akan menurunkan
penyakitnya kepada separuh anak laki-lakinya.
Trombositopenia.
Trombositopenia berarti sedikitnya jumlah trombosit dalam sistem peredaran
darah. Penderita trombositopenia cenderung mengalami pendarahan, seperti halnya
hemofilia. Bedanya ialah pendarahannya biasanya berasal dari kapiler-kapiler
kecil, bukan pembuluh yang lebih besar seperti pada hemofilia. Sebagai
akibatnya timbul bintik-bintik perdarahan diseluruh jaringan tubuh. Kulit
penderita menampakkan bercak-bercak kecil berwarna ungu, sehingga penyakit itu
disebut trombositopenia purpura.
Leukimia.
Leukimia adalah produksi leukosit yang bersifat ganas oleh jaringan mieoloid
(tempat pembentukan darah). Hal tersebut menyebabkan menurunnya produksi
eritrosit, trombosit, dan leukosit normal. Leukimia secara tidak langsung
menyebabkan kematian. Pengobatannya dapat dilakukan dengan sinar-X, kemoterapi,
atau terkadang diperlukan transplantasi sel-sel mieoloid.
Penyakit jantung koroner.
Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung yang disebabkan oleh gangguan
aliran darah pada pembuluh darah koroner. Pembuluh darah koroner adalah arteri
dan vena yang mengalirkan darah dari dan ke jantung. Pemicunya biasanya adalah
arteriosklerosis. Arteriosklerosis adalah pengerasan pembuluh nadi akibat
pengendapan lemak.
Hipertensi.
Secara sederhana seseorang dikatakan menderita hipertensi atau tekanan darah
tinggi jika tekanan darah sistol lebih besar dari 140 mmHg atau tekanan diastol
lebih besar dari 99 mmHg. Tekanan darah ideal adalah 120 mmHg untuk sistol dan
80 mmHg untuk diastol. Dalam banyak kasus, kedua tekanan itu mengalami
kenaikan.
Hipertensi
dapat mengakibatkan pecahnya pembuluh darah dan tersumbatnya arteri di otak
yang mengakibatkan stroke, kerusakan
otak, bahkan dapat mengakibatkan kematian.
MENUTUP KEBOCORAN JANTUNG TANPA
PEMBEDAHAN
Sinar Harapan, 2002
Setiap
bulan, sekitar 40.000 bayi yang lahir di Indonesia menderita kelainan jantung
bawaan (congenitas). Dari angka
tersebut, 3276 diantaranya meninggal pada usia satu bulan karena keterbatasan
dana dan fasilitas. Namun kini, pasien penderita defek sekat atrium atau Atrial Septal Defect (ASD), yaitu
kebocoran pada sekat antara atrium kiri dan kanan jantung, memiliki harapan
berkat temuan teknologi baru yang disebut Amplatz
Septal Occulder (ASO). Lihat Gambar 5.32.
ASO
adalah sebuah alat mungil yang terbuat dari bahan nikel dan titanium. Alat ini
berfungsi sebagai penyumbat lubang yang terletak di antara atrium kiri dan
kanan jantung. Alat tersebut sudah diuji coba di banyak negara, seperti Amerika
Serikat, Cina, Inggris, Pakistan, dan India.
Pada
penderita ASD, terdapat lubang di antara atrium kiri dan kanan jantung sehingga
darah kotor dan darah bersih bercampur. Pada orang normal, darah dari atrium
kanan adalah darah kotor (kaya karbon dioksida) yang akan mengalir ke
paru-paru. Di paru-paru, terjadi pertukaran gas. Darah yang kaya oksigen kemudian
akan masuk ke atrium kiri dan akan dialirkan ke seluruh organ tubuh. Namun pada
penderita ASD, hal ini tak bisa terjadi sehingga ia harus menjalani cuci darah.
Selama
ini, solusi bagi penderita ASD adalah operasi. Namun tindakan ini masih
ditakuti oleh sebagian pasien di Indonesia. Sebelumnya, dikenal pula teknik
penyumbatan dengan alat terbuat dari baja. Tapi teknik ini mempunyai
kekurangan, yaitu bahannya mudah berkarat sehingga berbahaya bagi tubuh.
Prosedur
penempatan ASO tidak perlu melalui teknik bedah. Dari pembuluh darah di pangkal
paha dimasukkan sebuah selang kecil ke rongga atrium. Sementara di ujung selang
kecil tersebut terdapat sebuah piringan tertutup. Setelah mencapai sekat
atrium, piringan akan terbuka dan menutupi lubang pada sekat atrium jantung.
Jika sudah terpasang di tempat yang tepat maka alat ini akan menyatu dengan
sel-sel jaringan.
Sejak
dipakaikan pertama kali ke manusia, alat ini terbilang aman dan dapat berfungsi
selama puluhan tahun tanpa gangguan. Pada rumah sakit di negara yang sudah
terbiasa memakai ASO, prosedur pemasangannya terbilang cepat dibanding operasi
biasa. Dalam waktu 30 menit, alat ini sudah terpasang dan berfungsi baik.
Dibanding dengan tindakan operasi yang memakan waktu berjam-jam, tentu alat ini
jauh lebih praktis. Namun, karena di Indonesia alat ini baru mulai
diperkenalkan, maka penanganannya dilakukan ekstra hati-hati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar