Rabu, 14 Januari 2015

INTOLERAN AKTIVITAS

A.   Definisi Intoleran Aktivitas
Intoleran Aktivitas adalah penurunan dalam kapasitas fisiologi seseorang untuk melakukan aktivitas sampai tingkat yang di inginkan atau yang di butuhkan.( Magnan,1987).
Intoleran aktivitas merupakan ketidakcukupan energy fisiologis atau psikologis untuk melanjutkan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang ingin atau harus dilakukan. (Wikinsor & Ahern, 2002)

B.   Batasan Karakteristik  (Tanda & Gejala)
Subjektif
 Ketidaknyamanan atau dispnea saat beraktivitas
Melaporkan keletihan atau kelemahan secara verbal.
Objektif
Frekuensi jantung atau tekanan darah tidak normal sebagai respon terhadap aktivitas.Perubahan EKG yang menunjukkan aritmia atau iskemia.
Batasan karakteristik (Lynda juall carpenito,1999) :
Mayor ( Harus terdapat,satu atau lebih) (Magnan,1995)
Ø  Selama aktivitas
Ø  Kelemahan
Ø  Pusing
Ø  Dispenea
Ø  Tiga menit setelah aktivitas
Ø  Keletihan akibat aktivitas
Ø  Frekuensi pernapasan > 24
Ø  Frekuensi nadi > 95.

Minor ( Mungkin Terdapat )
Ø  Pucat atau sianosis
Ø  Konfusi
Ø  Vertigo.
                                                        
C.   Faktor-faktor yang berhubungan
                     Semua faktor yang mengganggu transpor oksigen,yang mengarah pada dekondisi ( perubahan dari kondisi normal ) fisik,atau menimbulkan kebutuhan energi berlebihan di luar batas kemampuan fisik dan psikologis seseorang,dapat menyebabkan intoleran aktivitas.
                        Beberapa faktor yang umum tertera di bawah ini :
a)    Patofisiologi
Berhubungan dengan gangguan sistem transpor oksigen sekunder akibat:

v  Jantung
Stenosis subaortik hipertrofik idiopatik
Penyakit jantung kongenital                    Angina
Kardiomiopatik                                        Infark miokard
Gagal jantung kongestif                           Penyakit katup
Disritmia                                           
v  Pernapasan
Penyakit paru obstruksi menahun
Ateliktasi                                     Displasia bronkopulmoner
v  Sirkulasi
Anemia                                       Hipovolemia
Penyakit arteri perifer.

Berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolisme sekunder akibat :
v  Infeksi akut atau kronis
Infeksi virus                                    Hepatitis
Mononukleosis
v  Gangguan endokrin atau metabolik


v  Penyakit kronik
Ginjal                                               Inflamasi
Hepar                                               Muskuloskeletal
                                                          Neurologis
Berhubungan dengan ketidakadekuatan sumber energi sekunder akibat :
v Obesitas                                          Ketidakadekuatan diet
v Malnutrisi
Berhubungan dengan penurunan transpor oksigen skunder akibat :
v  Hipovolemia.
b)    Tindakan yang berhubungan
Berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolik sekunder akibat :
v  Operasi
v  Pemeriksaan diagnostik
v  Jadwal tindakan/pengobatan (frekuensi)
c)    Situasional ( personal,lingkungan )
Berhubungan dengan efek deconditioning dari tirah baring.
Berhubungan dengan ketidak aktifan sekunder akibat:
v  Depresi
v  Kurang motivasi
v  Gaya hidup monoton.
Berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolisme skunder akibat :
v  Alat bantu (walker,kruk,brace)
v  Stres ekstrem
v  Nyeri
v  Hambatan lingkungan
v  Iklim yang ekstrim (terutama panas,iklim yang lembab).
Berhubungan dengan penurunan ketersediaan oksigen sekunder akibat :
v  Tekanan yang terkait dengan atmosfir.

d)    Maturasional
Lensia dapat mengalami penurunan kekuatan dan kelenturan otot,jugapenurunanSensoris.semua hal tersebut dapat merusak keyakinan diri dan dapat mempengaruhi secara langsung atau tidak langsung pada Intoleran Aktivitas.

Faktor yang Berhubungan (Judith m.wilkinson & nancy r.ahern,2011)
ü  Tirah baring dan imobilitas
ü  Kelemahan umum
ü  Ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
ü  Gaya hidup kurang gerak
CATATAN: factor diatas merupakan factor sekunder akibat berbagai faktorpatofisiologis dan psikopatologis termasuk depresi, penyakit jantung (misalnya, gagal jantung, kongestif), penyakit respirasi (misalnya, emfisema), penyakit ginjal, kanker, anemia, obesitas, infeksi (misalnya, mononucleosis), dan tirah baring yang lama.

D.   Dampak KDM

Adapun dampak dari intoleran aktifitas dari segi kebutuhan dasar manusia, seperti:
1. Status gizi yang kurang baik
2. Kesulitan dalam memperbaiki kemampuan mobilisasi
3. Ketidaknyamanan dalam latihan pasif dan aktif
4. Dalam mengalami kelumpuhan baik humplegi maupun praplegi
5. Dapat menyebabkan penurunan kesadaran
6. Infeksi saluran kemih
7. Sembelit
8. Infeksi paru
9. Gangguan aliran darah
         10. Luka tekan sendi kaku

E.   Tindakan keperawatan utama terkait dengan diagnosis keperawatan
INTERVENSI GENERIK
1)    Kaji respon individu terhadap aktivitas :
·         Ukur nadi,tekanan darah,dan pernapasan saat istirahat.
·         Pertimbangkan frekuensi,irama dan kualitas (jika tanda-tanda abnormal –mis.nadi di atas 100-konsulkan dengan dokter tentang kemungkinan peningkatan aktivitas).
·         Ukur tanda-tanda vital segera setelah aktivitas : ukur nadi selama 15 detik dan kalikan dengan 4 untuk mewakili hitungan satu menit penuh.
·         Istirahatkan klien selama 3 menit;ukur lagi tanda-tanda vital.
·         Hentikan aktivitas bila klien berespons terhadap aktivitas dengan :
ü  Keluhan nyeri dada,dispenea,vertigo atau konfusi
ü  Frekuensi nadi menurun
ü  Frekuensi nadi gagal untuk meningkat
ü  Tekanan darah sistolik menurun
ü  Frekuensi distolik meningkat 15 mm Hg
ü  Frekuensi pernapasan menurun.
·         Kurangi intensitas,frekuensi,atau lamanya aktivitas jika :
ü  Nadi lebih lama dari 3-4 menit untuk kembali dalam 6 denyut dari frekuensi nadi istirahat
ü  Frekuensi pernapasan meningkat berlebihan setelah aktivitas
ü  Terdapat tanda-tanda lain hipoksia.
2)    Meningkatkan aktivitas secara bertahap
·         Untuk klien yang sedang atau pernah tirah baring lama,mulai lakukan rentang gerak sedikitnya 2 kali sehari
·         Rencanakan waktu istirahat sesuai dengan jadwal sehari-hari klien (waktu istirahat dapat dilakukan anatara aktivitsa).
·         Tingkatkan sikap “dapat melakuka” sungguh-sungguh untuk memberikan suasana positif untuk mendorong peningkatan aktivitas;berikan kepercayaan kepada klien bahwa mereka dapat meningkatkan status mobilitasnya.berikan penghargaan pada kemajuan yang di capai.
·         Biarkan klien membuat jadwal aktivitas dan sasaran aktivitas fungsional.
·         Tingkatkan toleransi terhadap aktivitas dengan mendorong klien melakukan aktivitas lebih lambat,untuk waktu yang lebih singkat,dengan istirahat lebih banyak,atau dengan lebih banyak bantuan.
·         Secara bertahap tingkatkan toleransi latihan dengan meningkatkan waktu diluar tempat tidur sampai 15 menit setiap hari,tiga kali sehari.
·         Izinkan klien untuk mengukur frekuensi ambulasi.
·         Anjurkan klien untuk mengenaka sepatu yang nyaman (sandal tidak menyangga kaki dengan baik).
3)    Ajarkan klien metode penghematam energi untuk aktivitas.
·         Luangkan waktu istirahat selama aktivitas,dalam interval selama siang hari,dan satu jam setelah makan.
·         Lebih baik duduk dari pada berdiri saat melakukan aktivitas ,kecuali hal ini memungkinkan.
·         Saat melakukan suatu tugas,istirahat setiap 3 menit selama 5 menit untuk memunginkan jantung pulih.
·         Hentikan aktivitas jika keletihan atau terlihat tanda-tanda hipoksia jantung (5 nadi,dispenea,nyeri dada).
4)    Instruksikan klien untuk konsultasi kepada dokter dan ahli terapi fisik untuk program latihan jangka panjang,atau menghubungi Yayasan jantung Indonesia mengenai nama-nama program rehabilitas jantung.

5)    Untuk klien dengan insufisiensi paru kronik :
·         Anjurkan teknik pernapasan sadar terkontrol selama peningkatan aktivitas dan saat stres emosi dan fisik (teknik mencakup pernapasan diafragma dan bibir).
·         Untuk pernapasan bibir,klien harus menarik napas melalui hidung,kemudian secara perlahan-lahan mengeluarka napas melalui bibir yang sedikit terbuka sambil menghitung sampai tujuh dan bersuara “pu” (hal ini sering di pelajari secara alami oleh orang-orang dengan penyakit paru progresif).
·         Ajarkan pernapasan diafragma.
ü  Perawat harus meletakkan tangan di atas abdomen dibawah dasar iga klien dan tetap berada di tempat ini sementara klien menghirup udara.
ü  Untuk inhalasi,klien harus merilakskan bahunya,hirup melalui hidung,dan dorong lambung melawan tangan perawat,tahan napas selama 1 sampai 2 detik untuk menjaga alveoli terbuka.
ü  Untuk ekshalasi,klien harus menghembuskan napas secara perlahan-lahan melalui mulut sementara perawat memberikan sedikit tekanan pada dasar iga.
ü  Teknik pernapasan ini harus dilatih beberapa kali bersama perawat;kemudian klien harus meletakkan tangannya pada dasar iga dan melekukannya secara mendiri.
ü  Setelah belajar,klie harus melakukan latihan ini beberapa kali setiap jam.
·         Anjurkan peningkatan kegiatan sehari-hari secara bertahap untuk mencegah “kelumpuhan paru-paru” (pulmoner crippling).
·         Anjurkan klien untuk menggunakan teknik pernapasan adaptif untuk menurunkan upaya bernapas.
·         Bicarakan hambatan fisik di rumah dan di tempat kerja dan cara lain penggunaan energi dengan waktu istirahat (letakkan sebuah kursi di kamar mandi dekat dengan bak untuk istirahat selama membersihkan diri).
·         Jelaskan pentingnya penyangga berat lengan untuk mengurangi beban kerja otot pernapasan (Breslin,1992).
·         Ajarkan cara meningkatkan ketahanan lengan tanpa penyangga dengan melakukan latihan ekstremitas bawah selama fase ekshalasi pernapasan
(B reslin,1992).
6). Rujuk pada perawat komunitas untuk tindak lanjut jika diperlukan.

INTERVENSI  PADA  ANAK
1)    Berikan permainan dan aktivitas sesuai usia yang tenang dan penantang :
Petualangan sensori (seperti apa bau,bunyi,atau pemandangan rumah sakit?).
Menceritakan dan menulis cerita ,membuat susunan benda,bermai dengan boneka,bermain drama.




                  INTERVENSI PADA MATERNAL
1).Jelaskan penyebab keletihan dan dispenea pada pertengahan masa kehamilan akhir :
·         Perubahan pada pusat gravitasi
·         Peningkatan berat badan
·         Tekanan pembesaran uterus pada diafragma
2)    Ajarkan metode penghematan energi (rujuk pada intervensi Geriatrik).
                       





Kesimpulan
ü  Intoleran Aktivitas adalah penurunan dalam kapasitas fisiologi seseorang untuk melakukan aktivitas sampai tingkat yang di inginkan atau yang di butuhkan
ü  Dampak karakteristik dari Intoleran Aktivitas yaitu terbagi atas subjektif dan objektif, serta minor dan mayor.
ü  Semua faktor yang mengganggu transpor oksigen,yang mengarah pada dekondisi ( perubahan dari kondisi normal ) fisik,atau menimbulkan kebutuhan energi berlebihan di luar batas kemampuan fisik dan psikologis seseorang,dapat menyebabkan intoleran aktivitas.
ü  Dampak intoleran aktifitas terhadap kebutuhan dasar manusia sebagian besar lebih kepada kebutuhan secara fisik.














DAFTAR PUSTAKA
Alimul Aziz, 2008. Kebutuhan Dasar Manusia, Edisi 2. Jakarta; Salemba Medika.
Carpenito, Lynda Juall. (2007). Buku Saku :Diagnosa Keperawatan. Penerbit Buku Kedokteran, EGC.
Perry, Potter. (2010). Fundamental Of Nursing.Buku 1. Salemba Medika.

Wilkinson, Judith M. dan Aherr, Nancy R.,Buku saku : Diagnosa keperawatan. Edisi 9. Penerbit Buku Kedokteran, EGC.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar